Sudah 8 hari Mila dirawat. Sepertinya kehidupan Mila tak akan pernah jauh dari rumah sakit. Julian memutuskan untuk Home Schooling. Ia lebih memilih belajar dirumah sembari menjaga Bunda nya. Karena ia tidak bisa kemana mana dengan cepat sekarang.
Mila benar benar mengalami perubahan drastis semenjak kejadian itu. Terutama berat badannya. Berat badannya turun sangat banyak.
"Mila mau makan yaa??" Julian tiap hari nya kelelahan meminta Mila untuk makan. Begitu juga Geo. Mereka berdua hampir saja kehilangan akal karena Mila sejak hari ke 2 tidak mau makan sama sekali.
Mila menggelengkan kepalanya. "Nggak. Gak mau," Mila termenung menatap jendela lagi. Ia teringat bagaimana bertemu Julian dulu.
Julian mendengus pelan. Lalu ia tersenyum. "Yaudah Mila mau apaaa nanti Julian cariin," Julian mencolek pipi Mila gemas.
"Aku pengen ngerasain gimana rasanya di surga, Jul," Mila tersenyum kecil. Ia masih termangau melihat jendela tanpa mengalihkan wajahnya ke Julian.
"Hus kamu nihh. Jangan ngelantur gitu dongg.. " Julian mencubit pipi Mila. "Nanti kita ke surga nya bareng bareng okay," Mila menatap Julian sebentar, lalu tersenyum lebar.
Mila memeluk Julian.
Tiba tiba saja,
Hueeekkkkkkk
"Astagfirullah, Mil!!!! SUSTERRRRR," Julian kaget ketika Mila muntah. Bukan karena baju nya yang kena muntahan Mila. Tetapi ini sudah yang ke 3 kali nya Mila muntah di pagi hari. Padahal dia belum makan dari semalam. Julian dibuat bingung dengan sikap Mila akhir akhir ini.
Geo yang mendengar teriakan Julian dari dalam langsung bergegas mencari suster.
"Mila lemes banget, Jul" Mila memegang perutnya. Mila mengerang kesakitan. Julian mencoba menahan tangisannya.
"Iya gapapa. Julian disini nemenin Mila. Mila jangan takut," Julian mencoba memeluk Mila.
Beberapa saat dokter dan suster datang.
"Mas bisa tunggu di luar dulu?" Julian mengangguk lalu mencoba menggerakkan kursi roda nya keluar.
Setelah menutup pintu, Julian menghampiri Geo.
"Gue takut banget, Ge" Julian menutup muka nya dengan kedua telapak tangannya. "Ini udah hari ke 5 Mila kayak gini terus," Julian menggeleng cepat.
"Mila gapapa, Jul. Lo harus kuat di depan Mila. Seenggak nya itu nge bantu buat Mila kuat," Geo menepuk pundak Julian.
"Saudara Julian?" Julian melepaskan tangan nya itu dari muka nya. Ia mendongak menatal dokter. "Ya saya sendiri. Kenapa dok?" Julian berusaha menghampiri dokter itu.
"........."
"Serius dok?"
Dokter itu mengangguk.
"Kapan dok?"
"Kita tunggu perkembangan Mila secepatnya. Mungkin 3 hari lagi. Jika memang benar, kita harus segera melakukan operasi,"
Julian menyeka air matanya.
"Penyebabnya apa dok?"
"Setelah kami melakukan penelitian lebih lanjut, minuman yang terakhir Saudari Mila minum, itu penyebabnya. Kita tidak segera di bawa ke rumah sakit, bisa saja Mila sudah tidak tertolong sekarang,"
Julian mengangguk pelan.
"Terimakasih dok,"
"Sama sama,"
Lalu dokter itu meninggalkan Julian.
Julian mau tak mau masuk ke kamar rawat Mila lagi. Dilihatnya Mila sedang terbaring lemah. Julian mendekati nya dan mengusap pipi Mila perlahan.
"Hai sayang," Mila terlihat sedang tidur pulas sekarang.
"Kamu harus kuat ya sayang yaa," Julian sekarang mengusap rambut Mila. Ia menyingkirkan rambut Mila yang menutupi muka nya.
"Kalo kamu ninggalin aku, nanti aku sama siapa?" Julian mulai terisak.
"Kan kata kamu, nanti kita tua bareng bareng," Suara Julian mulai tercekat.
"Kita nanti mau jalan jalan keliling dunia bareng kann," Julian menggenggam tangan Mila.
"Mila harus kuat ya," Julian menatap tangan yang sedang ia genggam. Ternyata dokter itu benar. Kulit Mila menguning.
Julian meneteskan air matanya. Dia sudah berusaha menahannya sedari tadi.
Mila yang menyadari bahwa kekasihnya sedang menangis itu membuka matanya perlahan.
"Heii sayangg," Mila mengusap air mata yang jatuh di pipi Julian.
"Kamu kenapa nangisss?? Iii liat tuu basah semuaaaa," Mila menyeka air mata yang jatuh di pipi Julian. Tetapi kelihatannya terlalu banyak.
Julian lalu tertawa.
"Sinii pelukk," Mila membuka tangannya. Julian memeluk Mila erat.
"Mila jangan tinggalin Julian ya," bisik Julian pelan. Ia sudah menenggelamkan kepala nya di pundak Mila.
"Orang Mila sehat gini kok," Terasa Mila sedang tersenyum sekarang. Walau Julian tidak bisa melihat muka nya.
Tiba tiba Mila melepas pelukannya.
Ia memegang perutnya sambil merintih kesakitan.
"Aduh Mil," Julian panik. "Mila tiduran dulu sambil istigfar ya," Julian mengusap puncak kepala Mila. Mila mengikuti kata kata Julian. Mukjizat nya, Mila kembali seperti semula.
Terlihat perut Mila membengkak. Perut di bagian atas nya membengkak. Julian mencoba menahan tangisan nya lagi.
Siapa yang kuat melihat orang yang kita sayang terlihat kesakitan dan sangat lemah di hadapan kita?
"Sekarang Mila di coba tidur lagi ya," Julian memegang tangan Mila.
Mila mengangguk dan lebih memilih menuruti perkataan Julian daripada ia sakit lagi.
Setelah melihat Mila tertidur pulas di hadapannya, Julian meninggalkan Mila. Julian keluar dari kamar Mila.
"Ge, gue titip Mila bentar," Geo langsung mengerti dan mengangguk.
Julian menghampiri ruangan dokter yang tadi memeriksa Mila. Setelah mendapat izin dari suster, ia masuk ke dalam ruangan itu.
"Permisi dok," Julian membuka pintu itu perlahan.
"Ya silakan," Dokter itu tersenyum ramah.
"Kira kira Mila bisa bertahan sampai berapa lama dok?" Julian sekarang duduk berhadapan dengan dokter itu.
"Tergantung. Seberapa Mila kuat. Dan seberapa lama anda mencari pendonor untuknya," Dokter itu menatap Julian dalam.
"Sampai 5 hari mungkin maksimal," Dokter itu menghela nafasnya perlahan.
Julian menghitung hari itu.
Sekarang udah hari ke 20. Apa cukup Mila tahan sampe 6 hari ke depan?
Julian berpamitan keluar ruangan. Mungkin ia akan mencoba mencari pendonor secepatnya.
An.
Vote sm komen yaa~~
Ps. Gue nulis nya jam 12 mlm
Pss. Gue ngedit pas pelajaran sbk
Psss. Gue ngepost pas pusing pusingnya ngerjain mtk :')
KAMU SEDANG MEMBACA
26 Hari 12 Jam [COMPLETED]
Teen Fiction[Februari 2016] Ketika orang yang baru masuk dunia mu bisa membuat hari hari terakhir mu bahagia.