DLDR
No bash no flame.
©Misscel
Yunho tidak bisa tenang dan berdiam diri saja di dalam kamar. Sedari ia diseret masuk Jaejoong ke kamar, Yunho mondar-mandir. Tangisan Cavely masih terdengar telinganya meski tidak senyaring beberapa menit lalu. Jaejoong berusaha menenangkan sang anak dengan berucap apa saja yang bisa membuat hati Cavely terhibur.
Sungguh, ia ingin sekali menghajar Changmin dan menghabisi pria itu. Tidak pernah sebelumnya ia memiliki niat yang seperti ini. Tapi Changmin adalah orang pertama yang membuatnya ingin melakukan tindak kriminal. Puluhan kali ia melirik ke arah kenop pintu. Benaknya ingin membuka pintu dan keluar. Entah berapa puluh kali juga ia menghela napas dan mengusap wajahnya.
Rasa sakit di perut dan punggungnya ia abaikan. Kesakitan itu tidak berefek selama Cavely-nya belum aman. Beberapa kali juga ia mengumpat kasar karena emosi yang menggelegak kepada Changmin. Kali ini pun bibirnya tidak bisa dibendung untuk mengucapkan sumpah serapah. "Kurang ajar, akan aku habisi dia! Aku tidak akan membiarkannya mengambil anakku. Aku tidak akan...""Tidak ada yang membiarkan Cavely direbut Yunho, tenanglah dan berpikir bagaimana kita menghadapi kenyataan ketika mata Cavely terbuka nanti," Jaejoong menyela ucapan pria itu. Ia jengah melihat Yunho yang bukannya berpikir malah menurutkan emosi.
Cavely berhasil ia tidurkan. Dalam tidur pun sang anak masih sesegukan. Mungkin Cavely kelelahan karena menangis, ia bersyukur karena Cavely bisa tidur. Sepanjang tadi ia terus menenangkan Cavely menjawab pertanyaan yang membuat hatinya miris. Ia tidak mengerti kenapa Changmin tega sekali mengatakan hal itu di depan Cavely.
Kembali Yunho menghela napas, ditatapnya Jaejoong yang menggendong Cavely dalam keadaan tertidur. Bagaimana ia bisa tenang dengan nasib anaknya yang terombang ambing seperti ini. "Kau tidak tahu bagaimana jadi aku, Cavely adalah anakku, aku..."
Belum sempat Yunho mengucapkan semua keresahannya, bibirnya dibungkam oleh Jaejoong. Gadis itu dengan gerakan cepat menarik tengkuknya dan menciumnya. Mata musang Yunho terbelalak lebar dengan apa yang dilakukan Jaejoong. Ia tidak mengerti kenapa gadis itu menciumnya. Sekarang bibir Jaejoong bergerak di atas bibirnya. Membuat segala hal yang ia pikirkan melayang selain rasa manis yang dikecap indera perasanya.
Selama beberapa menit ciuman pertama diantara mereka tercipta, Jaejoong menarik dirinya. Ia mengais udara untuk pasokan oksigen. Sengaja ia mencium Yunho, untuk membungkam mulut pria itu. Yang mereka butuhkan bukan keluh kesah atau sumpah serapah tetapi pemikiran ke depan bagaimana dan seperti apa. Mereka tidak boleh buang-buang waktu. Dan satu-satunya cara menurut Jaejoong mampu membungkam bibir pria itu hanya melakukannya.
Rasa malu tentulah ada ia rasakan. Namun lihatlah dampak dari ciumannya tadi, Yunho diam. Terlihat canggung tapi itu lebih baik dari pada seperti tadi. Ia sudah tidak peduli pada harga diri dan gengsi karena mencium pria itu lebih dahulu. Toh, Yunho suaminya, meski ia memang takut, gugup serta malu sekali karena itu.
"Berpikirlah tentang apa yang akan kita lakukan, Yun," ujar Jaejoong dengan suara pelannya dan melirik Yunho yang berdiri tepat di depannya.
Yunho mengangguk, sial sekali ciuman Jaejoong membuatnya kikuk. Bohong sekali jika ia tidak menikmati ciuman tadi. Well, jujur itu cukup membantu untuknya menenangkan diri dari luapan emosi. Sekarang, ia memang harus berpikir dengan jernih. "Aku rasa kita harus membuat data dan surat akta adopsi Cavely," pikiran itu tiba-tiba muncul dalam benaknya.
Pikirannya serasa lancar berpikir dengan kemelut yang ada. Pertama-tama ia harus mengurus semua tentang kesahan anaknya di mata hukum. Changmin boleh saja menjadi ayah kandung Cavely tetapi ia lebih berhak atas Cavely dan untuk itu jelas ia harus memiliki berkas penting tentang anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/56324086-288-k518345.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cavely
FanfictionYunho menemukan seorang bayi di depan pintu apartemennya. Ia 'terpaksa' merawat si bayi, dan menjadi figur ayah untuknya. FF YunJae / GS / DLDR.