Ch.15

579 38 37
                                    

Happy Reading~

Alice-Mark

Mark Pov
Finally..gue akhirnya bisa istirahat dengan tenang juga. Ralat. Gue gak tenang tenang amat berhubung Alice masih nangis di pelukan gue dan darah terus menetes dari tangan dan leher gue.

"So-sorry. I'm so sorry.." Alice masih terus meminta maaf berulang kali dan selalu gue jawab dengan jawaban yang sama.

"It's okay, not your fault.." Gue capek juga lama lama kek gini. Alice minta maaf terus dan gak berhenti dari tangisannya yang percuma menurut gue sedangkan gue lagi berjuang melawan rasa perih yang bukan main rasanya. Pengen sih gue minta dia menyingkir trus gue ngacir nyari UKS tapi ya.. Gak enak juga sih.

Gue rasakan bahunya gak turun naik lagi menandakan kalo dia udah tenang. Sekarang waktu yang pas untuk memintanya menyingkir dari dekapan gue karena gue bener bener gak tahan lagi sama rasa perih ini.

"Ah.. Capek juga ya duduk sambil meluk orang lagi nangis" kepala Alice langsung terangkat waktu gue ngomong itu dan ia lekas lekas menjauh.

"Yang nyuruh lo peluk gue emang siapa?" Balasnya sambil agak menundukan kepalanya supaya bisa ngeliat gue yang masih duduk di lantai.

"Hm.. Gak ada sih tapi gue sebagai laki laki kan gak bisa tinggal diam aja melihat keadaan lo" ucap gue sambil berdiri pelan pelan supaya leher gue gak gerak.

"Cih! Modus aja kerjaan!" pengen rasanya gue ngakak waktu dia ngomong ini. Bayangin aja, kata kata nya sih pedes tapi penampilannya?
Ckckck mata masih bengkak gitu malah nyindir orang.

"Bodo! Keluar yuk cari uks. Leher gue perih nih" ajak gue. Darah dari leher gue gak keluar lagi jadi gue bisa tenang dari rasa takut kehabisan darah :v

Dapat gue lihat tatapan Alice berubah sendu lagi. Mungkin teringat kejadian tadi dan merasa bersalah.

"Udah lah gak usah di pikirin lagi. Lagian itu bukan salah lo juga" kata gue sambil memasukan kedua tangan gue yang berdarah ke dalam kantong celana dan berbalik berjalan ke arah pintu keluar.

"Kenapa lo gak kabur aja?" Langkah gue terhenti mendengar pertanyaannya. Kemudian gue memutar kepala gue menghadapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Elo kan bisa aja mukul atau nendang gue trus kabur! Kalo lo ngelakuin itu, lo nggak balal luka luka begini!" Sambungnya dengan muka setengah merah gegara teriak.

"Trus? Gue harus ninggalin lo aja gitu? Gue sebagai cowok juga punya harga diri keles dan menghajar seorang cewek? supaya selamat? Gue berani ngomong di depan cowok kek gitu kalo dia 'benar benar' pengecut sejati sambil ngacungin jari tengah gue!" Gue langsung ngadap depan lagi trus ngelanjutin jalan yang tertunda tadi.

Tiba tiba gue merasakan sesuatu yang hangat melingkar di perut gue.
"Pliss, kalo gue kerasukan lagi gue mohon dengan sangat." Alice memotong perkataannya sejenak dan mengambil nafas sambil tetap meluk gue dari belakang.

"Pliss, tinggalin aja gue. Gue bakal lebih sakit lagi kalo liat elo terluka. Terlebih lagi gue yang melakukan." Alice berkata dengan suara serak dan terisak kembali.

Gue tarik nafas panjang panjang dulu mencoba sabar mengahadapi Alice yang memang dari dulu keras kepala.
"No, and never.." Jawab gue sambil melepaskan pelukannya perlahan dan menariknya keluar dari ruangan ini menuju uks yang tak di ketahui keberadaannya.

Horror PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang