"To? Lo lagi dimana?"
"Ah, enggak.. yaudah kalau lo lagi sama Aura, gue pulang sendiri aja."
"Enggak. Gapapa kok, sorry ganggu."
"Iya paham. Aura emang penting buat lo kan? Gue mah udah biasa dilupain gini. Iya gapapa.. gue baik kok.. iya, gapapa. Udah ya gue tutup dulu telfonnya."
"Sebenernya gue pengen lo jemput gue, tapi karena lo lagi sama Aura yaudah gue pulang sendiri aja."
"Hah? Serius?"
"Yaudah.. gue lagi di lapangan kota. Jangan ngaret ya! Tapi.. Aura gimana? Dia gapapa?"
"Oke. Lo tahu kan, SAHABAT itu lebih penting dari pacar.. oke.. iya, iya bawel banget."
Tut.
Gue mengakhiri telfon gue sama Vito, sekitar 15 menit akhirnya Vito dateng. Gue jahat gak sih? Vito lagi nonton sama Aura, tapi dia bela-belain jemput gue? Ya itu juga karena gue agak ngambek gitu sama dia. Ah, yang pasti sih JAHATan sahabatnya Aura. Ya siapa lagi kalau bukan Aissy.
"Kok bisa disini?"
Gue mengambil helm yang dia kasih ke gue. "Tadi gue kesini sama Azka."
"Terus si Azka kemana?"
Gue mengangkat bahu acuh. Vito menarik rambut gue pelan. "Ish! Apaansih?"
"Kalian berantem lagi?"
Gue mengangguk. "Dan kali ini penyebab gue berantem sama dia itu karena SAHABAT pacar lo itu!"
"Maksud lo? Si Aissy?" Gue mengangguk, "bilangin sama PACAR lo kalau punya sahabat gak usah ganjen sama cowok gue, murahan."
Vito menarik rambut gue lagi.
"Pantes! Aissy lebih cantik sih dari lo, makanya Azka berpaling hati."
Golok mana golok? Kalau ngomong gak pernah mikir, kalau omongannya bakalan bikin orang sakit hati. Gue menghapus air mata gue, lalu melempar helm yang ada di tangan gue ke arah Vito. Kejam? Vito lebih kejam.
"Heh! Helm mahal tuh!"
"Bodo! Bisa gak sih kalau ngomong tuh dipikir lagi! Gue tahu, Aissy emang cantik. Gue juga tahu Aura juga cantik. Iya gue tahu!"
Gue langsung pergi ninggalin Vito yang lagi pasang wajah sedih. Gak usah sok sedih, gue gak butuh disedihin. Gue menyetop taxi yang lewat.
"Makasih pak."
Gue memberikan uang 50 ribu, dan langsung keluar dari taxi tersebut. Langsung masuk ke dalem rumah gue, dan berlari ke arah tangga yang berhubungan sama kamar gue.
Gue langsung menjatuhkan tubuh gue di kasur, dan gue masih belum berhenti nangis selama 2 jam. Ternyata stok air mata gue banyak juga.
Tok.. Tok..
"Ca.. ada Vito tuh dibawah. Kamu mau kebawah atau Vito yang kesini?"
Gue pura-pura tidur, males banget ketemu Vito. Yang ada nanti gue malah nangis lagi denger ucapan dia yang langsung nusuk kehati gue. Lebay? Gue kali ini gak lebay. Gue serius.
"Icanya lagi tidur To, tadi dia langsung masuk kekamar sambil nangis. Kayaknya dia lagi ada masalah deh."
"Cuman salah paham kok tan."
"Salah paham sama kamu?"
"Iya, aku mau nunggu aja deh sampe dia bangun. Gapapa kan?"
Gue yakin banget bunda pasti nge-bolehin si Vito dikamar gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Belong Together
Teen Fiction🍭SEQUEL (lanjutan) CERITA "FRIENDZONE?"🍭 "Karena nyatanya, persahabatan 'murni' tanpa kata 'jatuh cinta' itu cuman sedikit." -Marissa Baca dulu ya guys cerita "FRIENDZONE?" Kalian bisa temuin di works aku, bisa kalian cek di profile aku ya. Note...