Aku putus asa :( . Di part-part akhir ini aku keteteran. Semoga masih enak dinikmati Norenya.
Bantu edit yah, klo ada yg nggak pas ;)
Enjoy
______________________________________
Krisna termangu, mulutnya membuka menutup ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada kata yang keluar. Dia pasti terkejut. Aku sendiri saja tidak percaya, dengan apa yang baru saja aku ucapkan. Tapi, itulah yang aku rasakan.
Akhir-akhir ini, aku memang merasa seperti itu. Jantungku seperti punya maunya sendiri, dia tidak mendengarkan perintahku. Berkali-kali aku harus menahan nafas saat Nore memberikan senyumnya padaku atau saat dia memanggil namaku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa itu, tapi tak bisa. Rasanya begitu sulit.
Hal yang selama ini aku takutkan, akhirnya terjadi. Pesonanya mempengaruhiku.
"Benar kata orang, benci dan cinta ternyata batasnya sangat tipis. Selama ini mungkin kamu memilih membencinya, karena kamu takut mencintainya."
"Nggak seperti itu." Sanggahku.
"Lalu..."
"Entahlah. Aku sendiri masih nggak yakin sama perasaanku."
Kening Krisna berkerut. Dia memberikan tatapan bingung padaku, sebelum akhirnya mengarahkan mobilnya ke tempat parkir khusus untuknya. Setelah berhasil parkir, dia menatapku lama tanpa berkedip.
"Kamu sudah jatuh cinta sama dia." Pernyataan yang dia katakan penuh keyakinan membuat mataku membelalak lebar.
"Sudah aku bilang bukan begitu, aku hanya..."
"Terus memikirkannya, gugup jika berhadapan dengannya, jantung berdetak lebih kencang dari biasanya. Ingin terus melihatnya, walaupun hatimu menolak."
"Nggak!" potongku cepat.
"Ayolah, apa susahnya sih ngaku."
"Jantungku memang berdetak lebih kencang jika melihatnya, tapi aku yakin aku tidak sednag jatuh cinta." Sanggahku.
"Belum." Dia mengangkat bahunya tak peduli, lalu berkata "Kalau kamu merasakan semua yang aku katakan tadi, itu artinya kamu sedang jatuh cinta. Atau mungkin kamu sedang menuju kearah sana"
"Aku nggak merasakan apapun oke, lagian kamu kayak pernah jatuh cinta aja sih. Sok banget ngasih tahu ciri-cirinya."
Krisna berdecak geli, "Aku nggak harus jatuh cinta lebih dulu untuk tahu kamu sedang jatuh cinta." Dia berhenti bicara untuk sesaat, lalu kembali menoleh padaku. "Nara pernah bilang itu yang dia rasakan untuk Mada." Dia kembali terdiam, lalu berkata "Rasanya pasti menyenangkan."
"Apa?
"Bisa mencintai dan dicintai seseorang."
Apa rasanya menyenangkan?
Pertanyaan itu berputar-putar di kepalaku bersamaan dengan kenanganku dan Adam berkelebat yang cepat. Saat itu memang sangat menyenangkan.
"Hmm... rasanya menyenangkan" balasku seraya mengangguk. "Saat rasa cinta menyelimutiku, rasanya bukan hanya menyenangkan tapi juga indah. Aku punya tujuan hidup baru, harapan baru dan mimpi baru."
"Jika rasanya seperti itu, kenapa kamu takut jatuh cinta?" pertanyaannya membuatku tertegun.
"Andian yang aku kenal dulu sudah banyak berubah, sekarang dia tidak lagi berani melawan ketakutannya. Dia membiarkan dirinya terpenjara dalam pikirannya sendiri. Terlalu takut untuk bahagia."