bagian 16

5.1K 338 7
                                    

Happy reading...

.....

Reyna pov

Aku memandang tautan tanganku dan Demon sambil mengingat kembali peristiwa di pantai kemarin sore. Kalo boleh saat ini aku pasti udah jingkrak-jingkrak kaya orang gila saking senengnya bisa baikan lagi sama Demon.

Saat ini kami berdua masih jalan ke parkiran kampus, kebetulan kami berempat hanya ada satu mata kuliah dan selesai jam 11 tadi. Setelah ini kami masih harus pergi kerja, aku dan Kak Rey ada pemotretan buat salah satu majalah remaja ibu kota, kalo Demon mungkin langsung ke lokasi gladi resik buat acara musik nanti sore.

Di depanku seperti biasa kak Rey merangkul mesra Fallen. Demon tersenyum lembut padaku, sama sekali nggak mempedulikan tatapan mencemooh anak-anak kampus, kenapa cowok sekeren Demon terlebih lagi artis terkenal mau jalan sama sekumpulan nerd sepertiku, Kak Rey dan Fallen.

Kami masih menggunakan status friendzone di kampus, untuk menghindari gosip di media. Tapi tetap saja hatersku jumlahnya lebih banyak dari pada fans Demon. Aku gak bisa bayangin kalo mereka tau aku ini beneran ceweknya Demon. Uh ... bisa dibully habis-habisan pastinya.

Hubungan Demon dengan Kak Rey juga membaik setelah Demon minta maaf dan berjanji tak akan membuatku sedih lagi. Aku sempat memarahi kak Rey juga saat tau Kak Rey pernah memukul wajah Demon hingga dia nggak bisa kerja dua hari gara-gara bekas lebam di pipi. Tapi Demon langsung menjitakku pelan saat aku menasehati Kak Rey seperti ini,
"Kak Rey bodoh banget sih, Demon kan artis kalo wajahnya luka dia bisa nggak laku lagi! Seharusnya Kakak nonjok perutnya aja! Kan nggak bakal kelihatan memarnya, orang dia pake baju."

"Kamu pikir aku jadi artis cuma tampang muka doang apa!"
Dan Demon merajuk seperti anak umur 5 tahun yang tak dibelikan mobil-mobilan oleh mamanya karena Kak Rey menertawakannya habis-habisan.

"Ai, kamu ngelamun?" bisik Demon pelan di telingaku, napas hangatnya membuatku merinding sampai perutku rasanya digelitiki ratusan kupu-kupu.

Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum singkat menandakan aku baik-baik saja.

"Oh, ya. Nanti kalo sempet nonton perform aku yah! Liat di TV juga nggak papa, pokoknya sempetin nonton sebentar," rengek Demon saat aku sudah masuk ke dalam mobil dan dia menutup pintu mobilku dari luar.

Melihatnya merengek seperti ini sungguh membuatku gemas dan ingin menggigit hidung mancungnya. Oh! Tidak Reyna! Memikirkan Demon membuat otakku konslet!! Parah!!

"Aku usahakan!" kataku mengalihkan rasa gugupku. Pasti sekarang pipiku kaya tomat busuk. Malu.

"Ehem. Bisa berangkat sekarang?" Kak Rey terlihat bosan di kursi kemudi. Membuat Demon tersenyum canggung dan mengucapkan sampai jumpa.

Aku memutar bola mataku kesal saat mobil sudah berjalan meninggalkan kampus.

"Udah kali Dek, nggak usah pake cemberut gitu bibirnya," tegur Kak Rey yang memandangku geli dari kaca spion depan. Sedang Fallen masih sibuk dengan tabnya disamping kak Rey.

"Bodo!" kayak dia nggak pernah mesra-mesraan sama Fallen di depanku aja!
Aku cemberut dan memfokuskan menyantap puding buah dari Chiaki semalam saat dia dan Mama main ke apartemen.

....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Be Nerd or Super Idol??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang