Bab 16. Bawang Daun Bersatu dengan Bawang Putih

28.1K 2.4K 570
                                    

 "Asam di gunung, garam di laut, berjumpa dalam belanga."

Melukiskan kepada dua orang yang tak saling kenal-mengenal, tetapi pada suatu ketika dapat bertemu menjadi suami-istri.

..........................................

Seisi sekolah heboh.

Tentu saja karena gosip murahan namun panas yang akhirnya tersebar dengan cepat. Tubuh polos Mir terkespos di sana, dengan beberapa sensor tentunya. Siapa pelakunya? Tentu saja biang rusuh sekolah ini. Si tengil yang akhirnya mulai menunjukkan taring yang selama ini dia sembunyikan. Camo berlari melintasi lorong dan mencari keberadaan Putee. Camo harus mencari cowok tengil itu.

Putee masih di tempat yang sama. Bersama Prins di sana, makan berdua.

"Put! Lo..." Camo batal mengatakan banyak hal. Cowok itu hanya menunjuk dengan mulut tergagap. Prins mendongak, menatap keduanya tajam.

"Ada apa?" Prins bertanya pelan, namun suaranya terdengar super sadis.

"Sejak kapan lo sebarin itu, Put?" Camo masih kaget. Dia tidak tahu kalau Putee berani bertindak sejauh itu. Putee mengedikkan bahu, lalu mulai mengunyah lagi.

"Ada apa ini?!" Prins bertanya tajam. Putee menoleh ke arahnya, lalu nyengir seperti biasa.

"Nggak ada apa-apa, kok Prei! Abaikan aja si Camo!" Putee mengedikkan bahu.

Ha, lihat siapa yang sedang ngomong!

"Jawab, ada apa ini?! Kenapa gue nggak tahu?" Prins menekan kedua pipi Putee. Bibir cowok tengil itu manyun-manyun karena ulah Prins. Prins melotot, menuntutnya dengan jawaban cepat dan masuk akal. Putee menepuk tangan Prins, lalu menarik kedua ujung bibirnya.

"Cam, lo jelasin aja ya! Gue mau kabur..." Putee berdiri, bersiap melarikan diri. Namun sebelum kakinya melangkah menjauh, Prins lebih dulu menarik celana seragamnya. Putee terjatuh dengan posisi di pangkuan Prins.

"Jadi... ada apa, Bawang?" Prins berbisik sadis di telinganya. Putee gelagapan, lalu bangkit dari pangkuan Prins. Cowok tengil itu berdehem sekilas, lalu melirik Camo. Meminta bantuannya. Camo tidak peka. Dia hanya mengangkat bahunya cuek.

"Gue sebarin foto bugil Mir..."

"Apa?!!" Prins menjerit kencang.

"Lo sebarin foto yang di gang waktu itu?" Camo bertanya ke arah Putee. Putee menggeleng kencang.

"Nggak, gue sebarin foto yang gue colong pas Mir lagi mandi. Dulu gue kebetulan pinjem camera digital punya Giar."

Camo sukses melongo. Prins melotot shock. Mereka berdua hanya sedang bingung, apa yang membuat mereka mati-matian jatuh cinta dan sangat menyayangi cowok tengil menyebalkan ini. Meski Camo sudah menyerah, namun cowok itu masih saja tidak habis pikir kenapa dia harus mencintai cowok tengil ini.

"Gue sensor, kok! Gue sensor..." Putee melambai cuek. Prins memijat ujung hidungnya gemas. Banyak bagian dari masa lalu Putee yang tidak dia ketahui. Prins benar-benar ingin tahu. Biarlah hubungan ini mengalir apa adanya dengan beberapa jawaban yang mungkin akan semakin tumbuh dalam hati mereka. Biarkan saja cinta yang menuntunmu, karena cinta punya ideologinya sendiri kemana mereka harus menentukan langkah.

"Lalu sekarang gimana? Kalo ketahuan, lo yang kena Putee!" Camo menunjuknya. Putee mengangkat bahunya.

"Sebenernya sih gue nggak masalah kalo ketahuan..."

Satu kalimat yang membuat Prins mulai emosi.

"Kan dia juga yang mulai bikin gara-gara..."

Satu kalimat lagi yang menaikkan emosi Prins ke level selanjutnya.

GarlicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang