bagian 12

6.1K 364 16
                                    


Rasa ini bagai kutukan yang mengikatku sampai mati...

Tapi tawamu bagaikan air suci pengobat segala lukaku...

.....

"Hei bro, suntuk banget lo. Mau ikut nggak ketempat biasa? ada si Daniel juga kayaknya, mumpung lagi free dia," ajak Tian, salah seorang artis multitalent yang kebetulan se-PH dengan Demon dan TM.

"Males gue," balas Demon cuek mengaduk cappuchino icenya, wajahnya ditekuk kesal.

Sudah beberapa hari ini Reyna mengacuhkan dirinya di kelas apalagi saat ada jadwal bareng sebagai Starlet, digoda seperti apapun tetap tak merespon, membuat Demon kelimpungan sendiri. Pesannya tak ada satu pun yang dibalas. Saat bertanya pada Rey dan Fallen keduanya kompak geleng-geleng kepala.

"PDKT lo sama Starlet gagal ya?" akhirnya cowok blasteran Indo- Jerman itu mendaratkan pantatnya di kursi sebelah Demon dan mengirim line ke Daniel bahwa ia sedikit telat ke tempat janjian mereka.

Dahi Demon berkerut,
Sebernarnya bukan Starlet, tapi Reyna sama Starlet kan orang yang sama.

Alah bodo amat mau Tian mikir itu Starlet atau Reyna, toh mereka satu orang juga, pikir Demon.

"Cewek itu maunya apa sih, dibaikin salah dicuekin juga pasti tambah salah ... pusing gue,"curhat Demon seraya membenturkan kepalanya ke meja kafe. Untung saat ini kafe di bawah PH mereka ini sedang sepi, jadi tak ada yang menganggap Demon gila.

Tian menarik satu sudut bibirnya ke atas membentuk seringai. Tak pernah sekalipun ia melihat Demon yang biasanya dengan mudah membuat para gadis bertekuk lutut menjadi frustrasi dan menyedihkan seperti ini.

"Mereka para wanita memang selalu munafik, saat menghindar artinya mereka ingin kita mengejar dan memperjuangkan mereka. Itu kode mereka, Demon. Lo harus belajar dari gue" Tian membanggakan dirinya, memang cowok bermata abu itu cocok menyandang gelar playboy.

"Apa memang begitu?" tanya Demon lagi. Selama ini para ceweklah yang mengoda dan merayunya agar mereka dijadikan pacarnya. Tanpa harus tebar pesona mereka akan tunduk pada Demon. Karena Reyna berbeda, cewek itu sulit ditaklukkan.

"Tentu saja, Starlet pasti luluh kalo lo terus perhatian sama dia, kirimi bunga, cokelat, sama line sesering lo bisa, tanyain 'udah makan pa belom', 'lagi ngapain' ato 'mimpiin gue ya' gitu. perhatian kecil kayak gitu kadang bisa buat cewek melting" terang Tian.

.....

"Reyna, tunggu!" sebelah tangan Demon menahan pintu yang ingin di tutup Reyna.

"Ngapain kamu kesini, pulang sana. Ini udah malam...." meski Reyna ketus dan mengusirnya tapi perasaan Demon tetap menghangat.

Reyna masih menepati janjinya untuk ber aku-kamu saat berdua dengan Demon. Kata-kata Tian beberapa waktu lalu membangkitkan semangatnya untuk mendapatkan hati Reyna seutuhnya, tanpa bayang-bayang masa lalu cinta pertama cewek itu. Jadi Demon langsung mendatangi apartemen Reyna dan meminta Rey keluar, memberi mereka waktu berdua.

"Ayo bicara, jangan seperti ini," ujar Demon memelas. Dan akhirnya cewel itu mengalah membiarkannya mengikutinya masuk ke dalam apartemennya.

Reyna tak menghiraukan Demon yang duduk di hadapannya. Ia tak berani memandang mata Demon yang sedikit meredup.

"Apa bersamaku membuatmu sakit, Reyna?" tanyanya lirih membuat Reyna seketika menatap wajah Demon yang terlihat frustrasi.

"Bukankah kamu berjanji memberiku kesempatan membahagiakanmu. Mengijinkanku menjadikanmu rumahku saat aku ingin pulang... Kenapa kamu sekarang menghindariku ... kamu membuatku gila Reyna."

Be Nerd or Super Idol??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang