Chapter 2

19.8K 2.4K 338
                                    

Eunkyung melangkahkan kakinya dengan malas. Bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, namun ia baru saja keluar dari kelasnya beberapa saat yang lalu. Lagipula buat apa keluar kelas saat keadaan sedang ramai? Menyusahkan.

Anak tangga demi anak tangga Eunkyung turuni. Sambil beberapa kali bersenandung dan terkadang tubuhnya bergerak hanya untuk melakukan dance yang hanya mengandalkan tangan. Tanpa ada yang mengganggu dan berkomentar. Eunkyung pikir hal ini cukup menyenangkan.

"Kau terlihat seperti orang gila."

Eunkyung lagi-lagi hampir melompat dari atas tangga yang masih tersisa sembilan belas anak tangga lagi di hadapannya.

Eunkyung menoleh ke belakang. Menatap malas seorang pria yang sama seperti tadi pagi. Pria yang sangat percaya diri dan memang sangat tampan. Jimin.

"Kau! Kenapa kau senang sekali mengagetkanku, hah?!" Eunkyung menunjuk-nunjuk wajah Jimin dengan jari telunjuknya. Tatapannya menunjukan kejengkelan, sedangkan Jimin berjalan menuruni tangga sambil memasang wajah datar dan bertingkah seolah ia tidak berdosa.

"Kau itu seperti orang yang mengidap insane atau bipolar. Mood-mu sangat mudah berubah-ubah. Tadi menangis, lalu tersenyum. Dan sekarang marah-marah, padahal tadi kau terlihat bahagia sekali. Setan apa yang merasukimu?" ejek Jimin yang langsung berlalu meninggalkan Eunkyung yang semakin kesal. Wajahnya memerah menahan amarah yang memuncak. Tetapi, sebuah ide aneh muncul di kepalanya. Membuat Eunkyung tersenyum sendiri dan segera berlari kecil mengejar Jimin.

"Kau memperhatikanku, ya? Iya, 'kan? Hah? Mengaku saja." Eunkyung bicara dan menatap Jimin yang kini sudah berada di sampingnya. Tertawa pelan dan membuat Jimin ikut tertawa.

"Penyakitmu kambuh lagi, ya? Baru tadi mengomel, sekarang sudah tertawa. Gadis aneh."

Jimin mempercepat langkahnya. Meninggalkan Eun Kyung yang lagi lagi merasakan amarahnya kembali memuncak.

"Yak, Park Jimin! Kau memang menyebalkan, bodoh, idiot dan jelek!" Eunkyung berteriak seraya menatap punggung Jimin yang semakin menjauh. Namun, tiba-tiba Jimin berbalik dan menatap Eunkyung dengan tatapan meremehkan.

"Aku menyebalkan? Ya, itu benar. Bodoh? Idiot? Kau tau aku ini murid terjenius di sini. Jelek? Kau tau sudah berapa banyak yeoja yang aku tolak cintanya? Kalau dihitung bisa mencapai lima sampai enam puluh yeoja. Kau dapat nilai F-, Nona Kim," ujar Jimin yang langsung berbalik lagi. Meninggalkan Eunkyung yang mengusap gusar wajahnya, frustasi. Ia akan kalah jika saling mengejek dengan Jimin. Tentu saja. IQ Jimin sangat tinggi. Mendekati IQ para jenius yang mendunia, seperti Einstein atau Edison.

Eunkyung berlari menyusul Jimin. Ya, bagaimanapun juga Jimin adalah anak dari sahabat ibu dan ayahnya. Tetangganya dan teman sekolahnya sejak sekolah dasar.

***

Taehyung sedang membumbui daging yang akan ia makan untuk makan malam. Ia akan membuat banyak makanan dari daging. Seperti daging steak, sup daging dan daging dadar. Ini semua berkat Jimin. Ia harus berterima kasih banyak pada sahabatnya itu.

Perlahan, Taehyung mulai memanggang daging dengan bumbu steak kesukaannya. Aroma bumbu racikannya langsung menyeruak. Aromanya sangat nikmat.

Taehyung mendekat ke arah panci berukuran sedang yang di letakan di atas kompor. Ia membuka tutupnya perlahan. Menyebabkan aroma khas sup menggantikan aroma bumbu steak. Ternyata supnya sudah matang. Ia langsung mematikan kompor dan kembali berjalan mendekati daging steak yang sedang ia panggang lalu membalik daging steak tersebut.

Taehyung berjalan mendekati kulkas dan mengambil tiga butir telur dari dalam kulkas. Memecahkannya dan menaruh isi dari cangkang telur ke dalam mangkuk. Kemudian, ia mengambil daging yang sudah ia giling ke dalam telur di mangkuk dan menambahkan sedikit penyedap ke dalamnya. Mengocoknya perlahan hingga rata. Kemudian, membawanya ke arah kompor.

Taehyung menaruh mangkuk berisikan adonan daging dadarnya di samping kompor. Lalu mengecek steak nya. Sudah matang rupanya. Taehyung mematikan kompornya dan menaruh daging steaknya yang sudah matang di piring datar yang sudah ia siapkan.

Manaruh steaknya di atas meja makan dan kembali mengambil sebuah wajan. Menaruh wajan tersebut di atas tugku kompor dan menyalakan kompor dengan api sedang.

"Aku akan mengurusmu nanti," Taehyung menatap mayat yang benar-benar mengenaskan. Bagian tubuh mayat tersebut kini hanya tersisa tulang, jantung, isi perut dan paru-paru--bagian-bagian tidak Taehyung sukai. Taehyung hanya menyukai daging atau tulang yang memiliki sumsum. Sisanya? Kalau tidak dibuang, ya ia berikan pada anjing yang berkeliaran di jalanan.

Kembali fokus pada masakannya, Taehyung menaruh sedikit margarin di atas wajan yang mulai panas dan menuang seluruh adonan daging dadar di atas wajan.

Setelah selesai, ia mematikan kompornya. Namun, sesaat setelah ia mematikan kompor. Taehyung merasakan ponsel miliknya bergetar kencang. Pertanda bahwa ada telfon masuk. Taehyung memang sengaja memakai mode getar pada ponselnya. Ia tidak suka diganggu ketika sedang memasak. Tetapi, ia memberi pengecualian pada Jimin. Ia harus mengangkat telfon Jimin kapanpun, dimanapun dan di saat dirinya sedang bersama siapapun. Bagaimanapun juga ia berhutang banyak kepada Jimin.

Taehyung layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang menelfonnya. Ternyata dari Jimin. Taehyung tersenyum dan segera mengangkat telfon Jimin.

"Yeoboseyo, Jimin-a. Waeyo? Kau butuh bantuanku?" Tanya Taehyung. [Yeoboseyo : Halo jika sedang bertelfon|kenapa].

'Ne, Taehyung-ie, yeoboseyo. Aniyo. Tapi, aku rasa malam ini aku tidak akan keluar. Orangtuaku mengundang keluarga Kim ke rumah untuk makan malam.'

"Woah... Kau benar-benar dalam bahaya! Apa yang harus aku lakukan? Kau butuh anjing atau kucing untuk kau bunuh?"

'Aniyo. Aku hanya akan membunuh manusia. Tetapi, aku harap kau tak lupa misimu besok.'

"Aku tidak akan melupakannya."

'Terima kasih, Taehyung-ie. Selamat malam.'

"Malam, Jimin."

Sambungan telfon terputus. Taehyung tersenyum. Ini pertama kalinya Jimin begitu peduli pada misinya. Misi yang sebenarnya tidak terlalu sulit, tetapi entah mengapa Jimin mempedulikannya. Atau bisa dibilang sangat peduli?

Aku tidak tau mengapa kau begitu peduli pada misiku kali ini. Tapi aku yakin kau penasaran atau mungkin kau tertarik padanya, Jimin.


TBC...


Ada yang berubah gak? Bahasanya jadi lebih enak gak? Aku update ini mulu nyampah gak? Happy SADnight buat para fangirl yang pacar atau suaminya yang lagi tur konser keliling dunia atau ada di Korea wkwk.

Psycho Boy - p.j.m ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang