2.Pertama kali

70 8 1
                                    

" Please deh Jas, lo cuman dimintain maaf aja sampe ngefly gitu, sampai gak fokus latihan, terus liatin doi aja " Kamila membuka tutup botol sari jeruknya.

Saat ini kami sedang beristirahat sehabis latihan. Latihan sudah selesai.

Aku mendengus, " Kan pertama kali di tegur doi Mil, ya jelas dong gue ngefly, apalagi doi ganteng banget lagi pake baju training basket " kataku berseri-seri. Aku menunjuk A yang sedang minum di pinggir lapangan basket

Kamila menggeleng-gelengkan kepalanya. " Iya deh " sahutnya. " Yuk Jas ganti baju, keburu rame " ajak Kamila sambil beranjak.

Kami segera berlari ke ruang loker untuk berganti baju.
Begitu selesai, kami pamit pada kak Desi, ketua Cheers.

" Kami pulang dulu kak " ucapku dan Kamila.

" Oh iya. Jas latihannya diperbanyak lagi ya " kak Desi tersenyum.

" Siap kak! " seruku. Aku dan Kamila berbalik menuju halte bus sekolah.

" Ih Jas, lo kalo ngeliatin nggak gitu juga kali " Kamila memutar kepalaku yang daritadi melihat A.

Aku tersenyum kecut. " Bawel lo ah Mil, gatau orang lagi seneng aja " dengusku.

" Iya, iya maaf deh. Cuman gak usah berlebihan oke? " kata Kamila.

Aku mengangguk pelan, " tapi kan biar doi peka juga Mil gue lakuin kaya gini " ujarku.

Kamila tersenyum, " iya gue ngerti. Cuman ada saatnya dimana cowok tuh nggak suka terlalu diperhatiin " katanya.

Aku mengangkat bahu, " tapi emangnya dia melihat gue Mil? ".

Kamila terdiam. Aku sudah tahu jawabannya.
A tidak pernah memperhatikanku.

" Gue nggak tahu hehe " Kamila menggelengkan kepalanya sambil memperlihatkan gigi-giginya yang berwarna biru.
Bukan giginya. Maksudku kawat giginya.

Aku hanya mengecutkan bibirku. Kami pun sampai di halte, nggak lama kemudian bus yang ditumpangi Kamila datang.

" Gue duluan ya Jas! " serunya.

" Iya Mil " sahutku.

Kamila segera menaiki bus. Sekarang, hanya aku yang menunggu bus di halte. Bagus. Kesempatan untukku. A sebentar lagi pasti datang!.
Dan memang benar, A datang sendirian dengan pakaian trainingnya. Dia berjalan acuh ke arah tempat duduk halte. A mendengarkan musik dari earphonenya sambil mengunyah permen karet.
Aku menatapnya detail.
Ya Tuhan, kak A keren bangettt, batinku.
Semakin aku memperhatikannya, semakin banyak kata-kata yang aku pikirkan.
Kak, lihat aku dong, kok gapeka-peka sih?, batinku lagi.
Aku bergumam sendiri. Kutatap lagi A. Dia sedang bersenandung kecil sambil memejamkan matanya. Oh my god!

Sekarang aku malah ingin bus segera datang dan menjauh dari A. Hatiku sangat berdebarrrr. Astagaaaa.. .
Sepertinya dia sadar aku memperhatikannya. Dia menatapku. Ku ulangi. Dia menatapkuuuuu!. Aaah, rekor baru dalam satu hari.
Pertama dia mengatakan satu kata padaku dan kedua dia menatapku. Sekarang juga dengan wajah kerennya sehabis basket.
Tatapannya membuatku diam membeku. Ayo katakan sesuatu kak!, batinku.
Tapi dia hanya diam lalu menghentikan dirinya untuk menatapku. Sialan. Dia hanya menatap begitu saja.
Aku membalikkan wajahku yang menatapnya dari tadi. Maaf saja A, aku patah hati.
Bus yang ingin kutumpangi pun datang. Aku segera menaikinya dan segera mencari kursi kosong. Aku melihat A yang memasuki bus.
Tunggu dulu.. Dia duduk di sebelahku?. DI SEBELAHKUUU. Aku diam membeku. Awalnya aku sangat berdebar, tetapi selanjutnya aku malah beranggapan A itu orang yang sangat kaku.

" Maaf " katanya. 2 kata teman-teman. 2 kataaaa!. Rasanya aku ingin sekali memutari lapangan seperti pemain bola yang baru mencetak gol.

" Ehh iya kak, untuk apa? " tanyaku. Aku membesarkan mataku.

A menunjukkan gambar bola basket di casing smartphonenya sebagai jawaban.

" Ooh.. yah.. " ucapku ogah-ogahan.

Maksudnya tentang bola basket yang mengenai punggungku sebelumnya.
Tapi aku sedikit kecewa. Dia mengatakan 2 kata yang sama dalam sehari ini. Maaf. Huh... itu saja.
Aku ingin mengobrol lebih panjang dengan A, jadi aku mencari topik.

" Oh ya Kak... " aku memutuskan perkataanku agar A bisa membalas.

" A. Ares " jawabnya. Bagus. 2 kata untukku.

" Ah iya maksudnya kak A. Ummm... klub basket akan tanding dengan SMU Bhakti kapan ya? " tanyaku.

A memejamkan matanya. " Kira-kira Jumat sore " jawabnya. Padahal aku sudah tahu.. .
Gapapa yang penting jawabannya sekarang ada 3 kata.

Aku mangut-mangut dan melirik A. Aku harap dia melanjutkan percakapan kami. Tapi dia malah diam saja.
Oke, aku belum menyerah, akan kuperlihatkan sisi menarikku.

" Kak, kakak keren loh saat memainkan basket " ucapku. Ini bukan godaan. Ini hanya compliment. Serius. Kalian jangan beranggapan aku itu genit.

A hanya menoleh lalu menaikkan alisnya, " oh ".
Ucapnya singkat, jelas dan padat. Itu saja??.

" Bilang makasih dong " ucapku cengengesan sambil menyikutnya.

A menatapku. " Lo berisik " , lalu ia menambahkan " lo sok asik " ucapnya. Ia membalikkan wajahnya kedepan.
Sialan. Gue malah dikatain, batinku.
Aku jadi sakit hati sendiri rasanya.

Aku tersenyum memaksa, " oh.. maaf kak " ujarku pelan.

A menghela nafas dan beranjak dari tempat duduknya. Ia berdiri, mengaitkan satu tangannya di pegangan tangan di langit-langit bus. Satu tangannya lagi memegang smartphone. Dia menyelipkan satu earphone pada telinganya. Sepertinya ia kembali mendengarkan lagu.

A cukup dingin dalam berinteraksi denganku. Tapi dia keren... .
Mungkin pada awal interaksi antara aku dan A, aku memberi kesan yang tidak baik bagi A. Tapi lihat saja, aku akan menunjukkan diriku yang berbeda. Aku akan membuat A peka terhadap perasaanku padanya!.

Aku menghembuskan nafas sambil berpikir. Susah sekali sih mendapat perhatian dari A di saat banyak laki-laki di belakang sana yang mengejarku?. Dari segi wajah, A tertinggal berapa angka dari mantan pacarku di SMP. Tapi ingat, aku menyukai laki-laki yang memiliki aura-aura keren ditambah sedikit ketampanan. Ah sudahlah.
Oh ya, nggak usah berkata apa pun tentang aku-yang-disukai-oleh-lelaki tampan, dll.
Aku tahu, kalian pasti berkata kalau aku kepedean, kegeeran, sombong, songong, sok cantik, dsb.
Yang terpenting... Ingatlah, hanya satu yang bisa kubanggakan dariku. Yaitu, wajahku.

Aku menatap A lagi. Pokoknya aku akan terus menatapnya sampai A benar-benar peka!, batinku. Aku terus menatapnya sampai ia melakukan pergerakan. Dia kembali duduk di sebelahku. Hatiku rasanya sangat berbunga-bunga.

" Lo ngapain sih! " dengusnya setengah berbisik.

" Kenapa? ada apa? " tanyaku kebingungan.

" Gausah liatin gue mulu " jawabnya kesal.

" Pede lo kak " kataku singkat.

Sebenarnya sih.. aku benar-benar menatapnya terus. Cuman apa sih dia tiba-tiba berkata seperti itu. Kan hampir saja diriku dicap sebagai cewek yang suka ' menguntit '.
Huuhh.. jangan sampai deh.

A mengusap belakang lehernya, " oke " ucapnya kembali berdiri. Dia kembali melakukan posisi sebelumnya.

Aku meliriknya. Dia sepertinya malu ketika aku berkata seperti itu. Aku bisa melihat wajahnya yang memerah.

Sepertinya dalam sehari saja aku bisa melihat A yang berbeda dan mendengar suaranya untuk mengobrol bersamaku walau hanya sedikit. Tapi yang terpenting. A menyadari keberadaanku walau dia tidak tahu namaku.
----------

HALO ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang