9.Lampu hijau?

68 6 0
                                    

Keesokannya.
Semenjak ' modus gagal ' itu terjadi. Aku mengurungkan niatku untuk mencari perhatian pada A.
Aku belum menyerah. Aku masih setia menunggu A. Walau dia tidak memberikan perhatiannya padaku.
Tidak apa, aku tak peduli. Lihat saja, ia pasti akan menyukaiku, cepat atau lambat.
Aku sangat yakin. Seratus persen yakin. Tidak ada yang bisa menolak pesonaku. Aku Jasmine Vera. Perempuan yang dikejar-kejar oleh banyak laki-laki. Cam kan itu.

----------

Ku pelap keringatku yang bercucuran sehabis pemanasan untuk meringankan tubuhku saat latihan cheerleader nanti.
Saat ini aku sedang eskur cheerleader.

" Nah, buat gerakan dance ada tambahan di penutupan. Jadi kayak gini... " kak Atiqa memperlihatkan improvisasi pada tarian penutup.

Membosankan. Rasanya aku sedang tidak semangat untuk berlatih. Walau aku melihat A di lapangan basket, itu tidak memberi pengaruh terhadap semangatku.

Kusenggol Kamila di sebelahku. Kamila menoleh.

" Bosen gak sih? " bisikku.

Dia menggeleng, " nggak kok, seru lagi dapet gerakan baru " sahutnya.

Aku terdiam. Ingin rasanya aku pulang. Bosan dan malas adalah jawabannya.

" Oke, ayo bangun. Kita latihan sekarang!! " kak Desi menepuk tangannya sebagai tanda segera bersiap.

----------

Latihan telah selesai. Aku dan Kamila menuju kantin untuk membeli minuman.
Kantin sedikit ramai, banyak siswa sehabis eskur yang beristirahat membeli minuman atau makanan.
Termasuk anak basket.
A dan Nial tepat di sampingku, mereka sedang memesan minuman. Tapi aku tidak merasakan apa-apa terhadap A. Biasa saja.
Padahal biasanya aku sangat histeris melihat A apalagi di sebelahku.
Mungkin karena modus gagal-ku juga, akhirnya aku sedikit malu, apalagi ada Nial.

" Duh Jas, gue ke toilet ya, kebelet nih " kata Kamila dengan nada bergetar, khas orang yang kebelat buang air.
" Tolong dong, es teh manis "

Aku mengangguk, " iya gue pesenin " kataku.

Kamila memberikan uang untuk titpannya dan segera melesat keluar kantin.

" Bu, beli es teh manis satu sama jus jambu ya " pintaku, " ini uangnya " aku memberikan uang untuk pesananku dan Kamila.

Setelah aku memesan. A dan Nial pun memesan.

Si ibu mengangguk dan segera membuatkannya.

Aku hanya diam dan mendengarkan Nial dan A sibuk mengobrol.
A memang tidak pendiam kalau bersama laki-laki. Benar kata kak Desi, dia hanya kaku pada perempuan.

" Hei, lo yang kemarin kan? " tiba-tiba Nial menyikutku.

Aku menoleh dan mengangguk.

" Abis latihan ya? " tanyanya.

Aku mengangguk lagi.
Udah tau ngapain nanya, batinku.

Nial terlihat gondok dengan anggukanku. Akhirnya dia diam dan kembali mengobrol dengan A.

Pesanan-pun jadi, aku segera mengambil-nya dan melangkah pergi. Tetapi.., langkahku semakin gontai. Sayup-sayup terdengar seseorang memanggilku, tetapi semua menghilang setelah itu.

----------

Kubuka kedua kelopak mataku. Kulihat wajah Kamila yang menatapku khawatir. Di sebelahku juga ada kak Desi.

" Udah sadar? " tanya kak Desi.

Aku mendudukkan tubuhku dan menggeliat, " gue kenapa? ".

" Lo pingsan tadi di kantin " kata Kamila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HALO ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang