Bab 2. Aku Keren Sendiri dan Tidak Doyan Diganggu

30.3K 2.7K 300
                                    

 "Secupak tak akan jadi sesukat, yang sejengkal tak akan menjadi sehasta."

Sudah pas (tetap) tidak dapat ditambah-tambah lagi.

..........................................

Prins itu aneh.

Putee sudah bertanya banyak hal pada Prins tentang identitasnya, namun Prins lagi-lagi hanya bungkam dengan raut enggan. Putee penasaran, namun dia tidak bisa mengulik cerita itu lebih jauh lagi. Lagipula, Prins seolah menebar aura permusuhan di sekitarnya. Prins seolah punya papan peringatan di sekitarnya semacam: "Awas, anjing galak!". Begitu... Jadi Putee harus siap sedia dan bersikap sabar.

Putee sudah menduga kalau cowok itu pasti akan membawa masalah yang besar untuknya di kemudian hari. Putee sendiri sudah lelah dengan segala macam masalah di hidupnya. Mungkin kalau otaknya tidak sebagus ini, sekolah manapun juga enggan menerimanya. Putee bersyukur karena ada bu kepsek yang menemukan bakat terpendam dan otak encernya hingga dia sampai di sekolah mentereng ini. Berada di kelas unggulan, pula!

Kembali pada permasalahan kenapa Putee harus mengatakan kalau Prins itu aneh. Prins yang tiba-tiba jadi terkenal karena wajah tampan dan badan menawannya itu ternyata sama sekali bukan tipikal orang yang haus ketenaran. Belum lagi sifatnya yang cuek dengan komponen tajam dan pedas itu. Putee sendiri tidak ada minat untuk dekat dengannya. Kemarin dia hanya sekedar partner in crime, yang senasib dan selesai begitu jam kedua dimulai.

"Ahay, ada murid baru!" Guru bahasa indonesianya, bu Nawang tersenyum ketika melihat wajah asing di kelasnya. Prins sudah duduk di bangku paling ujung, sendirian. Dia malas harus duduk bersama dengan yang lain, meski cewek-cewek mulai bergenit ria padanya.

"Belum kenalan, ya?" Lagi-lagi bu Nawang bertanya. Prins mengangguk cuek. Seisi kelas belum ada yang tahu namanya kecuali Putee. Iya, Putee hanya tahu sekilas saja. Lagipula tadi saat bolos jam pertama, Prins hanya sibuk mengagumi tembok lapuk itu. Bahkan ketika Putee bertanya padanya, Prins tidak menanggapi. Prins hanya bungkam dan ternganga dengan lukisan random milik Putee.

"Saya kira semua yang di kelas ini sudah tahu.." Suara bass seksi milik Prins menggema dalam kelas. Seluruh cewek di sana histeris seketika. Putee mendengus tak suka. Dia makin iri.

Bu Nawang tersenyum. Bu Nawang adalah guru favorit Putee. Beliau orang yang lucu dan sabar, jadi awas saja kalau nanti Prins berani melawan bu Nawang. Putee sudah pernah menghajar kakak kelas karena mengemposi ban motor bu Nawang. Orang tua kakak kelas itu bahkan sudah datang untuk mengadu ke kepsek. Putee dipanggil dan akhirnya dia menjelaskan banyak hal. Setelah dilakukan vonis atas kesalahan kakak kelas itu, Putee sempat melayangkan pukulan terakhirnya pada kakak kelas itu. Keesokan harinya kakak kelas itu pindah sekolah. Menakutkan, bukan?

Prins berdiri, lalu melangkah ke depan kelas. Seluruh siswa terpesona dan terhipnotis padanya. Putee memalingkan wajahnya tidak minat. Putee ingin sekali mengeluarkan sumpah serapahnya pada Prins, namun dia batal melakukannya. Takut terseret masalah baru. Sebisa mungkin jangan pernah terseret dalam alur pertemanan dengan Prins. Putee keren sendirian, tak perlu diganggu dengan yang namanya teman.

"Nama saya Prins. Saya murid baru di sini!"

Putee tersedak kaget. Cewek-cewek di kelasnya menjerit histeris tanpa makna yang berarti. Putee melongo dengan wajah bego, menandakan kalau dia sedang kaget. Sedang shock. Hanya itu saja semua orang juga tahu!

Bu Nawang tersenyum pias, lantas memerintahkan Prins untuk kembali duduk. Abaikan, Putee! Abaikan saja cowok itu. Kamu punya urusan sendiri. Seperti mencari kerja paruh waktu misalnya, atau nanti kamu harus mengerjakan PR bahasa Inggris, atau apa saja!

GarlicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang