Chapter 16

3.4K 199 5
                                    

"Wooahhhh tunggu tunggu," Julian memegang tangan bunda yang ingin membalik album foto itu.

"Maksudnya? Ini kembaran Julian?" Bunda menatap Julian. Lalu menangguk pelan.

Julian mengambil handphone nya yang ada di kantong celananya. Lalu ia membuka galeri dan mencari foto yang ia ingin tunjukkan ke Bunda.

"Ini?" Julian menunjukkan foto itu ke Bunda. Bunda memincingkan matanya agar terlihat lebih jelas. "Maksud bunda dia?"

Bunda bangkit sebentar dari kasur. Perlahan lahan, ia berjalan mendekati meja rias yang terletak di samping televisi. Bunda membuka laci itu dan mencari cari barang yang ia inginkan.

Julian mengernyit bingung. Ia melihat Bunda nya sedang mencari cari sesuatu.

Akhirnya Bunda duduk di sebelah Julian lagi. "Ini foto terakhir kembaran kamu. Bunda lupa waktu itu sempet dikirim Ayahmu," Bunda menyodorkan foto itu ke Julian.

Julian membandingkan foto yang ia pegang dengan foto yang ada di handphone nya. Ternyata benar.

"Bun, ini kembaran Julian?" Julian masih tidak percaya bahwa Mila adalah kembarannya. Bunda mengangguk.

"Serius Bun?" Tanya nya lagi. Ia mengulang pertanyaan yang sama hingga tiga kali. "Ah boong ni," Julian masih menatap foto itu.

"Terserah lu aje dah," Lalu Bunda beranjak dari kasur nya. "Lah Bunda mau kemana?" Julian mengalihkan tatapannya dari dua benda yang sedari tadi ia perhatikan.

"Pipis. Napa mau ikut?" Bunda tertawa kecil lalu memasukki kamar mandi yang ada di kamarnya itu.

Ah gila masih ga percaya gue kalo Mila itu kembaran gue.








-- 2 Jam sebelum operasi--








"Bun, doain Julian ya," Julian berpamitan ke Bunda nya. "Kan tadi Julian udah cerita kan?" Senyum kecil Julian dibalas anggukan dari Bunda.


"Bunda gausah sedihhh," Julian mengelap air mata yang jatuh di pipi Bunda nya itu.


"Besok, jam 10, Bunda dateng ke alamat ini," Julian memberi secarik kertas. "Trus bunda ceritain tentang bunda itu yang ngelahirin Mila segala macem,"


"Pasti Mila lagi ngambek karna Julian ga dateng. Trus dia pasti diajak balik ke rumah sakit," Julian menyodorkan kotak yang lumayan besar dan sudah ia bungkus sedemikian rupa. "Trus bunda jangan lupa kasih ini ke Mila" Bunda mengambil kotak itu perlahan.


"Jangan sampe lupa," Julian memeluk Bunda nya. Bunda mengangguk pelan.


"Yaudah Julian harus sampe di sana secepatnya," Julian berpamitan ke Bunda. Lalu memasukki mobil dengan bantuan supir dan pembantunya.


Sesampainya di rumah sakit, Julian mencari dokter yang menangani Mila selama ini.


"Akhirnya Saudara datang juga," Dokter itu tersenyum ramah dan merapihkan berkas berkas nya yang ada di atas meja setelah melihat Julian dari ambang pintu.


"Saya menepati janji saya,Dok," Julian tersenyum kecil. "Yasudah sekarang saudara ikut saya keruang operasi,"


Mereka keluar dari ruangan Dokter itu. Sepanjang jalan Julian resah dengan apa yang akan ia lakukan kali ini. Ini satu satu nya kesempatan untuk memperbaiki keadaan Mila.


Setelah sampai di ruang operasi, Julian dipersilahkan untuk berbaring diatas ranjang. Ia dipasangi infus dan di cek keadaannya.


"Hati anda masih berfungsi dengan baik ya," Ujar dokter itu. Julian hanya bisa tersenyum. Tak lama kemudian datang beberapa suster dengan peralatan yang sudah dipersiapkan untu operasi ini.


"Siap?" Julian mengangguk pelan. Lalu dokter itu memberi Julian obat bius agar ia tertidur.


"Pisau bedahnya sus," Suster itu memberi dokter satu pisau bedah. Dokter itu menyayat perut Julian perlahan tapi pasti. Agar tidak banyak darah yang keluar. Karena golongan darah Julian sangatlah langka.


Di dalam tidur nya, Julian berhayal ketika ia pertama kali bertemu dengan Mila.


Saat ia jalan jalan dengan Mila.


Saat ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatan masa lalu nya.


Sekarang ingatan itu perlahan pulih.


Ingatan itu secara tiba tiba terakit kembali.


Ia ingat bahwa dulu ia dibawa bunda nya keluar negeri agar bisa berpisah dengan Mila dan Geo, sahabat kecilnya.


Bunda nya tidak ingin Julian tersakiti oleh saudara kembarnya sendiri.


Yang ternyata kini ia mendonorkan salah satu organ penting yang dimiliki tubuhnya, untuk saudara kembarnya itu. Walaupun hanya 50% dari hati nya, bukan berarti Julian bisa sepenuhnya pulih. Mau tak mau ia harus menjalani perawatan intensif untuk memastikan hati nya itu kembali berfungsi dengan normal.

Di ruangan yang berbeda, Mila mencoba menelan obat anti rejeksi nya. Lalu ia kembali berbaring di atas ranjang itu. Ia menunggu.


Andai Julian ada di samping Mila sekarang.


Diluar ruangan, Geo dan Papah nya Mila menunggu. Suasana dirumah sakit itu sangat tegang. Semua berharap agar operasi ini berjalan lancar.

Satu jam berlalu, Mila sudah siap menjalani operasi itu. Ia bersiap siap dan diberi obat bius agar tertidur untuk sebentar.

Tapi, sayangnya, saat operasi pengangkatan hati, darah Julian berkurang begitu banyak.

"Tidak ada stok kantung darah O bombay dok," Seketika dokter itu panik. Semua orang di ruangan itu panik.

Sementara itu, Bunda tak sengaja menjatuhkan piring yang berisi makan malamnya. Lalu ia menangis.











An.

HAI GUE LAGI UPRAK GAIS! alhamdulillah udh sembuh yeyeee maaf bikin kalian nungguuu

26 Hari 12 Jam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang