Seorang gadis cantik berjalan dengan langkah gusar memasuki apartemennya. Ia sungguh takut karena ia diteror oleh orang yang bahkan ia tidak tahu siapa.
Ketika ia sedang berada di luar apartemennya, ia merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya sejak sembilan hari lalu. Bahkan sesekali ia mendapat pesan untuk berhati-hati dari nomor berbeda setiap harinya, tetapi itu terjadi sejak tujuh hari yang lalu.
Sooyoung mendudukan dirinya di sofa. Ia menghembuskan nafasnya berat. Ia takut. Sangat takut. Ia berpikir sejenak. Mungkinkah namja itu yang melakukannya? Tidak! Itu tidak boleh sampai terjadi! Ia bisa langsung mati jika sampai namja itu yang menerornya.
Sooyoung melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tempat yang mungkin aman untuknya. Mungkin. Itu tidak menutup kemungkinan ia dapat selamat seratus persen. Tetapi, kemungkinannya ia selamat dari orang yang menerornya dapat mencapai tujuh sampai delapan puluh persen.
Brak.
Sooyoung menutup pintu kamarnya dengan cepat sampai-sampai sedikit membantingnya, mungkin. Ia tak peduli. Toh, ia hanya tinggal sendiri dan kamarnya kedap suara.
Sooyoung mengunci pintu kamarnya. Membuang kuncinya asal ke atas tempat tidur dan menghela nafasnya sedikit lega. Ya, hanya sedikit lega. Bagaimanapun juga yang ia hadapi adalah seorang pembunuh layaknya seorang psikopat gila.
Sekitar sembilan hari yang lalu, Sooyoung memergoki seorang namja yang sedang memutilasi korbannya di gang sempit dekat halte bus. Sooyoung saat itu sangat ketakutan sampai tidak bisa bergerak dan ketakutannya semakin menjadi-jadi kala si pembunuh menatapnya. Namja bersurai caramel dengan sebuah pisau kecil di tangannya. Namja itu mengisyaratkan agar Sooyoung tetap diam dan tenang. Namun, Sooyoung malah berteriak sangat kencang karena merasa dirinya terancam dan sekian detik kemudian, ia pingsan. Entah apa yang terjadi selanjutnya, saat dirinya tersadar dari pingsannya, Sooyoung tidak tahu dan ia menemukan dirinya berada di sebuah gudang kosong yang pengap dengan banyak darah dan tulisan-tulisan yang menggunakan darah sebagai tinta. Kata-kata ancaman seperti, 'kalau kau melapor pada polisi. Nasibmu akan sama seperti korbanku.' dan, 'silahkan buka mulut jika kau ingin mati.' Serta kata-kata ancaman lainnya yang membuat Sooyoung bergidik ngeri.
Pagi ini sebenarnya Sooyoung berniat untuk melaporkan kejadian yang menimpanya kepada polisi. Namun, ia malah mendapat teror dan ancaman terlebih dulu sebelum ia sempat mencapai kantor polisi. Dan hal itu membuatnya benar-benar takut lalu memutuskan untuk pulang dengan cepat.
Sooyoung melangkahkan kakinya kearah kamar mandi. Berniat membersihkan dirinya dan menormalkan pikirannya di bawah cucuran air shower yang hangat. Namun sesuatu menahannya dan membuatnya gemetar.
Tek.
Sooyoung memutar tubuhnya dengan cepat ketika menyadari ada seseorang yang menyalakan lampu kamarnya. Dan, Oh Tuhan! Betapa terkejutnya Sooyoung saat melihat orang itu--namja bersurai caramel itu berada di kamarnya.
"Halo, Nuna. Lama tidak jumpa," Namja itu tersenyum dan melanjutkan ucapannya, "kita belum berkenalan, 'kan? Perkenalkan, namaku Jimin. Park Jimin. Lalu namamu, Sooyoung, 'kan? Park Soo Young. Wah, marga kita sama loh!" Jimin mendekat ke arah Sooyoung yang semakin syok dan membeku di posisinya.
"S-se-sedang apa k-kau di sini?" tanya Sooyoung takut-takut. Ia mundur saat Jimin semakin dekat dengan dirinya. Jimin kembali tersenyum dan tetap mendekat tanpa peduli wajah Sooyoung yang semakin pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy - p.j.m ✔
ФанфикPark Ji-Min atau yang kerap disapa Jimin. Seorang laki kaki dengan otak jenius, pendiam dan tampan. Jangan lupakan satu hal lagi. Dia seorang psikopat. Kim Eun-Kyung. Seorang gadis biasa biasa saja. Otak standar, tingkah barbar dan tidak bisa dibila...