bagian 8

5.9K 422 22
                                    

Halo cerita abal-abal datang lagi...
Jangan lupa votement yaw...

Gak pake lama deh...
Happy reading....

.....

Ini sudah hari ke tiga, tapi Reyna sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Demon masih tetap di sampingnya, menggengan erat jemarinya yang mungil dan hangat.

Di mata Demon, Reyna tetap cantik meskipun sedikit pucat.

Apa dia akan bangun jika gue menciumnya seperti dalam dongeng sleeping beauty?

Entahlah, yang pasti sebelum Demon melakukannya saudara kembarnya, Rey pasti akan melemparkannya dari jendela kamar lantai tiga rumah sakit ini.

Jadwal Demon dan TwinsMaker kacau balau. Karena Reyna sakit dan cowok itu sengaja tidak mau bekerja untuk menemani Reyna dengan ijin orang tua Reyna tentu aja. Sky, Fallen dan Vio lah yang kena getahnya mengurus semua pekerjaan dan wartawan yang pasti sudah kepo berat karena Demon dan Starlet menghilang tiba-tiba.

Kamar VVIP itu begitu tenang, hanya ada Demon dan Reyna. Oh, jangan lupakan dua orang bodyguard yang berjaga di luar kamar. Mereka suruhan Om Ken, agar tak ada orang yang bisa masuk selain orang terdekat.

Demon melihat tirai yang berkibar diembuskan angin karena jendelanya sengaja ia buka, di atas nakas ada vas kecil berisi tiga tangkai  bunga matahari. Kata Rey gadis tukang tidur ini suka bunga matahari jadi tiap hari Demon selalu membawa setangkai bunga matahari untuknya.

Cepat bangun, sleeping beauty...

Gue kangen sama lo...

.....

Reyna mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Dirinya duduk di bawah pohon besar di sampingnya mengalir sungai yang sangat jernih hingga bebatuan di dasarnya pun terlihat jelas. Di seberang sungai terbentang padang rumput yang sangat hijau. Sekelebat Reyna dapat mendengar suara burung berkicau saling bersahutan. Tempat ini sangat asing tetapi juga sangat indah.

Ini di mana....

"Nona."

Reyna menoleh saat mendengar suara dan sangat terkejut melihat siapa orang yang tengah duduk di sampingnya.

"Aoi-kun...." air mata Reyna tanpa sadar meleleh dengan derasnya. Sungguh ia sangat merindukan sosok di depannya ini.

Pria berjas putih itu menyeka air mata sang nona lalu mengelus kepalanya penuh sayang. "Ini ... sungguh ... Aoi-kun?" tanya Reyna terbata.

Aoi mengangguk pelan, "Nona, bukankah anda sudah berjanji kepada saya? Kenapa anda jadi seperti ini?" tanya pria bermata sipit itu.

Wajah dan penampilannya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Tapi saat melihat dirinya sendiri yang sudah dewasa, ia yakin sekarang ia sedang bermimpi.

"Anda membuat semua orang khawatir nona...."

"Maaf ... maaf, Aoi-kun ... maafkan aku...." ucap Reyna berkali-kali. Dulu ia tak sempat mengucapkan apa pun sebelum Aoi pergi dan sekarang hanya kata maaf yang keluar dari bibirnya yang bergetar.

Reyna yang masih terisak langsung menghambur ke pelukan Aoi. Ia tahu ini tak nyata, tapi ia tak peduli karena ini terasa sangat nyata. Aoinya yang hangat dan lembut kembali.

"Tak ada yang perlu dimaafkan, nona ... saya bahagia disini dan saya juga mengharapkan kebahagiaan anda. Mereka semua menunggu anda nona ... Tuan Ken, Nyonya Bunga, Tuan Muda Rey dan ... seorang lagi...." Aoi tak melanjutkan kalimatnya saat melihat Reyna menatapnya bingung.

Be Nerd or Super Idol??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang