14. Nasihat umi

227 52 4
                                    

Tamii Mahendra Putraa Pov.

Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum. Gus ane tadi nempatin tempat si aris. Jadi ente abis dia."

"ane gak jadi mandi. Udah di jemput soalnya hehe."

"Ohh.. Dijemput sama siapa?" Tanyaku sambil merapihkan handuk.

"Sama sepupu ane tam."

"Lah? Emang ibu sama bapak ente kemana?"

"Ibu sama bapak lagi keluar kota."

Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum. Tam umi sama abi ente udah ada di parkiran tuh." Ujar Ridwan memberitahuku

"Ente abis dari mana wan?" Tanyaku

"Abis dhuha di musholah depan. Pas ane masuk ma'had (pondok) ada umi sama abi ente keluar mobil."

"Okeh! Makasih wan."

"Urwell tam."

Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum." Ucap umiku sambil memasuki asramaku.

"Waalaikumusalam umi. Abi mana?" Ujarku sambil mencium tiga kali bolak balik tangan umiku.

"Abi lagi ngobrol di pos sama ustadz keamanan kamu. Siapa si namanya? Yang jadi waliasuh baru kamu itu."

"Ohhh.. Ustadz akhyar?"

"Iya. Sama beliau. Yaudah kamu buruan rapih-rapih."

"Udah ko mi. Tinggal pulang aja nih hehe." Jawabku sambil mengunci pintu lemari dan mengajak umiku keluar kamar.

"Gimana UNnya bang?" Tanya umiku. Aku di panggil abang karna aku adalah anak pertama dari 2bersaudara. Anak pertama dikeluargaku adalah aku. Tamii Mahendra Putraa. Dan yang terakhir anak perempuan satu-satunya yang sekarang berumur 3½ tahun hampir sama seperti hubunganku dengan zahra yang lebih beberapa bulan. namanya Refina Dwi Mahendra. Namaku dan adikku selalu di akhiri dengan kata Mahendra!. Karna nama abi adalah Mahendra Arya Putra. Hampir sama seperti namaku ya? Hehe. Kalau umiku Ruqoyah Putri Farhana.

"Alhamdulilah umi. Lancar ko. Oh iya mi. Kan aku duduknya sampingan sama zahra."

"Wah. Kamu pacaran mulu ya? Ko bisa di campur si bang?"

"Engga lah mi. Aku juga pacaran gak berani sampe deket-deketan. Eh tapi pernah deng hehe. Kan kata umiku yang cantik ini. Jagalah kehormatan wanita yang kau sayang. Karna aku ingin menjaganya sampai dengan akad pernikahan aku ucapkan hehe. "

"Anak umi udah dewasa ya. alhamdulilah kalau kamu sama zahra pacaran masih mengikuti jalannya islam. Jangan macem-macem ya bang! Kasian sama umi dan abi.. Ingit ya sayang.. Allah bakalan menguatkan cinta makhluknya selagi makhluknya menguatkan cintanya dengan namanya. Kamu ngerti ga?"

"Maksud umi, allah bakalan nguatin cinta aku dan zahra selagi aku tulus mencintai zahra karna allah?"

"Iya bang. Mangkanya umi mencegah banget kalau kamu jalan berdua-duaan sama zahra. Karna setan itu berada dimana-mana. Terutama dihati. Kalau setan sudah ada di hati! Susah untuk mengusirnya. Jadi jaga hati kamu. Jangan sampai gampang tergoda oleh setan! Umi percaya kalau anak umi yang satu ini adalah calon imam yang baik untuk ma'mumnya kelak. Saran umi, Carilah wanita yang secantik zulakha, setabah fatimah, sepenenang khadijah, dan sepandai aisyah ya sayang.. Kenapa umi ngomong begini? Karna cantik doang gak bisa meyakinkan bang.. Coba cantik tapi hatinya kotor? Percumakan? Dankenapa umi bilang carilah wanita sepandai aisyah? Karna umi ingin.. Nanti cucu-cucu umi pandai karna bimbingan dari bundanya sendiri tanpa bantuan orang lain!. Jodoh itu ibarat kita nunggu koper di bandara loh tam! Meskipun banyak yang lewat namun bukan milik kita! Dia hanya sekedar singgah dan lewat tapi tidak menetap! carilah wanita yang solehah yang bisa mengingatkan kamu ketika kamu berada di jalan yang salah." Nasihat umi. Aku terdiam mencerna nasihat dari umiku. Zahra memang pilihan wanita idamanku. Semoga allah memberkahi hubungan aku dan dia.. Aamiin!

"Iya mi. Doain tami ya mi. Semoga dapetin pendamping yang sama kaya umi inginkan."

"Iya bang. Umi selalu doain ko. Mana ada si ibu yang mau melihat anaknya bersanding dengan sandingan yang buruk akhlaknya, tercela pribadinya, tidak sempurna iman dan islamnya. Meskipun pria di ciptakan menjadi imam atau leader atau pemimpin yang baik untuk kaum hawa. Tapi setidaknya wanita juga harus punya pegangan untuk masadepannya. Samperin abi sana terus salim." Ujar umi menyuruhku menemui sosok pria yang sedang berdiri memandangiku sambil tersenyum.

"Assalamualaikum abi." Ucapku sambil mencium tangan abiku tiga kali bolak-balik agar barokah.

"Waalaikumusalam." Abiku menciumku dan memandangiku sambil tersenyum. Namun mengapa abi berlinangan air mata? Apa abi sedih?

"Abi? Abi kenapa?" Tanyaku lalu menatap abi yang sedang menangkup wajahku sambil tersenyum.

"Alhamdulilah enam tahum sudah kamu hidup di tempat suci ini.. Eman tahun sudah abi titipin kamu ke tempat jihad fisabililah ini.. Dan enam tahun sudah kamu mengikuti langkah abi menjadi santri bang. Sekarang kamu sudah dewasa tam! Abi bangga sama kamu." Ujar abiku lalu memelukku didepan ustadz akhyar dan para wali santri yang lain. Meskipun disana ada bagus dan sepupu perempuannya yang sedang memandangku. aku tetap memeluk abiku dengan erat. aku tidak malu diperlakukan seperti ini oleh abiku. Aku senang mendengar ucapan abi tadi. Bahwa aku sudah bisa membanggakan dirinya. Abi.. Umi.. Tunggu tami kecilmu ini yahh.. Ini baru awal keberhasilan tami.. Masih banyak kebanggaan yang menanti kalian berdua.

"aku sayang abi." Ujarku sambil memejamkan mataku dan memeluk erat abiku seakan tidak ingin kehilanganya meskipun 1detik.

"Abi juga sayang sama kamu tami." Ujar abi sambil mencium keningku.

"Eh ibu ruqoyah." Sapa seorang wanita dibelakangku namun aku tidak bisa melihatnya karna berlawanan arah.

"Eh ibu salwa. Eh zahraa.. Gimana UNnya?"

"Alhamdulilah umi. Lancar ko mi. Refina mana mi?" Jawab zahra dengan suara lembutnya.

"Refinanya ada di mobil sama bibi yati."

"Ohh.. Salam ya mi buat refina."

Suara ituuuu.. Bukannya itu zahra? Apa zahra melihat aku berpelukan dengan abiku sampai menangis? tapi aku gak malu ah.. Buat apa aku malu? Kalau diluar sana banyak orang yang merindukan pelukan seorang ayah! Eh, tapi? Kenapa abi melepaskan pelukannya? Apa abi peka akan keadaan? Batinku.

Abi menatapku lalu senyum dan mengusap-usap kepalaku.

"Eh zahra." Ujar abiku ketika zahra saliman pada abiku.

"Hehe. Abi gimana kabarnya?" Tanyanya.

"Alhamdulilah abi sehat. Kamu sendiri? Oh iya gimana UNnya?" Tanya abiku padanya. Namun aku sibuk mencuri pandangan kearah bidadari cantikku.

"Abi aku duluan ya." Pamitnya sambil menyium tangan abiku lalu ia melirikku dan memberikanku senyuman manisnya. akupun membalasnya.

"Hati-hati di jalan ya mah." Ujarku sambil saliman dengan mamahnya zahra.

"Iya tam makasih. Duluan ya tami.. Umi ruqoyah.. Abi mahendra.." pamit mamahnya zahra.

"Ustadz balik dulu ya." Pamit mamahnya zahra pada ustadz akhyar yang sedari tadi duduk di pos merhatikan zahra sambil senyam-senyum sendiri.

Aduh genit banget si tuh ustadz! Coba ane jujur kalo zahra cewe ane! Huft sudah terlambat tam! Batinku kesal.

"Eh iya umi. Hati-hati dijalan umi." Ujar ustadz akhyar sambil melirik dan senyam-senyum pada zahra.

Ustadz! Yang pamit mamahnya zahra! Bukan zahra! Kenapa matanya ke zahra mulu sih!
Eeh.. Tapi zahra senyum-senyum ke aku sih hehe.
=°°=°°=°°=°°=°°=°°=°°=°°=°°=°°=°°=

Segini dulu ya? Gimana? Gimana? Tercukupikah? Spesial nih buat para reader aku;* oh iya btw itu rumah keluarga mahendra^^ rumah keluarganya tami.. Maaf ya kalau banyak yang mengecewakan :( aku hanya manusia biasa :'v Wkwk ditunggu votenya ya^^

+15☆ for Next!!!

Happyreading reader! :*

Pacar AbadikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang