Eunkyung berjalan dengan malas menuju tangga. Koridor sekolah sungguh ramai pagi ini. Membuat Eunkyung beberapa kali berdecak lidah sebal dan memaki dalam hati.
Sudah tiga hari sejak kejadian terbongkar jati diri Jimin, dan tiga hari pula Eunkyung tidak melakukan komunikasi dengan Jimin. Mulai dari di kelas, rumah, bahkan ponsel. Baik Jimin atau Eunkyung tidak pernah mencoba memulai percakapan dan hanya bersikap seolah mereka tidak kenal saat bertemu.
Sejujurnya Eunkyung sangat merindukan Jimin. Teramat sangat rindu pada pria bersurai karamel itu. Pria yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya. Tetapi, apalah daya. Eunkyung terlalu takut. Takut jika tiba-tiba saja Jimin membunuhnya, mengingat tentang prinsip Jimin.
Eunkyung memasuki kelasnya. Karena terlalu asik melamun, ia sampai tidak menyadari ada seseorang yang ingin keluar dari kelas hingga membuat Eunkyung menabrak dada bidang seseorang, menandakan orang yang ditabraknya adalah seorang pria dan lebih tinggi darinya.
Eunkyung memaksakan kepalanya untuk menengadah saat aroma yang ia kenal tercium. Aroma jeruk dan kayu manis khas pria yang ia rindukan belakangan ini. Dan benar saja, saat Eunkyung menengadah ia menemukan sepasang mata indah kesukaannya. Mata dari seorang Park Ji Min yang kini menatapnya dengan tatapan yang selama ini ia temukan dari pantulan dirinya di cermin belakangan ini.
Untuk sesaat Eunkyung teridam, namun ia segera sadar san bergegas menghindar dari Jimin. Debaran jantung Eunkyung benar-benar tidak stabil saat ini. Belum sempat Eunkyung melangkah menjauh, Jimin sudah lebih dulu menahan Eunkyung dan memeluk gadis itu dengan sangat erat seolah takut gadis itu akan berlari dan tidak akan kembali ke dalam pelukannya.
Rindu yang selama ini mereka pendam, kini hilang begitu saja hanya dengan sebuah pelukan. Hal itu membuat air mata Eunkyung jatuh dari mata indahnya. Eunkyung memeluk erat Jimin, begitupula dengan Jimin.
Air mata Eunkyung terus mengalir. Membuat seragam yang Jimin kenakan sedikit basah karena air mata gadis Eunkyung. He don't give a shit. Ia tetap memeluk gadis itu walau tahu seragamnya akan semakin basah. He don't give a fuck. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah Eunkyung yang ada di dalam pelukannya dan menangis. Ia tidak akan pernah melepas Eunkyung.
"Ji-Jimin-a, aku rindu padamu, sangat. Tidak, ini lebih dari sangat. Aku mencintaimu, Jim. Aku mencintaimu lebih dari mencintai diriku sendiri," gumam Eunkyung di sela-sela pelukan Jimin dengan suara yang bergetar. Hal itu membuat Jimin semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku juga merindukanmu, sayang. Aku juga mencintaimu. Lebih dari cintamu itu," ujar Jimin seraya mengecupi puncak kepala Eunkyung. Membuat tangis gadis itu semakin mereda.
Jimin melepaskan pelukannya dan menatap dalam kedua bola mata indah gadis itu. Jimin tersenyum manis yang membuat Eunkyung ikut tersenyum.
"Jangan takut padaku. Aku tidak akan nyakitinmu Eunkyung-ie. Semenjak kita putus komunikasi, aku tidak membunuh lagi. Kasihan Taehyung, ia tidak makan selama itu dan terpaksa mencuri mayat dari rumah sakit," Eunkyung menatap bingung Jimin. Tidak mengerti ke arah mana pria itu berbicara. Dan hal itu membuat Jimin terkekeh.
Jimin mendekatkan bibirnya ke telinga Eunkyung. Meniupnya pelan dan membuat tubuh Eunkyung bergidik spontan. Jimin tersenyum dan berbisik, "Taehyung itu kanibal."
Jimin menjauhkan bibirnya dari telinga Eunkyung. Menatap perubahan ekspresi dari wajah gadisnya yang kini tampak terkejut.
"Kau tidak perlu takut padanya. Taehyung itu baik kok. Aku jamin," Jimin merangkul Eunkyung, lalu mengajak gadis itu duduk di bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy - p.j.m ✔
FanfictionPark Ji-Min atau yang kerap disapa Jimin. Seorang laki kaki dengan otak jenius, pendiam dan tampan. Jangan lupakan satu hal lagi. Dia seorang psikopat. Kim Eun-Kyung. Seorang gadis biasa biasa saja. Otak standar, tingkah barbar dan tidak bisa dibila...