3.Akhirnya

67 7 0
                                    

Seminggu setelah interaksi pertamaku yang tidak menyenangkan dengan A. Tidak ada perubahan juga dari A. Dia masih tidak memperhatikanku. Sama sekali tidak.
A. Laki-laki ter-gak-peka sedunia. Kenapa aku harus menyukainya?!. Lama-lama rasanya aku kesal dengan diriku sendiri.
Ayolah Ares Aprilio. Seharusnya kau memperhatikanku, aku capai selalu memperhatikanmu. Seumur-umur, aku nggak pernah memperhatikan laki-laki selama ini.
Sudah 4 bulan, selalu aku yang memperhatikan A. Setidaknya ia harus memberiku perhatian darinya sedikit saja.
Menyapaku misalnya. Nggak susah kok. Aku yakin kalau dia menyapaku, aku pasti langsung terbang tinggi.
Atau berkenalan denganku. Susah loh untuk berkenalan dengan cewek sepertiku.
Atau juga mengulang kembali interaksi pertama kami agar lebih berkesan.
Laki-laki nggak berperasaan. Membiarkan cewek sepertiku harus menunggunya. Dan itu tidak pasti.

----------

" Ya ampun Jasmine, lo tuh cerita kayak gini berulang kaliii " keluh Kamila. Aku menceritakan 'lagi' interaksi pertamaku dengan A.
Saat ini kami sedang makan siang di kelas.

" Abis gimana Mil, gue kesel " kataku.
" Masa cewek kaya gue nggak diperhatiin sih? emang gue enggak menarik ya? " lanjutku.

Kamila menggelengkan kepalanya, " lo tuh malah bikin serem Jas " ucap Kamila.

Aku menyipitkan mataku, " emang iya? bidadari kayak gue gini malah bikin serem? " tanyaku.

Kamila berdesis, " terserah deh, gue kok jadi males ngomong ya? ".

Aku memukul punggung Kamila pelan,
" Iyaa, iyaa sorry, emang kenapa Mil? ". Aku mengunyah bekal makan siangku.

" Yaa kan serem aja gitu kalo misalkan diliatin terus " kata Kamila, " takut "

Aku mangut-mangut. " Benar juga lo Mil, mungkin emang gue ngeliatinnya berlebihan banget ya " kataku, " tapi gue enggak bisa kalau enggak ngeliatin orang yang gue suka " lanjutku.

Kamila menaikkan satu alisnya, " lo yakin kalo lo beneran suka? " tanyanya.

Aku mengangguk, " iyalaaahh "

" Oohh.. gue takut aja sih kalo suka lo itu cuman ngefans. Suka bukan dari hati " ujarnya.

Aku terdiam. Kupikir.. aku menyukai A dari hati.
" Ah Mil, gue jadi dilema kan, gue ragu sama hati gue sendiri nih jadinya, lo sih pake nanya kaya gini " kataku.

" Lho? kenapa? gue kan nanya aja " Kamila menyuapkan bekal makan siangnya.

Aku mengerucutkan bibirku. " Habis, gue kan labil orangnya Mil "

Kamila mendesis, " tuh kan, lo mah apa-apa nggak dipikirin dulu "

" Iya sih... cuman doi kan bikin gue berdebar berarti gue suka kan? " kataku

Kamila menghela nafas, " ya ampun Jas, emang hanya rasa suka aja yang harus bikin berdebar? kalau ngefans juga tahu. Nih misalnya kayak gue ngefans sama Keenan Pearce. Terus gue ketemu gitu, abis itu salaman deh, hati gue juga berdebar kali " tukas Kamila.
" Semoga aja, Amiin " lanjutnya.

" Yaelah, harapanlo muluk juga " dengusku. Aku menggelengkan kepalaku yang melihat Kamila merapatkan kedua tangannya dan memejamkan matanya.

Kamila membuka matanya dan tertawa kecil, " yah kan gapapa dong berharap daripada nggak punya harapan ".

Aku mendengus lalu berpikir.
Hmm... benar juga sih apa yang dikatakan Kamila. Jangan-jangan aku hanya menyukai A dari segi fans.

----------

" Sial, gue nggak ngerti sama sekali ulangan biologi " keluhku begitu aku dan Tia keluar dari kelas.
Kamila pulang duluan, dia mau les piano katanya.

HALO ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang