Bab 13. Aku Tidak Mau Dekat Sama Kamu!

21.7K 2.2K 335
                                    

 "Murah di mulut, mahal di timbangan."

Mengatakan itu mudah, tetapi menepati biasanya pikir-pikir dulu.

..........................................

Meski Camo dengan terang-terangan ingin menjadi teman Putee, namun Putee juga tidak kalah cueknya. Semakin Camo mendekatinya, Putee juga semakin menjauh. Putee hanya tidak suka dengan cara Camo. Camo ingin menjadikan Putee teman, tapi Camo sengaja menciptakan keadaan agar Putee menerimanya. Tidak apa adanya seperti Prins. Ha, lihat siapa yang ngomong!

Mungkin Camo benar-benar sedang mengejarnya demi cinta lalu mengatasnamakan sebuah ikatan pertemanan. Putee, kamu memang harus dijedotkan dulu agar sadar ya? Sudah jelas kalau Camo mengejarmu. Sudahlah, kamu hanya perlu diam. Ingat, diam Putee! Jangan sampai Prins tahu!

Putee sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan kalau bertemu Camo di sekolah. Dia sedang berpikir, hingga tak menyadari kalau sejak tadi Prins mengawasinya. Prins bisa membawa motor lagi meski harus hati-hati. Sebenarnya Putee ingin memboncengnya, namun Prins melarang. Prins tidak suka kalau tubuh yang lebih kecil darinya ini berada di depan. Prins hanya takut kalau Putee mengajaknya kebut-kebutan di pagi hari. Tidak, tidak.

"Hai!" Ketika mereka sampai di parkiran, hal pertama yang Prins tahu adalah Camo sedang menyapa Putee. Sejak kapan mereka sedekat itu? Prins mulai mengingat adegan yang Putee bilang menggigit bibir dan sejenisnya itu. Prins mulai panas. Apa Putee terlalu bebal hingga tidak melihat pancaran cinta yang muncul dari mata Camo ketika menatapnya?

Prins dilanda badai emosi pagi-pagi.

"Lo bilang mau jauhin dia, kan?" Prins menarik krah belakang Putee, berbisik sadis di telinganya. Putee menoleh dengan wajah tak berdosa.

"Iya, gue udah jauhin dia! Tapi dia tetep deketin gue."

Prins menggeram marah. Putee tahu kalau Prins dan Camo itu sama saja. Mereka berdua juga suka memerintah seenaknya dan agak ketus.

"Nggak usah respon dia, Bawang!"

Prins jadi posesif. Hal yang bahkan tak dia sadari sebelumnya. Kata itu begitu mulus, meluncur begitu saja dari bibir Prins seolah sedang menyuarakan ideologinya. Putee tidak paham kenapa dia harus terjebak dalam pertengkaran Prins dan Camo. Putee menganggap mereka sedang bermusuhan meski Putee tidak tahu apa penyebabnya.

Prins menatapnya jengah, menelisik sebuah kenyataan tentang apa makna Putee untuknya sekarang. Juga soal malam itu. Prins masih ingat apa yang sudah lakukan terhadap Putee. Bibir itu begitu menggodanya. Saat ini pun juga demikian. Bibir itu seolah memukulnya telak atas kekhilafan yang sudah pernah dia lakukan.

"Tapi Prins..." Putee berdehem, mencoba mengatakan sesuatu yang sudah lama ingin dia sampaikan. Prins tersadar sekilas lalu mendongak.

"Ada apa?"

"Ngomong-ngomong kita udah lama nggak makan bareng di kantin." Putee nyengir, lalu menarik lengan Prins ke arah kantin.

"Kan kita udah sarapan!"

"Tapi gue masih laper..."

Prins malas berkomentar dan memilih menuruti langkah cowok tengil itu. Cowok itu terlihat sangat bahagia, hingga Prins harus mengulum senyum karenanya. Prins hanya sedang kehilangan kewarasannya pagi ini. Dia marah-marah ketika Camo menyapa Putee, lalu memerintahkan cowok tengil itu untuk menjauhi Camo, sekarang dia mau-mau saja ikut cowok ini ke kantin?

Sejujurnya, Prins hanya bingung bagaimana cara dia bersikap!

***

Prins marah.

GarlicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang