dix-huit

44 8 0
                                    

"Kakek, kenapa mudah sekali meretas keamanan mereka?" tanya Luke. "Ah, aku bahkan belum—"

"Luke, ingat, kau tak boleh meremehkan lawanmu," potong kakek yang langsung disambut bisu oleh Luke.

"Baik lah, mari kita bermain, sayang."




























































Crrsshh...

"Berhenti, jangan—chrrsss ... mencoba lebih dekat lagi—chhrrss ... atau kau akan mati."

Calum menghentikan mobilnya berkejutan yang membuat Ashton dan Michael hampir terpelanting ke depan.

"Cal, what the f—"

"Siapa kau?! Kenapa kau bisa berada dalam interkomku?!" tanya Calum waspada.

"Dasar bodoh, aku tak sekecil itu untuk berada dalam interkom milikmu, bodoh," kata Luke diseberang sana.

"Luke?! Kau bajinga—"

"Simpan kata-katamu untuk nanti, kak. Bukankah kau harus cepat menyelamatkan Al?" kata Luke sembari memberi penekanan pada kata 'kak'.

Adikmu yang dibuangnya ke panti asuhan ...

Adikmu

Yang

Dibuang





Oleh ayahmu sendiri ...

Saat itu juga, pikiran Calum penuh dengan kata-kata John dan Woozi. Apa selama ini Luke adalah adiknya? Atau ia hanya tak sengaja memanggilnya seperti itu untuk menjahilinya?

Tapi, darimana Luke tahu?

"K-kau ...."

"Bodoh! Sudah ku bilang untuk simpan nanti kata-kata dan pertanyaan mu itu! Kau harus cepat atau server cctv nya akan mendeteksi komputer lab Kakek!"

"Kau di rumah Kakek?"

"Ya, kenapa? Kau takut karena hanya ada kau di situ? Mana kekuatan bodohmu itu yang selalu dibanggakan Kakek? Oh, Jangan-jangan itu hanya bualan? Sudah kuduga! HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH!"

"Diam, dasar setan!"

"Kau malaikat—ah, terimakasih, Nek," kata Luke terpotong. Namun Calum tahu bahwa Luke sedang menerima cokelat panas spesial buatan nenek yang diberi marshmallow lembut. "Kau malaikat pencabut nyawa!" sambungnya.

"Hey, kalau kalian terus bertengkar, kapan kita masuknya?" tanya Michael mulai merutuki kebodohan Calum dan adiknya itu.

Mereka masih terkejut menerima kenyataan bahwa Luke yang terkadang mereka bully itu adalah adiknya Calum. Tapi, live must go on, right?

Al harus bertahan dan mereka harus menyelamatkan.

Karena tanpa sadar, mereka sudah benar-benar memiliki rasa untuk saling melindungi teman.

"ASTAGA, KAU PUNYA SNIPPER, CAL?!" teriak Michael histeris.

"Sssshhhtttt. Kau berisik sekali!" tegur Ashton.

"Teman-teman anehmu itu bersamamu, ya? Suruh mereka pulang kalau tak ingin mati. Aku sedang berbaik hati jadi—"

"Hey, siapa yang kau panggil aneh itu, aneh?" ucap Michael.

"Sudahlah, kalian takkan berguna. Kalian hanya akan menambah beban Kakakku saja."











Wah, Calum terharry.

"Tidak, snipper adalah pacarku! Aku bisa mengendalikannya!" kata Michael semangat.

Calum mendesah pelan, "Hhh, snipper itu tak mudah kau kuasai meski kau adalah gamer penembak paling jitu, Mike. Bahkan aku saja hampir menyerah mempelajarinya."

"Lihat saja! Aku juga sekalian ingin belajar yang asli, hehe." Michael mulai mencubit gemas Ashton yang berada di bangku depan dan mengeluarkan kotak senjata.

Matanya begitu berseri ketika melihat bagian-bagian senjata yang masih acak.

"Ah, dalam game, merakit adalah kesukaanku!"








Suka aku nya kapan bwank?
Halah;-D

Road to ending!
Bentar lagi bentaaaaaar
:-D

-windu



Beautiful Pain • HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang