Eunkyung melangkah dengan malas keluar kamar. Ini hari minggu. Tetapi, ia bingung harus apa. Awalnya ia berencana ingin pergi keluar dengan Jimin, namun Jimin bilang ia ada acara dengan Taehyung. Tentang acara apa yang akan Jimin datangi dengan Taehyung, Eunkyung tidak peduli.
Eunkyung menyeret kakinya menuju ruang makan. Keadaan rumahnya sangat sepi, seperti biasanya. Ayah dan ibunya bekerja. Meninggalkan Eunkyung dengan seisi rumah yang tidak bisa berbicara.
Ceklek.
Saat sampai di lantai bawah, suara pintu rumah yang dibuka membuat Eunkyung sontak menoleh ke arah sumber suara. Eunkyung mendekat dengan mengendap-endap ke arah pintu rumahnya, berusaha sewaspada mungkin.
Eunkyung terbelalak antara terkejut dan senang saat tiba di depan pintu. Di depan pintu ada seorang pria berpostur tubuh layaknya atlet dan tampan, kakaknya.
"Oppa...," panggil Eunkyung manja seraya berlari menghampiri kakaknya. Memeluknya dengan paksa yang membuat kakaknya itu hampir terjungkal ke belakang.
"Yak! Yak! Yak! Menyingkir bodoh!" Eunkyung melepas pelukannya. Menatap kakaknya yang sama sekali tidak berubah dalam segi sikap dan sifat. Tetap cuek dan dingin. Tetapi, jangan salah. Kakaknya itu adalah orang yang sangat penyayang jika Eunkyung sedang sedih.
"Oppa... Bagaimana di Jepang? Apa menyenangkan?" tanya Eunkyung seraya menatap kakaknya yang menyeret koper besarnya yang berwarna hitam polos itu masuk setelah menutup pintu rumah.
Kim Min Gyu. Itu adalah nama kakak Eunkyung satu-satunya. Kakaknya yang jenius, baik walau suka sekali menyombongkan diri. Mingyu mendapat beasiswa untuk berkuliah di Jepang, negara yang teramat sangat Mingyu sukai. Tentu dengan senang hati Mingyu menerima beasiswa yang ditawarkan oleh sekolahnya.
"Ya. Sangat menyenangkan. Aku dapat bertemu dengan model-model cantik dari majalah dewasa idolaku. Eh...," Mingyu refleks menutup mulutnya setelah sadar ia salah bicara. Ia salah tingkah. Dan hal itu membuat tawa Eun Kyung pecah. Mingyu diam dan menunduk menahan malu.
"Woah... Oppa-ku sangat nakal, ya? Kira-kira apa jadinya jika Ayah dan Ibu tahu akan hal itu?" Eunkyung tersenyum jahil dan menatap Mingyu yang kini refleks menutup mulut Eunkyung dengan tangan besarnya.
"Jangan! Maksudku... Um, jangan beritahu mereka. Aku akan memberimu apapun yang kau mau. Asal jangan beri tahu Ayah dan Ibu tentang hal itu!" ujar Mingyu gagap setengah memohon. Eunkyung melepaskan dirinya dari bekapan Mingyu dan tertawa.
"Janji? Memberi apapun yang aku mau?" tanya Eunkyung sambil mengacungkan jari kelingkingnya di hadapan wajah Mingyu. Minyu memutar matanya dan mengkaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Eunkyung.
"Ya. Kapan aku mengingkarkan janjiku padamu pabo?" Mingyu melepaskan kaitan kelingkingnya dan berjalan melewati adiknya. Namun, Eunkyung menahannya dengan wajah kesal.
"Kau pernah mengingkarkan janjimu! Saat kau bilang kita akan pergi ke kedai es krim, tetapi kau malah mengajakku ke toko buku. Menyebalkan!" Eunkyung mempoutkan bibirnya yang membuat Mingyu tertawa dengan keras.
"Hei! Hei! Itu sudah satu tahun yang lalu. Jangan diingat-ingat... Tidak baik mengingat sesuatu yang sudah berlalu," ujar Mingyu seraya menyeret kopernya cepat.
"Tetapi, guru mengajariku untuk mengingat sejarah!"
"Itu teori kuno!" ujar Mingyu yang langsung berlari meninggalkan Eunkyung yang mengoceh sendiri.
***
Seorang pria sedang duduk di atas sebuah bangku. Tidak. Ia duduk dengan keadaan terikat dengan tali yang menyayat tubuh bagian atasnya yang terbuka. Selain luka akibat tali, tubuh pria itu juga penuh luka dan memar akibat pukulan dari tongkat besbol dari seorang pria di sudut ruangan, Park Ji Min.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Boy - p.j.m ✔
FanfictionPark Ji-Min atau yang kerap disapa Jimin. Seorang laki kaki dengan otak jenius, pendiam dan tampan. Jangan lupakan satu hal lagi. Dia seorang psikopat. Kim Eun-Kyung. Seorang gadis biasa biasa saja. Otak standar, tingkah barbar dan tidak bisa dibila...