Chapter 21 : Can I Trust You?

1.4K 91 2
                                    

Bulan demi bulan berlalu, dan selama itu, Silver tidak pernah memasuki kamar Sakura. Meskipun dia sadar bahwa pernikahan ini hanyalah tindakan politik di mata Sakura, Silver tidak pernah mengeluh. Dia memahami bahwa Sakura telah menderita banyak kehilangan yang menyakitkan dalam hidupnya.

Sakura tidak ingin melibatkan Silver dalam kesedihan dan kehilangannya. Orang-orang yang telah dia cintai telah meninggalkannya, dengan kepergian yang tragis. Orangtuanya dan teman-temannya yang Sakura cintai mati dengan cara yang mengerikan, kakaknya yang pernah dia cintai berubah menjadi sosok jahat, dan yang terakhir adalah Kishu, yang meninggalkan tanpa jejak.

Sakura takut merasakan lagi rasa kehilangan yang mendalam. Hatinya tertutup terhadap cinta, tetapi dia tahu bahwa Silver mencintainya dengan tulus. Tak peduli seberapa kasar dan dinginnya Sakura padanya, Silver selalu bersikap sabar dan penuh pengertian. Merasa bersalah atas perlakuannya, Sakura merasa bingung tentang apa yang seharusnya dia lakukan terhadap Silver.

"Akankah kau mencoba mencintaiku, setidaknya sekali dalam hidupku, Sakura?" tanya Silver akhirnya, ekspresi wajahnya penuh harap.

Sakura menatap Silver dengan mata yang menerawang. "Aku tak ingin kehilanganmu, Silver," ungkapnya.

Aroma ketegangan di antara mereka semakin terasa. Silver memutuskan untuk bertindak. Dia meletakkan tangannya di pinggang Sakura dan mendekapnya erat.

"Apa yang membuatmu takut?" tanya Silver sambil memeluknya dengan hangat. Wajah Sakura langsung memerah ketika dirangkul seperti itu.

"Aku takut bahwa jika aku mulai mencintaimu, kau akan pergi meninggalkanku, Silver," Sakura menjawab dengan suara lirih, mengungkapkan ketakutannya yang terdalam. Silver mengangkat dagu Sakura dengan lembut, tangan kirinya masih memeluk pinggang kecil Sakura, dan tatapan mereka bertemu dalam keintiman yang mendalam.

Wajah tampan Silver mendekatkan bibirnya dengan lembut ke arah bibir Sakura dan memulai ciumannya. Sakura merasa bingung dan terkejut oleh tindakan ini, merasakan bahwa itu adalah suatu kesalahan

'Apa yang kulakukan? Ini salah,' teriak batin Sakura ketika bibir mereka bersentuhan. Setelah sejenak, Silver melepaskan ciumannya dan tersenyum pada Sakura.

"Tidak ada yang salah, Ratu," kata Silver dengan senyuman hangat.

Sakura memalingkan wajahnya, mencoba menghindari tatapan Silver. "Kau, berhentilah membaca pikiranku," ucap Sakura dengan wajah merah.

"Ketika marah, wajahmu terlihat sangat menggemaskan," ucap Silver sambil tertawa kecil. Sakura hanya menggerutu dalam hatinya.

"Cobalah mencintaiku, Sakura. Aku tidak ingin berhubungan dengan seseorang yang tidak mencintaiku," tambahnya sambil melepaskan pelukannya. Mata Sakura membelalak mendengar kata 'bercinta' keluar dari mulut Silver.

"Bercinta? Apa maksudmu?" tanya Sakura dengan ragu.

Silver mendekati jendela sambil menjawab, "Kau ingat apa yang diinginkan Kishu sebelum ia pergi, Ratu? Ia ingin memiliki seorang pewaris, dan kerajaan kita membutuhkan pewaris."

Sakura berpikir sejenak. Silver benar, jika ia mati, tidak akan ada lagi keturunan murni Zaoldyeck, yang diperlukan untuk melanjutkan keturunan kerajaan.

"Kita bisa melakukannya tanpa cinta," jawab Sakura pada akhirnya.

Mencoba melupakan Kishu adalah pengkhianatan, dan Sakura lebih memilih mati daripada mengkhianati cintanya. Kadang cinta tak memandang siapa, di mana, kapan, dan bagaimana.

Bibir mungkin bisa berbohong, tetapi hati dan tubuh tidak bisa berbohong. Apakah salah mencintai? Apakah berdosa mencintai? Tentu tidak. Bisa mencintai adalah anugerah, yang tergantung pada diri kita apakah mau menerimanya atau tidak.

Goddess & Prince of VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang