Genre: Fantasy, angst (?)
Rate: T
Song: Soleil - Kagamine RinKali ini saya bawa request dari ikarahmawati243
Semoga sesuai, ya. Saya sendiri kurang paham sama ceritanya. Mungkin ini juga ada sedikit bumbu Kaito x reader T^T
Saa, jaa mata, readertachi!(Your name) membeku di tempat ia berdiri ketika seekor burung raksasa berwarna hitam menyerangnya secara tiba-tiba. Kala itu ia sedang dalam pencarian temannya—Kaito—bersama Len. Beruntung Len dapat dengan sigap menghalau serangan dari makhluk raksasa itu tepat waktu sehingga tak sampai membuat (Your name) terluka.
Dengan sepasang pisau di tangan, Len berusaha keras melawan monster di hadapannya yang terus saja berusaha mendekati (Your name). Jarak tempat Len bertarung dengan burung itu memang cukup jauh. Namun ia tetap saja menyempatkan diri untuk melihat gadis itu yang ternyata tetap tak bergeming dari tempatnya berdiri.
“(Your name)!” seru Len sembari melompat ke depan sang gadis. Ia sudah dalam posisi siap untuk menyerang. Namun tak satupun dari mereka yang bergerak sedikitpun. Baik (Your name), Len, bahkan sang burung.
Ekspresi terkejut tampak jelas di wajah keduanya tatkala mereka menyadari kalung yang tersembunyi di balik bulu-bulu lebat monster itu. Kalung yang sama persis dengan yang (Your name) berikan kepada Kaito dulu.
“Kaito...?” lirih (Your name) yang perlahan berjalan mendekati sosok burung raksasa di hadapannya.
“Apakah kau yang akan menyelamatkanku?” samar-samar sang monster—Kaito—dapat melihat bayangan buram di depannya yang memancarkan aura penuh kebaikan yang familiar baginya.
(Your name) yang kini telah tiba tepat di hadapan Kaito pun tersenyum lembut ketika mengulurkan tangan. “Sssh... Tak apa. Ya, aku akan menyelamatkanmu. Aku sendiri yang akan mengambil kegelapan itu darimu. Dan akan kuubah wujudmu menjadi seekor burung,” ujar (Your name) dengan nada lembut tatkala ia mendengar nada bicara Kaito yang menyayat hati. Seolah ia ketakutan, tak mengerti sedikitpun tentang apa yang harus dilakukan.
Perlahan (Your name) memeluk paruh besar sosok mengerikan di hadapannya dan mencabut salah satu belati milik Len yang tertancap di sana. (Your name) dapat merasakan sensasi hangat mulai mengalir di tubuhnya ketika ia menyerap kegelapan milik Kaito. Dan bersamaan dengan kegelapan yang masuk, sosok monster hitam itu berubah menjadi sosok Kaito dengan sepasang sayap putih di punggunya.
Kesadaran mulai menghampiri Kaito. Pemuda berambut biru itu melihat sepasang tangan yang lebih kecil dari miliknya menghitam. Air mata tak dapat ia bendung mengetahui pemilik tangan tersebut adalah (Your name) yang kini badannya juga menghitam karena kegelapan miliknya yang ia serap. Tangan Kaito yang tadinya digenggam oleh (Your name) pun sontak membawa gadis itu ke dalam sebuah pelukan erat. Seharusnya ia tak boleh terlihat lemah di hadapan sang gadis. Tapi sekarang hal itu sudah tak lagi perlu untuk dihiraukan. Tangis Kaito pun pecah saat itu juga.
“Kau bisa pergi kemanapun dengan bebas di langit tanpa perlu khawatir akan menyakiti orang lain. Atau jika kau tak punya tujuan, ikutlah bersamaku,” tawar (Your name) dengan senyum lembut seolah keadaan dirinya yang sekarang bukanlah sebuah masalah.
Walaupun sebenarnya Kaito ingin sekali menerima tawaran itu, namun ia tak bisa. Ia tak bisa membahayakan (Your name) dan Len jika ia ikut dengan mereka. Kaito yakin, jika yang lain tahu mereka pasti akan mendatangi (Your name) untuk memintanya agar menyerap kegelapan mereka sama seperti apa yang dilakukan gadis itu kepadanya.
Sambil tersenyum—sedikit terpaksa karena Kaito sungguh tak tega melihat keadaan (Your name) kala itu—Kaito menggelengkan kepala pelan menolak tawaran yang diberikan. Kemudian sosok pemuda berambut biru itu berubah menjadi seekor burung raksasa kembali. Hanya saja warna jelaga yang tadi dimilikinya berganti menjadi seputih kapas. Ia pun mengepakkan sayap untuk terbang ke angkasa setelah sebelumnya mengucapkan salam perpisahan kepada kedua temannya.
(Your name) melambaikan tangan kemudian membalikkan badan. Senyuman masih setia menghiasi paras manisnya. Dia senang karena dapat menolong Kaito. Len juga tersenyum bahagia karena dapat melihat (Your name) senang. Sayangnya hal tersebut terjadi tidak lama. Karena apa yang Kaito khawatirkan pada akhirnya terjadi. Len melihat burung-burung raksasa berwarna hitam terbang ke arah mereka.
(Your name) yang melihat wajah terkejut Len langsung membalikkan badan. Bukan ekspresi terkejut seperti apa yang Len tunjukkan yang terlukis di wajah (Your name). Melainkan sebuah mimik wajah sarat akan kesedihan melihat betapa menderitanya monster-monster yang dulunya merupakan manusia tak berdosa itu.
(Your name) mengulurkan tangannya dengan senang hati ketika mereka meminta pertolongan. Satu demi satu berhasil (Your name) serap habis kegelapannya, menjadikan mereka segerombol burung berwarna putih yang akhirnya memenuhi langit ketika terbang. Di antara gerombolan itu, (Your name) tampak paling mencolok karena tubuhnya yang menjadi jauh lebih hitam dari sebelumnya. Bahkan dapat disamakan dengan gelapnya malam yang paling kelam sekalipun.
Tubuh (Your name) telah sampai pada batasnya. Kegelapan yang ia serap sudah membuat tubuhnya sampai ke tahap dimana ia merasa terbakar. Berkebalikan dengan apa yang ia rasakan, tubuh itu perlahan menjadi dingin. Kesadarannya menipis hingga pada akhirnya jatuh dari kelompok burung-burung yang tadi membawanya.
Len yang selama itu sibuk melawan monster yang ingin menyerang mereka langsung berlari tanpa pikir panjang dan melompat terjun ke jurang dimana tubuh (Your name) terjatuh. Len mengulurkan tangannya sejauh mungkin guna menggapai gadis itu. Dan ia berhasil meraih tubuh tersebut kemudian mendekapnya erat, menyalurkan berbagai emosi yang bergemuruh di dalam dadanya. Ia tak ingin (Your name) menjadi begini. Ia kesal karena (Your name) yang begitu memaksakan diri untuk menolong mereka. Namun ia lebih membenci dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apapun untuk menolong gadis itu.
‘Tidak. Bagaimanapun caranya aku harus bisa menolong (Your name) kali ini. Aku harus menyelamatkannya. Apapun yang terjadi.’
Pikiran penuh determinasi itu tanpa sadar membuat kegelapan yang semula dalam diri (Your name) berpindah ke dalam dirinya sendiri. Perasaan hangat sama seperti apa yang (Your name) rasakan berubah menjadi rasa panas membakar bersamaan dengan warna hitam yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa panas itu berkumpul di satu titik di punggungnya. Len memejamkan matanya erat ketika rasa perih memenuhi area punggungnya dan sepasang sayap hitam kelam muncul dari sana. Kedua bola matanya terbuka lebar. Manik berwarna biru nya berubah menjadi semerah darah.
Dengan sepasang sayap itu Len terbang menjauhi jurang. Sayangnya ia tak bisa terbang terlalu lama karena ia sendiri dapat merasakan kesadarannya memudar. Rasa panas ditubuhnya tak bisa ditahan lagi. Ia pun jatuh, masih dengan (Your name) dalam dekapannya. Tubuh keduanya mengantam hamparan rumput di bawah sebuah pohon besar.
Len berusaha tetap membuat matanya terjaga agar ia dapat melihat bagaimana keadaan (Your name). Dengan sisa kesadaran dan kekuatan dalam dirinya, pemuda berambut pirang itu merangkak mendekati tempat dimana (Your name) terbaring tak sadarkan diri. Walaupun luka-luka gores memenuhi seluruh tubuhnya, ia tetap bergerak ke tempat gadis itu berada.
Tangannya yang bergetar dengan hati-hati memeriksa denyut nadi milik (Your name). Dan kedua bola mata itu membulat sempurna ketika tak sedikitpun ia merasakan sebuah denyutan. Mengecek nafas gadis itu, ia juga tak mendapatinya.
(Your name) telah tiada.
Manik biru langit milik Len berkaca-kaca. Kepalanya yang sudah terasa pening semakin berat menyadari sebuah fakta menyedihkan yang tak pernah ia duga. Luka di punggung karena sayapnya yang patah terasa jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya.
“T-tidak... Kau tidak boleh mati, (Your name)... lalu... a-apa gunanya perjuanganku tadi...?”
Walaupun berbicara terasa menyakitkan, Len tetap mengeluarkan suaranya yang kini terdengar parau. Dadanya sesak, bukan hanya karena benturan-benturan yang ia dapat ketika jatuh. Namun juga perasaan sedih yang memenuhi hatinya.
Kekuatannya semakin menipis. Energinya menguap entah kemana. Berbagai kata penuh penyesalan terlintas di benaknya diiringi perasaan yang berkecamuk.
Pandangannya pun mengabur.
Len jatuh terlungkup di samping (Your name).
Bernafas mulai terasa begitu sulit untuk ia lakukan.
Walau begitu, sebuah senyum tipis terlukis di wajahnya.
‘Setidaknya dengan begini aku tidak perlu menjalani hidup yang berat tanpa kehadiranmu’
Dan akhirnya nafasnya pun berhenti bersamaan dengan hitam yang mengambil alih penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories Are My Songs (Vocaloid/utauloid X Reader Oneshots)
Fanfic[STATUS: ON HOLD] [Request: CLOSED] Hanya kumpulan cerita habis sekali baca(?) dengan pairing vocaloid/utauloid x reader yang dibuat berdasarkan lagu dari masing-masing tokoh. Open request. Selebihnya ada di buku. Warning: 1. Kemungkinan typo yang n...