Six

270 65 40
                                    

"Tunggu, Al. Kita perlu bicara," katanya seraya menahan tangan Al.

Detak jantung Al tidak beraturan sekarang. Bukannya menjawab, ia malah terdiam dengan mata melebar.

"Besok pagi, sebelum kelas dimulai," katanya, "oke?"

Al yang merasa canggung pun hanya menganggukkan kepalanya.

Ia terdiam ketika orang itu mengusap lembut rambut Al dan meninggalkannya.

***

"Wah, mau kemana kau?"

Al berlari menuju gang kecil di samping rumahnya. Namun, ternyata gang itu adalah gang buntu. Al yang kelelahan pun tak dapat melakukan apa-apa.

"Cepat juga larimu."

"Jangan mendekat!!!" seru Al seraya berusaha melawan. Laki-laki yang sudah geram itu pun mengeluarkan silet dari sakunya dan menarik tangan Al kasar.

"TIDAK!" Al berteriak ketika silet itu mulai mengiris pergelangan tangannya. Semakin ia memberontak, semakin dalam silet itu merusaknya.

Ia terdiam menahan sakit, "Bukankah kau adalah Ayahku? Mengapa kau melakukan ini padaku?"

Ayahnya tersenyum, "Karena aku muak denganmu."

Ada jeda ketika ayah Al mengucapkan kalimat itu yang digunakan Al untuk meloloskan diri.

Dan dengan darah yang masih mengalir, ia berlari sekuat tenaga ke tempat yang ramai.

***

"Kau ingin sarapan apa?"

"Seriously, Calum?! It's 8 am and we're too late to go to school!" Teriak Al frustasi. Ia terbangun dengan rasa nyeri yang menyeruak dalam dan menyadari bahwa ia tidak berada di kamarnya, melainkan kamar seorang lelaki yang notabene nya adalah seorang pem-bully yang kasar.

"Whoa, chill girl. Memang kenapa jika membolos sehari saja? Itu tak mengurangi nilai absen mu yang mendekati sempurna," kata Calum membuat Al semakin emosi.

"Astaga, hari ini aku ulangan kimia, Calum! Aku telah mempersiapkan semuanya dan gara-gara kau! Semuanya kacau! Semuanya, Cal! You such a bastard! GO TO HELL!"

"SHUT UP! YOU MUST WATCH YOUR FUCKING WORDS, LIL SUMS!" teriak Calum membuat tubuh Al merinding.

"Jika tak ada aku, maka kau akan mati!" sambungnya yang membuat Al meloloskan tamparannya di pipi mulus Calum.

Al pergi meninggalkan Calum sendiri di kamarnya. Tak lupa untuk membanting pintu dengan keras. Ia dengan tergesa segera pergi dari frat Calum, tapi fratnya terlalu besar sehingga sulit untuk mencari jalan keluar. Walaupun begitu, Ia menemukan sebuah pintu besar yang akan membawanya keluar dari neraka itu.

Sedangkan di kamar Calum, ia menjambak rambutnya sendiri. Ia menyesal mengapa tak dapat mengontrol emosinya. Seharusnya ia mengerti keadaan Al dan menjelaskannya baik-baik.

Namun, Calum tidak bisa.

***

"Go to hell! Awas kau, Calum fucking Hood! Aku takkan pernah lagi berbicara ataupun meminta bantuanmu! Camkan itu!" umpat Al di tengah jalan.

Ia berhenti sebentar untuk mengambil ponselnya dari saku ripped jeans nya.

"Shit, 10% left." Karena baterainya tak memadai, ia hanya melihat pantulan wajahnya dari layar dan membenahi tatanan rambut yang rusak. Of course, she was just waking up from asleep.

Ketika sedang memandangi pantulan dirinya di layar ponsel, matanya tak sengaja menangkap pantulan seseorang berbadan besar sedang mengintainya. Matanya membulat lebar, ia segera memasukkan ponselnya ke kantong jeans nya dan berjalan cepat.

Ia merasa pria itu mengejarnya. Al berlari sambil sesekali menengok ke belakang. Dan benar saja, pria itu kini tengah mengejarnya. Ia sudah seperti buronan sekarang. Ia terlalu sibuk memantau ke belakang sehingga tak melihat sebuah pembatas jalan berada di depannya.

"Kau tak bisa lari kemana-mana lagi, nona Thompson." Pria itu menariknya untuk bangun dengan kasar. Sialnya lagi, Al berlari ke arah yang salah. Ia menjauh dari kota. Menyisakan dirinya dan pria yang membungkam tangannya ke belakang. Ia di dorong untuk berjalan ke depan. Menuju tepi hutan yang menyeramkan.

"FOR FUCK SAKE! SIAPA KAU?! MAU APA?!" berontak Al. Ia memaki terhadap seorang pria paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya. Ia tersungkur ke depan membuatnya hampir mencium kaki pria jahat yang menyiksanya.

"Aw, itu menyakitkan, Case. Kau tak boleh seperti itu." Setahu Al, hanya ada satu orang yang memanggilnya seperti itu. Seseorang yang sangat amat ia benci sejak kecil.

"I'm your dad, princess," jawab pria itu berjongkok di hadapan Al dan menggamit dagu Al agar menatapnya. Namun, ia menepisnya. Ia tak sudi berhadapan dengan kenyataan yang memaksanya memanggil seorang pria keji dengan panggilan 'dad'.

"Bawa dia masuk ke mobil!" perintah pria itu. Empat—oh bukan, lima bodyguard menuruti perintahnya.

"NO! KAU MAU MEMBAWAKU KEMANA?! PLEASE, LET ME GO! I'LL BE A GOOD GIRL, PLEASE!" Rengeknya. Ia tak mau ikut dengan ayah tirinya.

"But I won't, princess," ucap pria itu terkekeh geli. Al dimasukkan secara paksa ke dalam sebuah mobil mewah yang menurutnya hanyalah sampah. Tentu dengan isakan, permohonan, dan umpatan dari Al. Mobil itu berjalan dengan kecepatan tinggi. Diikuti dengan beberapa mobil anak buahnya dari belakang. Mengantar mereka menjauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Mimpi buruknya terjadi. Semua yang buruk selalu terjadi padanya. Tak satupun yang baik menimpanya. Hanya ada kesedihan dalam hidupnya. Ini bukan hidup. Ini adalah mimpi buruk!














xxx

25 Maret 2016

Yang italic di awal-awal itu kejadian sebelumnya yaaa

Be a wise reader ;) alasyuu<3

Sincerely,
-windu









Beautiful Pain • HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang