Chapter 10

8 0 0
                                    

Aku bisa mendengar musik menggelegar disaat aku mengantre. Angin malam ini membuatku kedinginan, tetapi untungnya aku sudah dekat dengan antrean paling depan. Aku memeluk diriku sendiri dan berjalan maju kedepan. Aku tidak punya masalah untuk masuk kedalam dengan identitas palsuku, dan disaat akhirnya aku didalam, aku harus menyesuaikan diri dan mataku dengan kegelapannya. Ada banyak lampu yang berkedip warna-warni di lantai dansa, tetapi tidak cukup terang. Sepertinya malam ini itu sangat ramai. Disaat aku berjalan menuju ke bar, badan orang-orang yang keringetan karena sedang menari menempel dan menggosok ketubuhku. Aku tidak keberatan, ini adalah cara tercepat untuk menuju kesisi lain ruangan ini. Aku bisa merasakan mata mereka tertuju padaku disaat aku melewati mereka. Walaupun aku sudah beberapa kali kesini semenjak kematian ayah, aku masih berpikir kalau aku tidak cocok dengan tempat-tempat seperti ini, tetapi aku sudah tidak peduli dengan hal-hal lain lagi, dan aku hanya ingin bersenang-senang seperti sebelumnya, lagian aku juga sudah janjian dengannya. Setelah aku meminum dua gelas whiskey, aku mengambil glow stick dan berjalan menuju lantai dansa. Night club ini tidak terlalu mengecek identitas dengan benar, dan alhasil aku bisa minum apapun yang aku mau. Dalam beberapa menit, aku langsung keringetan, tetapi rasanya enak. Rasanya seperti aku melepaskan semua beban yang harus aku bawa setiap harinya. Badanku bergerak sesuai dengan irama musiknya. Temanku bilang kalau aku mirip hewan kebakaran disaat aku menari, tapi aku tidak peduli, yang penting hal ini membuatku bahagia. Disaat aku sudah tidak kuat menari lagi, aku mencari tempat duduk yang kosong dan akupun membeli minuman yang lainnya.

Akupun meminum minumanku dan mencoba untuk menemukan temanku. Rasanya aneh bisa memanggil seseorang teman lagi, yang lebih aneh kenapa aku bisa menjadi teman dengannya. Disaat aku akhirnya menemukannya, tiba-tiba ia melihat kearahku juga. Perempuan itu pun langsung menunjukkanku cengirannya dan berjalan terhuyung-huyung menujuku, jelas sekali kalau dia itu sedang mabuk. "S-sadie." ucapnya.

"Chelsea, udah mabuk aja lo." balasku.

Lucu ya, dari dulu ia kelihatannya membenciku, kami bukanlah orang dari dunia yang sama, tidak ada kemungkinan sedikit pun yang bisa menunjukkan kalau kami bisa jadi teman, tetapi kami berdua disini sebagai teman. Semenjak kematian ayahku yang terjadi dua minggu yang lalu, dan aku dan Chelsea bertemu di taman dekat kolam ikan, aku mengucapkan hal-hal yang selalu ingin aku ucapkan padanya.

"Oke. Gue udah cukup sama lo, Chels! Gue udah cukup sama semua ejekkan lo dari dulu ke gue, gue pernah salah apa sih sama lo? Pantesan gue ngomong sama lo aja gapernah. Gue udah cukup sama semua sampah yang keluar dari mulut lo. Lo nggak terima gue buat diri gue, lo mengkritik gue mulu tanpa tau apa yang gue alamin sebenarnya, kalau lo gabisa hormatin gue, mending tinggalin gue sendiri dan lo bisa lanjutin hidup perfect lo itu." ucapku dengan cepat. Aku bisa melihat matanya Chelsea mulai membesar setelah aku selesai.

Tiba-tiba Chelsea melakukan sesuatu yang tidak akan pernah aku tebak, apalagi setelah apa yang baru saja aku ucapkan padanya. Dia menyeringai.

"Sadie. Sadie." ucapnya sambil menatap mataku. "Berani-beraninya lo ngucapin semua hal itu kegue, lo kira lo siapa? Lo kira lo orang penting?" ucapnya dengan nada yang sinis. Aku bisa merasakan diriku mulai sedikit ketakutan karena nada suara itu, tetapi aku mencoba sekeras mungkin untuk tidak menunjukkannya. Aku kira dia akan menamparku karena semua tadi, tetapi dia malah mengucapkan hal yang tidak pernah bisa aku tebak. "Gue suka sama sikap lo sekarang, mulai berani lo."

Disaat aku mendengarnya mengucapkan sembilan kata itu, mataku langsung membelalak karena aku tidak percaya apa yang baru saja aku dengar. "M-maksud lo?" tanyaku sambil mulai gagap lagi. Orang yang sepertinya membenciku semenjak aku mulai masuk kesekolah ini tiba-tiba mengatakan hal yang membuatku merasa lebih baik tentang diriku sendiri, mungkin karena dia mengatakan kalau aku mulai berani, aku memang terdengar berani sekarang ini, tetapi didalam aku nggak sama sekali.

Red ButterflyWhere stories live. Discover now