T W E N T Y T H R E E

2.3K 148 52
                                    

"Nin, ngomong-ngomong, cowok lo ambil jurusan apa di STPI?" Nina menjawab dengan mata yang masih terfokus sama layar laptop didepannya, "Air Traffic Control, kalau cowok lo, Ca?"

Gue tersenyum memikirkan kembali tentang Vito, "apa ya namanya, tapi yang pasti dia ngambil pendidikan pilotnya deh."

"Hati-hati loh, Ca. Nanti pokoknya kalau kalian udah saling lulus, pokoknya lo harus cepet-cepet minta dilamar! Nanti takutnya, ya lo tahu kan gosip-gosip pilot sama pramugari kayak gimana selama ini?" Nina melirik gue, gue terdiam.

"Emang gosipnya kayak gimana?"

Nina menggeser laptopnya dan menatap gue serius, "di pesawat yang melayani buat keluar negeri atau perjalanan jauh kan disediain tempat tidur sama kamar mandi buat mereka. Ya lo tahu kan pramugari-pramugari itu cantik-cantik dan sexy? Ya gue bukannya mau ngejelek-jelekin siapapun disini, pokoknya gue nggak ada niatan buat ngejelek-jelekin siapapun disini!—

—Tapi, kita kan nggak pernah tahu nanti cowok lo kalau udah jadi pilot bakalan tergoda nggak tuh sama pramugari-pramugarinya, nanti kalau misalkan beneran tergoda gimana? Disini lo nggak tahu mereka diatas sana ngapain aja, kan?"

Gue bergidik ngeri, Vito kayak gitu nggak ya?

Ah, tapi itu kan cuman perspektif pikiran-pikiran masing-masing orang. Gue nggak yakin kalau semua pramugari sama pilot kayak gitu. Pasti adalah satu atau dua orang yang kayak gitu, tapi gue lebih yakin selebihnya mereka bener-bener kerja dan jadi pramugari dan pilot teladan. Bener kan? Ya contohnya nanti kayak Vito gitu, gue tahu banget lah Vito kayak gimana. Jadi, nggak mungkin Vito seperti kayak yang Nina pikirin.

Buktinya aja, waktu itu disekolah gue kedatangan murid baru, cewek dan cantik banget serius menurut gue aja cantik, gimana menurut cowok-cowok? Tapi, disaat cowok-cowok lain berebutan untuk dapat id line atau nomor telponnya, Vito malah cuek bebek. Kayak nggak ada rasa tertarik sama sekali, jangankan buat kepo, ngelirik pun enggak. Dan saat itu gue pikir, Vito homo?

"Gue tahu banget kok cowok gue kayak gimana, tapi thanks ya udah ngasih tahu." Nina mengangguk santai, "ya semoga aja omongan gue nggak seperti apa yang cowok lo lakuin nanti."

"Rama kemana?" Gue menyeruput jus mangga dengan ice cream vanilla diatasnya. "Masih ada jam, tapi bentar lagi keluar sih."

Nina menyatukan alisnya, "ini udah sore banget loh. Yang biasanya pulang sore kayak gini kan cuman lo, Ca. Tumben banget si Rama? Dia nambah sks biar cepet lulus apa gimana?" Gue terkekeh pelan, gue juga tadinya berpikiran sama persis kayak Nina. Cuman, tadi Rama bilang kalau dia lagi ngincer cewek satu jurusannya, ya ya ya, pengorbanan dulu baru merasakan enaknya.

"Lo nggak pulang, Na?" Tanya gue.

"Belum nih, gue main ke kostan lo ya? Bete di kostan gue, anak-anaknya pada nggak seru. Lo nanti bareng sama gue aja, nggak usah bareng sama Rama." Gue mengangguk menyutujui ucapan Nina. Kalau nungguin Rama mungkin gue bisa pulang maghrib. Ini aja udah jam 5 lewat.

"Lo mau pulang sekarang atau nanti aja?"

"Bentar lagi deh, gue pengen liat ekspresi wajah Rama yang udah nambah sks di hari terakhir kuliah." Gue tertawa mendengar jawaban yang keluar dari mulut Nina.

To: Rama🐽
Masih lama nteu? Nanti Nina mau main ke kostan gue, trs dia ngajak bareng. Kalau masih lama lo gue tinggal!!!

From: Rama🐽
Bentar lagi, tungguin dong gue takut pulang sendiri🙈 caaaa jangan ditinggalin😖

From: Rama🐽
Jangan tinggalin gue, marissa, gue takut nih katanya ada gosip kalau udah mau malem gini hantu2 pada keluar😩

We Belong TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang