Zahraa Fahiraa Pov.
"Kak? Gimana UNnya tadi? Bisa ga?" Tanya mamahku sambil berjalan bersamaku menuju pembatas asrama putri.
"Alhamdulilah mah." Jawabku sambil tersenyum.
"Besok kita ke kantor imigrasi ya kak. Kita ngurusin paspor." Ujar mamahku.
"Iya mah." Jawabku lemas. Setelah mendengarkan ucapan mamah tadi tentang paspor, rasanya seperti tertimpa beban yang sangat berat. Aku belum siap untuk kepergiaanku ke kairo yang tinggal mengitung bulan setelan haflah(wisuda)ku nanti.. Yaallah kuatkanlah hatiku untuk melangkah lebih jauh lagi untuk menggapai ilmumu ya rabb.
"Zahraa? Kamu kenapa sedih? Kamu kan mandiri. Buktinya kamu bisa bertahan 6tahun terpisah dari mamah dan ayah. di kairo cuma 5tahun doang ko.. Anggep aja kamu mondok lagi. Tapi ini bebas gak dikurung." Mamah menyemangatiku.
"Iya mah.." Aku tak berani membicarakan persoalan hubunganku dengan Tami pada mamahku. Aku takut mamahku kecewa hanya karna cinta, cita-citaku terbelangkara. Aku hanya menatap mata mamahku lalu menundukan kepalaku kembali. Seakan-akan ingin menyampaikan sesuatu lewat isyarat mata.
"Kamu kenapa?" Tanya mamahku penasaran sampai menghentikan langkahnya.
"Ah? Gak mah.. Gapapa ko.. Ayu mah aku pengen cepet-cepet pulang." Ujarku sambil menarik tangan mamahku.
"Zahra! Mamah serius. Kamu 9bulan dalam perut mamah. Mamah tau pasti ada yang lagi kamu pikirinkan? Meskipun kamu sudah besar sekarang. Tapi kamu tetap putri kecil mamah yang paling mamah dan ayah sayang." Ujar mamah membuatku bungkam untuk berbicara. Rasanya sedih untuk memilih langkah yang terbaik di Antara melanjutkan hubungan Atau melanjutkan studiku ke kairo. Memang tami bukanlah tipe pria mata keranjang. Buktinya selama berhubungan denganku selama tiga tahun lebih. Tami tidak pernah menduakan cintaku. Dia selalu membuatku bahagia seperti awal mula PDKTan sampai sekarang.
"Zahra?" Panggil mamahku.
"Hah? Kenapa mah?"
"Kamu dengerin omongan mamah barusan gak sih?"
"Engga! Hehe.."
"Dasar! Eh itu bukannya tami ya? Dia kenapa deh sama abinya? Kesana yu!" Ajak mamahku untuk mendekati priaku. Kaki terasa berat untuk melangkah menuju sosok priaku itu namun apa daya mamah sudah lebih dahulu dan meninggalkanku.
"Eh ibu ruqoyah." Sapa mamahku sambil menepuk pundak uminya tami.
"Eh ibu salwa. Eh zahraa.. Gimana UNnya?" Tanya uminya tami.
"Alhamdulilah umi. Lancar ko mi. Refina mana mi?" Tanyaku.
"Refinanya ada di mobil sama bibi yati."
"Ohh.. Salam ya mi buat refina."
"Iya sayang. Ayah mana ra?"
"Ayah di mobil mi."
"Ohh. Eh Kamu Makin cantik aja sih." Puji umi.
"Hehe umi bisa aja." aku dibuat tersipu oleh umi. Tanpa sadar aku membuang muka mengarah tami dan abinya yang sedang berpelukan. abi melihatku. langsung aku membuang muka dari pemandanganku barusan. Agar tidak ada fikiran negatif.
"Bi." sapaku lalu saliman pada abinya tami.
"Eh zahra."
"Hehe. Abi gimana kabarnya?" Tanyaku.
"Alhamdulilah abi sehat. Kamu sendiri? Oh iya gimana UNnya?" Tanya abinya tami.
"Alhamdulilah lancar ko bi. Meskipun sedikit ada kesulitan. Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Abadiku
RomancePacar abadiku.. Siapa sih yang ga mau punya pacar abadi? Secara abadi itu kan artinya selamanya kan? Berarti dunia akhirat dong.. Disini diceritakan 2sejoli yang menjalankan hubungan selama bertahun-tahun.. Namun sayang harus berpisah demi cita-cita...