Ch.16

501 34 31
                                    

Happy reading~

Mark-Alice

Mark Pov
Saat ini gue dan Alice berada di sebuah UKS untuk mengobati luka gue yang bisa di bilang cukup parah ini. Setelah beraduh aduhan ria(?) gue turun dari ranjang tempat gue duduk ini dan berjalan lurus ke arah pintu untuk mengecek keadaan di luar. Sebelum gue memutar kunci dan memegang knop pintu, ada sebuah ketukan dari balik pintu ini.

'Tok tok tok'

Gue langsung diam di tempat begitu juga Alice yang hanya memandang pintu ini dengan matanya yang melotot hampir keluar.

"Mark.. Ini gak lucu." Alice mulai menuduh gue dengan suara nyaris seperti bisikan.

"Bu-bukan gue Lice" gue menjawab dengan suara bergetar dan tetap fokus ke arah pintu tersebut.

"Guys? Are you in there?" Okay.. Seseorang mulai berbicara dari balik pintu dengan suara yang familiar di telinga gue.

"Itu suara Harry kan? Bagus lah" Alice mengingatkan gue tentang suara yang terdengar familiar itu. Gue akui, suaranya benar benar 'mirip' dengan Harry tapi belum tentu itu Harry kan?

'Tok tok tok'

Sebuah ketukan terdengar lagi untuk kedua kalinya. Dan gue masih saja diam di tempat. Kaki gue benar benar beku dan gue rasa, gue gak ada kekuatan lagi untuk mengangkat kaki yang serasa berat ini.

"Guys, open the door" Jessi..
Suaranya bahkan aura dinginnya terdengar dan terasa nyata bahwa itu Jessi asli. Haruskah gue buka pintunya? Gak! Gak! Sadar Mark! Lo gak tau pasti itu siapa!

Gue menatap ke arah Alice dengan tatapan "apakah harus gue buka?" Kami berkomunikasi hanya lewat pandangan mata seperti telepati dan Alice mengangguk pelan tanda dia mengerti maksud tatapan gue.

Walaupun Alice menyuruh gue membuka pintu ini, gue tetap gak bergerak seinci pun. Gue masih merasakan hal yang ganjal di sekitar sini. Kenapa Harry dan Jessi ke gedung 3? Kenapa mereka bisa tau gue sama Alice di sini? Kenapa perasaan gue gak juga lega setelah mendengar suara sahabat sendiri?

Keringat dingin mulai bercucuran. Di tengah keadaan hening ini malah menambah suasana semakin mencekam. Di otak gue terdapat dua kemungkinan. Buka pintu itu dan mendapatkan kedua sahabat mu menyambut mu atau, buka pintu itu maka kau akan mati bertemu dengan 'nya' lagi.

'Dok dok dok!"

Kali ini terdengar sebuah gedoran. Hal itu membuat kami berdua terkejut dan muncul kembali suara dari balik pintu namun kali ini, suara ini tidak pernah gue dengar sebelumnya. Sangat berat bahkan terlalu berat untuk ukuran lelaki dewasa sekalipun.

"Open the door"

Terdengar mimik serius dari suaranya. Disertai suara over beratnya, menambah kesan mistis. Gue nyaris mikir ini seperti adegan film 'The Boy'.

Dengan mengumpulkan keberanian, gue akhirnya semakin mendekat ke pintu itu dan berjongkok sampai mata gue sejajar dengan lubang pintu yang ukurannya dapat melihat keadaan di luar. Alice pun mengikuti gue dan berjongkok di sebelah gue.

"Siapa?" Itu kata pertama Alice setelah keheningan total tadi. Dengan suara yang nyaris berbisik gue membalas hanya dengan "ssstt" sebagai bentuk tanda untuk diam sesaat.

Horror PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang