Bab 6. Tidak Usah Tubir, Jaga Itu Mulutnya!

23.3K 2.4K 272
                                    

"Orang yang menunggui perigi, itu mungkinkah mati dahaga?"

Orang yang hidup bersama dengan orang yang mampu, tentu tidak usah bersusah hati karena tidak mungkin akan kekurangan.

..........................................

Hidup Putee di rumah Prins benar-benar seru, hingga dia tidak ingat dimana rumah aslinya. Ketika melihat Mir dan juga geng aneh itu Putee juga cuek-cuek saja, meski Camo masih saja mencoba membullynya. Camo masih saja belum kapok sudah Putee hajar kemarin. Mungkin Camo adalah masokis sejati. Mungkin saja....

Putee juga jadi part timer paling rajin. Dia disayang bossnya, jadi favorit pelanggannya. Bahkan adik-adik SMP mulai hobi menyantroni tempat kerjanya walau hanya untuk menyapa. Putee tidak pernah menjadikan itu masalah. Ayahnya juga tetap mengirimkan uang bulanan. Pundi-pundi rupiah di rekening Putee sepertinya sudah mulai gemuk. Putee benar-benar kolektor uang sejati.

"Kayaknya lo udah banyak duit dan kaya. Jadi kapan lo mau beli alat lukis yang baru?" Prins iseng bertanya ketika Putee sedang melihat buku tabungannya dengan raut bahagia. Putee tersentak seolah sedang teringat sesuatu yang jadi tujuannya. Tujuan kerjanya.

"Sekarang gue udah ada duit, tapi... gue nggak ada waktu, Prins..." Putee mengerjap dengan wajah polos. Prins menggeleng cuek.

"Bukannya lo bisa jual lukisan lo?" Prins bertanya cepat. Putee menggeleng kali ini.

"Gue nggak bisa jualan lukisan di pinggir jalan, Prins. Gue kan harus kerja. Juga... kalo mau jualan lukisan yang hasilnya lumayan ya kudu di pameran. Pameran ada masih sebulan lagi..."

"Kalo gitu kenapa lo nggak mulai bikin sekarang aja? Sebelum lo sibuk..."

Putee mengerjap. Entah sejak kapan Prins sepertinya mulai doyan mencemaskannya. Bukan hanya itu, Prins juga sering bertanya ini itu sekarang. Putee senang karena Prins akhirnya mulai membuka hatinya. Niatan jahat dalam pikiran Putee kini berganti dengan niat tulus. Putee benar-benar ingin menjadikan Prins sebagai temannya. Putee sudah menganggap Prins sebagai salah satu dari dirinya. Hm.. apa ya sebutannya? Soul mate?

"Cieee... yang mulai perhatian... cieee...." Putee nyengir, melirik Prins dengan raut jahil. Prins menelan ludahnya gugup, tersadar dengan ucapannya sendiri. Prins berdiri, lalu berbalik dengan wajah kesal. Prins hanya salah tingkah saja, kok!

"Dasar cengeng!" Prins menghujat sebelum masuk ke kamarnya.

Putee melongo. Ah... Putee pernah menangis di pelukan Prins waktu itu kalau tidak salah. Jadi Prins sudah punya julukan sayang padanya, ya? Hem... hem... Putee, jangan terlalu percaya diri, nak! Ingat soal posisimu sekarang.

Putee mengemasi barang-barangnya yang berserakan di meja. Dia sedang senang hari ini, jadi tidak ada waktu untuk malas-malasan. Diam-diam Prins juga mengintip anak itu. Putee sudah mulai masuk dalam celah hatinya. Ada sebuah tempat tersendiri untuk anak itu. Prins sadar. Bahkan ketika Putee sedang sibuk dengan kerjanya, Prins hanya sibuk melihat jam. Waktu terasa lama sekali...

Prins merebahkan tubuhnya di atas bed-nya. Ada hal yang mulai mengusiknya akhir-akhir ini. Banyak hal, bukan hanya satu meski karena satu hal. Karena Putee.

Pertama....

Suara Putee selalu dia rindukan.

Terbayang hari-hari ketika ada Putee di sampingnya. Cowok itu awalnya memang pendiam, namun akhir-akhir ini dia makin cerewet. Putee sering sekali berteriak sok akrab padanya di sekolah.

"Prins... makan bareng, yuk!"

Seisi kantin pasti akan menatap mereka dengan raut kaget. Prins tidak cukup gila untuk melayani panggilannya, namun pada akhirnya Prins duduk juga di depan Putee. Prins sudah mulai jadi tsundere yang beradab. Dia mulai jadi orang yang malu-malu mau. Toh, pada akhirnya tidak akan ada orang yang bisa menghindari Putee. Semua orang tahu anak itu. Putee lumayan terkenal di sekolah, terutama ketika murid-murid lain membahas soal lukisan di belakang sekolah. Tapi sampai sekarang belum ada orang yang sanggup mendekati Putee. Itu karena anak itu seperti sedang membangun tembok di sekelilingnya. Hanya Prins yang sanggup membuat Putee jadi seperti itu. Sok akrab.

GarlicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang