F O U R T E E N

2.5K 219 65
                                    

Masih mau bikin galau marissa ahhhhh... HEHEHEHE

Playlist:
Apa aja dah yang penting sedih.

Semenjak kemarin, Rama berkali-kali membersihkan tisu yang berserakan dilantai, bekali-kali pula Marissa membuang tisu ke lantai. Abigail bertugas memberikan tisu untuk Marissa, sedangkan Zahra bertugas untuk mencoba menenangkan Marissa. Vito? Sekarang dia lagi duduk dilantai sambil makan kacang.

"Tugas gue kapan berhentinya sih?" Keluh Rama.

Abigail menoyor kening Rama, terdengar ringisan dari mulutnya. "Heh! Ini semua juga karena sepupu elo! Coba aja kalau dia nggak berangkat ke Jerman, nggak akan kayak gini! Pake acara ngikutin Zahra segala ke Jerman! Apa jangan-jangan.." Abigail memberikan tatapan menyelidik kearah Zahra, "kalian berdua sekongkol ya buat ninggalin Ica?!"

"Huhuhuhuhu." Tangisan Marissa semakin kencang.

"Gue mana tahu kalau ternyata Azka mau ke Jerman juga." Bela Zahra, Abigail hanya mendengus.

"Dia tuh jahat banget sih. Seenggaknya jangan pergi ke Jerman juga, Jerman sama Indonesia kan jauh, huhuhu."

"Udah gitu tiba-tiba semua akun sosial media Azka nggak aktif semua. Gimana bisa gue mau hubunginnya? Huhuhu... Mana foto dia di ponsel juga udah nggak ada, kalau gue kangen... Huhuhu... Kalau gue kangen gimana?"

Semuanya terdiam, bingung ingin membalas ucapan apa.

"Ya nyusul aja ke Jerman, ribet amat."

Tatapan bengis langsung ditujukan kearah Vito, yang ditatap seperti itu nerespon dengan menaikkan alisnya sebelah.

"Lo pikir Jerman itu deket?! Belum ngurus paspor, segala macem. Otak tuh dipake!" Zahra menekan setiap ucapannya.

Hening..

"Itu kotak apa? Kayaknya gue baru liat deh." Vito berjalan kearah kotak tersebut, saat mencoba untuk membukanya, Marissa langsung memperingati agar Vito tidak membuka kotak tersebut.

"Emang apaan sih isinya sampe gue nggak boleh buka? Bom ya?"

"Kepo, huhuhu... Kalau gue bilang jangan buka ya jangan dibuka!"

Tling...

Ponsel Rama berbunyi, sebuah pesan masuk lewat akun Line miliknya. "Katanya Azka udah nyampe ke Bandara."

Mendengar hal tersebut, Marissa langsung bangkit dari tempat tidurnya. Melangkah kearah lemari untuk mengambil sesuatu. Sebuah kotak kecil berwarna merah yang dihiasi pita hitam diatasnya.

"Gue nggak bisa nyusul Azka ke Bandara, tapi tolong kasih ini ke dia. Lo mau kesana kan, Ram?"

Rama mengangguk, "ini apaan?"

"Buku diary gue selama jadi pacar Azka."

Tawa Vito meledak, emangnya ada yang lucu?

"Si Vito kenapa sih?" Abigail menatap Vito bengis.

"Yaudah, gue berangkat ya. Ada lagi nggak?"

Marissa menghembuskan napas panjang, "bilang sama dia, jaga diri baik-baik.. Gue nggak apa-apa kok, meskipun hati gue sakit banget—" vito langsung ketawa jahanam, "makasih buat semuanya." Lanjut Marissa tanpa menghiraukan tawa ngeselin Vito.

"Itu tadi Azka nge-line elo kan? Berarti dia ada Line. Terus kenapa Ica bilang kalau semua akun sosial media dia nggak aktif?" Vito beragumen.

"Azka ganti Line, ganti nomor telepon juga." Jawab Rama.

Marissa tersenyum dikit, "kalau ada yang tanya ke gue, gue nggak apa-apa kok. Gue ngerti, niatnya gue juga mau ganti Line sama nomor gue, termasuk ganti uname semua akun sosial milik gue."

We Belong TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang