Genre: Fantasy
Rate: T
Song: Dolls - Kagamine Rin"Rinto-sama"
Pemuda bersurai pirang itu menengokan kepala ke arah suara yang tadi memanggilnya. Sesosok gadis bermanik (Eyes colour) sedang berdiri di sampingnya dengan senyuman lembut.
"Ada apa, (Your name)?"
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Melihat raut serius dari (Your name), Rinto pun memutuskan untuk menyudahi kegiatannya dan beranjak ke sofa panjang di rumah itu. Menepuk tempat di sampingnya, ia memberi gestur kepada (Your name) untuk duduk.
"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"
"Um.. Mengapa setiap Rinto-sama bersamaku, banyak orang yang menatap kita heran? Apakah mereka heran melihatku? Apakah ada yang salah denganku?", tanya (Your name) sambil menunduk, tak berani menatap tuannya.
Rinto tertawa berkat pertanyaan-pertanyaan (Your name). Dan hal itu membuat raut bingung tampak jelas di wajah (Your name). Menyadari ekspresi itu, Rinto segera mengubah tawanya menjadi senyum, ia mulai mengacak-acak helaian lembut warna (Hair colour) itu pelan.
"Itu semua karena kau adalah boneka spesial. Mereka heran kepadamu karena, bagaimana bisa sebuah boneka tampak begitu cantik? Bahkan kecantikannya mengalahkan orang asli", jelas Rinto masih tersenyum.
(Your name) yang mendengar hal itu membulatkan kedua mata kaget. Kemudan ia tersenyum, merasa senang berkat ucapan pembuatnya.
"Jadi, kau merasa lebih baik? Sekarang maukah kau menari dan bernyanyi bersamaku seperti biasa?", tawar Rinto sambil bangkit dari duduknya, mengulurkan tangan untuk mengajak (Your name) menari.
Dengan sennag hati (Your name) pun menerimanya. Maka, menarilah mereka dengan suara nyanyian dari masing-masing. Menari dan bernyanyi bersama. Selalu seperti itu tanpa pernah sedikitpun merasa bosan.
.
Sudah berbulan-bulan (Your name) menjadi boneka yang menemani Rinto. Malam itu, ia berjalan tanpa tentu arah. Di kota yang bermandikan cahaya lampu-lampu tersebut (Your name) berjalan. Setiap langkahnya menghasilkan bunyi gear dan roda yang berderik.
Bruk.
(Your name) terjatuh. Gadis boneka itu mulai tak dapat menggerakan bagian tubuhnya dengan baik. Waktu beberapa bulan itu membuat bagian-bagian tubuhnya tak dapat berfungsi sebaik dulu lagi.
'Rinto-sama. Mengapa aku diciptakan? Mengapa kau menciptakanku?'
Batin (Your name) terus bertanya. Seandainya ia mengetahui jika semua akan berakhir seperti ini, maka gadis boneka bersurai (Hair colour) itu lebih memilih untuk menghentikan hidupnya sejak dulu. Jika bisa, ia pasti sudah menolak untuk diciptakan.
'Mengapa hatiku berwarna perak dan bukannya penuh warna bak pelangi?'
Sekali lagi benak (Your name) bertanya. Ia masih dalam posisi terjatuh, tak sedikitpun berniat untuk bangkit. (Your name) merasakan sesak di dadanya saat tiba-tiba ingatannya bersama Rinto terngiang.
"... kau adalah boneka spesial..."
Ucapan Rinto membuat sang boneka bangkit. Dengan susah payah ia melangkahkan kakinya menuju sebuah tebing yang terletak di tepi laut. Ketika sampai, (Your name) segera mendudukkan dirinya di samping sebuah gundukan tanah bernisan.
"Rinto-sama..."
Dengan perlahan (Your name) mengusapkan tangannya ke batu nisan itu. Kembali ingatannya melayang kekejadian saat ia bersama Rinto dulu. Seandainya ia manusia, mungkin air mata sudah mengalir di pipinya. Ia sangat merindukan Rinto.
"Sekalipun aku bernyanyi sekarang, bahkan untuk seterusnya, Rinto-sama tetap tidak akan membuka mata dan ikut bernyanyi lagi 'kan?", monolog gadis itu sambil tersenyum sendu menatap gundukan tanah di dekatnya.
(Your name) kembali memikirkan alasannya dibuat. Untuk apa dirinya diciptakan jika pada akhirnya orang yang menciptakannya pergi? Pergi dan tak akan kembali. Sedih? Tentu saja. Mungkin jika sebuah boneka juga bisa menangis, (Your name) sudah mengeluarkan banyak air mata sejak dulu. Namun (Your name) menepis perasaan gundahnya. Ia mendudukan diri tegak dan mulai bernyanyi, menyanyikan lagu kesukaan Rinto yang biasa mereka nyanyikan bersama.
"Aku tak akan keberatan menyanyikan lagu favorit Rinto-sama untuk selamanya", ujar (Your name) tulus setelah menyelesaikan bait terakhir lagunya. "Suatu hari aku pasti juga akan tertidur. Dan pergi ke tempat mengagumkan dimana Rinto-sama berada", tambahnya penuh pengharapan.
Entah sudah berapa hari dan (Your name) sama sekali belum bisa 'tidur' seperti apa yang ia harapkan. Ucapannya belum terkabul. Dengan penuh rasa kecewa, (Your name) pun kembali bernyanyi. Berusaha sabar, ia terus bersenandung dan tetap berharap supaya kelak ia bisa pergi ke tempat dimana penciptanya berada. Karena ia tahu, tak mungkin ia berharap akan keberadaan Rinto lagi.
Waktu demi waktu relah berlalu. (Your name) masih saja dengan rutin bernyanyi. Tak hanya itu, ia bahkan juga merawat makam Rinto. Sekalipun tubuhnya mulai merusak, ia tetap hidup dan dengan tulus melakukan rutinitasnya. Namun perlahan-lahan (Your name) lupa akan lagu, ia lupa tentang cara menyanyikannya.
Saat itu (Your name) sedang memetik bunga untuk ditaruh di makam Rinto. Kali ini tak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutnya. Setelah bunga rangkaiannya selesai, (Your name) bergegas ke makam Rinto. Ketika ia menggerakkan tubuhnya yang semakin sering berderak, (Your name) terjatuh. Baru saja ia akan sampai di dekat makan tuannya, tubuh (Your name) sudah lebih dulu tertelungkup di tanah. Bunga yang ia rangkai lepas dari genggaman. Pandangannya memburam, matanya terasa berat.
'Akhirnya sekarang aku akan tidur bersama Rinto-sama', batin (Your name) diujung kesadarannya yang semakin melenyap. 'Harapanku terkabul', tambahnya dalam hati.
Ditengah kesadarannya yang kian menipis, (Your name) mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Suara orang yang sudah membuatnya mengenal dunia. Sekalipun kedua bola matanya hampir tertutup rapat, ia masih bisa melihat pendar cahaya lembut mendekatinya.
"Sudah cukup kau hidup sendirian selama ini. Sekarang kembalilah bersamaku, (Your name)"
Sayup-sayup (Your name) dapat mendengar suara sang tuan. Suara itu terdengar begitu dekat dengan dirinya. Sebenarnya (Your name) ingin sekali memastikan, namun kedua matanya sudah tak sanggup lagi untuk dibuka. Kedua manik (Eyes colour) itu benar-benar tertutup rapat. Pada akhirnya (Your name) hanya bisa untuk mempercayai bahwa apa yang ia alami saat ini merupakan kejadian nyata. Perlahan kesadarannya menghilang. Namun sekali lagi suara itu terdengar begitu dekat dengan dirinya. Dan tanpa sadar (Your name) tersenyum untuk terakhir kali sebelum kegelapan mengambil alih penuh atas kesadarannya.
'Baik, Rinto-sama. Aku akan bersamamu'
.
A/N:
I'm back, readertachi~
Karena saya gak tahu apakah fic ini masuk ke angst ataukah hurt/comfort, jadi gak saya tulis deh dua-duanya. Tauk ah. Yang penting update *slapped*
Saa, jaa mata, readertachi~!
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories Are My Songs (Vocaloid/utauloid X Reader Oneshots)
Fanfiction[STATUS: ON HOLD] [Request: CLOSED] Hanya kumpulan cerita habis sekali baca(?) dengan pairing vocaloid/utauloid x reader yang dibuat berdasarkan lagu dari masing-masing tokoh. Open request. Selebihnya ada di buku. Warning: 1. Kemungkinan typo yang n...