23.

168 18 2
                                    

Zahraa Fahiraa Pov.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah hampir seminggu aku kembali kepondok untuk menyelesaikan semua ujian lisanku. Mulai dari ilmu Nahwu shorof, tasyrifan hingga fasholatan dan masih banyak nadzoman lain yang harusku storkan kepada guru yang akan mengujiku secara lisan.

"Raa.. Sini makan." Panggil Anggun yang sudah berada di depan nampan bersama Dinda dan Riska.

"Tunggu sebentar." Jawabku sambil menyisirkan rambut panjangku didepan lemari.

"Buruan entar keabisan nih.. Pake rebon buatan mamahnya Dinda loh.. Kamukan doyan banget." Rayu Riska agar kami ber4cepat sarapan. Kami ber4 tidak akan mulai makan sebelum semuanya ngumpul. Jika aku, Anggun, Riska ataupun Dinda belum ada di depan nampan, kami tidak akan mulai makan.

"Hah? Serius? Okeh aku otw!" Akupun langsung menaruh sisirku asal di dalam lemari dan pergi beranjak kearah 3sahabatku yang sudah terlihat kelaparan. Aku memang sangat menyukai rebon. Terutama buatan mamahnya Dinda. Beuh itu sudah sangat sempurna.

"Ciyee laper ya? Haha." Ledekku ketika duduk di depan nampan yang berisikan nasi dan tempe yanh di taburi oleh rebon buatan mamah Dinda.

"Yaudah buruan." Ajak Riska yang sedari tadi terlihat kelaparan.

"Iya.. Iya.." Jawabku lalu membaca doa bersama ke3 sahabatku dan menyuap nasi yang ada di nampan.

Setelah sarapan bersama. Aku dan teman-temankupun solat dhuha berjamaah dan siap-siap untuk menjalankan ujian lisannya masing-masing.

"Eh, kita Nahwu siapa yang nguji?" Tanya Dinda Sambil berjalan mengarah ke musholah putra bersama kami bertiga untuk ulangan nahwu.

"Kayanya sih Ustadz Akhyar. Soalnya nama dia diatas sejajar ama nama kelas kita 12A." Jawabku.

"aku yakin si Zahra pasti nilainya gede nih." Ujar Riska.

"Dih sotoy kamu ris, aku aja apalnya dikit doang. Baru sampe Bab i'rob hehe. Sisanya alamu alam."

"Wallahu a'lam zahraa." tegur Anggun.

"typo typo maap ya haha."

"Dasar kamu ini. Gak boleh gitu tau ra." Ujar Anggun menasehatiku.

Sesampainya di musholah putra. Aku kembali meng kebet semua catatan yang ada didalam bukuku sembil menunggu kehadiran Ustadz Akhyar.

"Apa itu kalam? Kalam adalah kalimat.

Ada berapa kalam itu? Kalam di bagi menjadi 3bagian yaitu, fi'il, isim, dan huruf.

Apa itu fi'il? Fi'il adal-" Ucapanku terputus karna kehadiran Ustadz Akhyar.

"Assalamuaikum warohmatullahi wabarokatu." Sapa Ustadz Akhyar yang duduk diantara pertengahan santri putra dan putri kelas 12A.

"Waalaikumusalam warohmatullahi wabarokatu." Jawab kami serentak.

"Kaifa haluq jami'an?(apa kabar kalian semua?)"

"Alhamdulilah nahnu bikhoir ya ustadz.(alhamdulilah kami sehat wahai guru.)"

"Okeh! apa kalian sudah siap?"

"Siap!"

"Kalo gitu.. Saya pilih dari atas ya!"

"Ih jangan ustadz!" Jawabku berbarengan dengan Tami.

"Ciyee ciyee.." Ledek teman-teman kelasku.

"Khem!" Bentak Ustadz Akhyar. Tak lama dari bentakan itu suasana sunyipun menyelimuti kami semua.

"Tami, Zahra, kenapa hanya kalian berdua yang tidak setuju sama usul saya?" Ustadz Akhyarpun membuka mulut.

Pacar AbadikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang