Olive beserta gengnya berjalan menelusuri lorong sekolah menuju kelas dua belas Sastra tiga. Dandanan mereka memang natural tapi terlihat sangat cantik. Rambut Olive yang berwarna hitam berkilau itu dibiarkan tergerai bebas. Olive itu bagaikan bidadari yang turun dari surga, itulah menurut para murid lelaki. Banyak murid lelaki yang menyukai Olive. Tetapi Olive tidak mau yang namanya pacaran. Walaupun dirinya teramat cantik, tapi ia masih saja tidak mau punya pacar. Bukannya sok jual mahal, tapi dirinya belum menemukan lelaki yang cocok baginya.
Saat mereka berjalan, begitu banyak mata yang memperhatikan mereka. Mereka tidak mempedulikannya. Mereka tetap berjalan sambil bercanda gurau. Para murid lelaki begitu tergila-gila pada sosok anak Kepala sekolah itu.
"Eh tunggu dulu, kita belum foto-foto dulu!" celetuk Olive riang.
"Hampir aja lupa. Untung lo ngingetin" ucap Clara.
Olive dengan cepat mengeluarkan tongsis dari dalam tas soren bergambar minion itu. Olive pun memasangkan I-phone nya ke tongsis miliknya. Lalu ia menarik pegangannya dan mengulurkannya ke atas. Dengan cepat Clara, Laura dan Naomi merapat. Kamera sudah di timer sepuluh detik.
"Ayo cepet" kata Naomi.
"Selfie!!!" seru serentak mereka berempat.
Sinar blits pun menyinari mereka. Kamera pun menangkap gambar mereka berempat. Mereka berempat berfoto dengan gaya alay tapi tetap anggun. Mereka berfoto sampai beberapa kali. Selesai eksis, Olive menurunkan tongsisnya lalu ia meraih I-phone nya. Ia pun menatap foto-foto tadi. Clara, Laura dan Naomi merapat untuk ikut manatap foto tadi. Sesekali mereka tertawa karena gaya alay keempat orang itu.
Bel masuk berbunyi. Geng Cefie pun kembali berjalan menuju kelasnya. Seluruh murid sekolah itu pun ikut masuk ke kelasnya masing-masing. Sampai di dalam kelas, mereka duduk dibangku masing-masing.
Olive langsung mengeluarkan cermin kecilnya. Ia sibuk merapikan rambutnya dan membersihkan debu diwajahnya. Begitulah Olive. Sama halnya dengan Olive, teman-teman geng Cefie pun ikut bercermin dan berdandan. Teman sekelas mereka sudah biasa akan hal itu. Tetapi para murid lelaki tidak bosan menatap para anggota geng Cefie itu. Lalu datanglah seorang guru perempuan dengan tubuh idealnya. Olive, Clara, Laur dan Naomi pun memasukan cermin dan alat dandannya ke dalam tas agar tidak ketahuan guru. Tapi ternyata guru itu sudah tahu. Guru itu menggelengkan kepala.
"Olive, Clara, Laura, Naomi apakah kalian tidak cukup berdandan di rumah? Kenapa make up dibawa segala ke sekolah?" Tanya bu guru heran.
Olive tersenyum, "Ibu kayak gak tahu aja. Kita kan harus tetep cantik dimana pun kapan pun. Kita kan geng Cefie. Betul gak?"
"Betul itu bu!" timbal Naomi, Clara dan Laura dengan serentak.
Ibu guru menggelengkan kepala, "Terserah kalian saja, tapi jangan sampai ganggu pelajaran"
"Iya ibu cantikk..!" seru geng Cefie serentak.
Semua murid tertawa. Begitu pula guru itu. Selain hobi foto-foto, geng Cefie pun mempunyai sifat yang menyenangkan. Guru itu memang cantik, langsing pula. Namanya bu Lina. Beliau pun sekaligus wali kelas kelas dua belas Sastra tiga.
"Sudah sudah! Kita mulai saja pelajarannya" seru bu Lina.
"Iya bu..!" balas serentak para murid.
Para murid pun mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tasnya masing-masing. Bu Lina merogoh spidol papan tulis putih dari dalam tasnya. Bu Lina pun mulai menjelaskan pelajarannya. Bu Lina mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia, pelajaran kesukaan Olive. Olive menyukai bahasa Indonesia dan Sastra karena ia bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia ingin seperti penulis-penulis terkenal di Indonesia.
YOU ARE READING
Touch of Love
RomanceHai! perkenalkan saya Hanya seorang penulis amatir yang coba-coba nulis cerita romance :D Saya ingin berbagi cerita karya saya sendiri. Sebenarnya, ini cerita tetralogi dari novel saya yg berjudul Love Is Amazing. Awalnya saya ingin menambahkan selu...