Un

509 112 68
                                    

Calum melangkah masuk ke koridor loker freshmen di awal semester 2. Bersama dua orang temannya yang mengikuti di belakang.

"Cal, kita sudah kelas 12, bahkan sebentar lagi lulus. Kau tak ingin memperbaiki nilai dan sikapmu?" Tanya salah seorang temannya yang berambut dark chocolate keriting.

"Bullshit, Ashton. Oke, aku tahu aku harus memperbaiki sikapku. Tapi ayolah, ini baru awal semester. Apa salahnya jika sedikit 'bersenang-senang' di loker para freshmen?" jawab Calum santai. Sementara yang diajak berbicara hanya memutar matanya.

"Kira-kira loker siapa yang beruntung hari ini?" tanya temannya yang satu lagi.

"Bagaimana jika ... loker itu!!" tunjuk Calum ke arah loker nomor 121 yang berada tepat di sampingnya.

"Terserah."

"Oh, ayolah, Ash. Kujamin ini akan menyenangkan! Benar kan, Mike?" tanya Calum mengedipkan sebelah matanya ke arah Michael.

"Yea! Ashton, it's 6 am. And no ones will see."

"Baiklah. Terserah kalian saja." kata Ashton mengalah. Tak dapat ia pungkiri bahwa ia juga ingin 'bersenang-senang'.

Calum pun membuka secarik kertas yang ia salin secara diam-diam dari ruang administrasi. Itu adalah daftar nomor kombinasi seluruh loker di sekolahnya.

251295

Dan ... terbukalah loker yang sangat rapih. Terdapat buku-buku pelajaran, scrapbook, alat make-up, baju ganti, tumpukan berkas, foto polaroid, kamera, dan hal-hal seperti loker pada umumnya. Calum menujukkan smirk khasnya yang menjengkelkan.

"Ada apa, Cal?" Tanya Ashton.

"Lihatlah foto yang tertempel di pintu loker ini. Sepertinya mangsa kita adalah anak ekskul pecinta alam." Kata-kata Calum barusan membuat otak keduanya semakin dipenuhi kejahilan yang akan mereka buat.

Dengan segera, Calum mengambil kamera, baju ganti, dan buku-buku pelajaran untuk diselamatkan. Tapi, dia tidak sebaik yang kalian pikirkan. Ashton mengambil bedak dan menghamburkannya di sana-sini.

Dengan tawa yang meledak, Michael mengambil bak sampah yang berada di lorong, lalu menghamburkannya ke dalam loker. Itu semakin membuat mereka tertawa. Sekarang, giliran Calum.

Ia membanting kamera ke dalam tumpukan sampah itu. Lalu baju ganti dan buku pelajaran, ia hamburkan tidak beraturan. Mereka pun menutup pintu tersebut yang otomatis akan terkunci. Mereka menuju ke kantin dalam keadaan masih tertawa terbahak-bahak. Membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

***

Saat waktu menunjukkan istirahat telah usai, semua siswa bergegas menuju kelasnya masing-masing.

Tapi tidak bagi Casey Alondra Thompson. Ia mempunyai jadwal yang cukup padat di ekskulnya. Ketika koridor sangatlah sepi, ia berlari secepat mungkin menuju lokernya. Di sana terdapat berkas-berkas penting yang diperlukan ketua ekskulnya sekarang.

"WHAT THE HELL HAPPENED?!" Teriaknya ketika membuka pintu loker, ia langsung di sambut bau sampah yang menyeruak, lensa kamera pecah, bedak berhamburan, scrapbook yang tertimbun sampah dan ..., "SIALAN! BERKASNYA!"

Dengan setengah hati, ia mengobrak-abrik sampah di lokernya. Ia berharap berkas itu terselamatkan.

Tapi, apalah daya. Ia memandang nanar berkas penting yang akan dipraktekkan minggu depan. Ia meringsut ke bawah. Merunduk dan menangis dalam diam. Ia memeluk lututnya yang telah basah. Kecewa, sedih, marah, dan yang pasti,

ia akan di keluarkan dari ekskul.

Di balik tikungan ujung koridor, mereka tertawa. Mereka bahagia, sangat bahagia. Namun, entah kenapa Calum tidak tertawa. Ia memandang datar gadis yang tengah terduduk memeluk lututnya di sandaran loker. Ia menangis. Calum merasakan itu. Calum merasa pernah mengalami hal sepertinya.

Calum mengalami Déjà vu.











xxx

25 Februari 2016 

Udah update, yeayy. Mau ngucapin makasih untuk Prom Night yang udah tembus 1.4k :)) Terimakasih banyak kalian :") Yang belum baca, baca ya /malak/ lmao.

-windu

Beautiful Pain • HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang