Neuf

142 33 20
                                    

"Apa kau bilang?!" teriak Michael.

"Sejak kita terakhir kali membolos ke luar sekolah, keadaannya semakin buruk, Cal. Gerbang samping ditutup saat jam pelajaran. Dan hanya ada gerbang utama yang dijaga," kata Ashton.

"Terakhir kali kita berusaha kabur dari sekolah, kita berakhir di ruang hukuman." tambah Michael.

"Aku tahu, tapi kita tak bisa biarkan Alle dalam bahaya!" seru Calum kesal, "jika kalian tak mau membantuku, biar aku sendiri yang menyelamatkannya!"

"Oh, ya? Kau tahu di mana Al berada? Kau yakin itu benar penculikan? Bagaimana jika mereka membawa senjata? Aku tahu kau juga ahli menggunakan beragam jenis weapon, tapi bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Michael runtun yang membuat Calum kesal.

"Dengar, tadi Alle meneleponku, jadi aku bisa melacaknya dengan chip GPS. Aku mendengar suara seseorang mengancam padanya. Dan ... bukankah kalian tahu bahwa kakekku dulu adalah seorang agent? Jika aku tak mendapatkan senjata darinya, aku masih bisa menggunakan pisau dapur," jawab Calum tajam.

Tekadnya sudah bulat. Ia harus menyelamatkan Al, apapun caranya. Ia pun beranjak pergi dari kedua temannya yang sedang termangu bingung atas sikapnya. Jika mereka berdua tak mau membantunya, maka biarkan ia sendiri yang melakukannya.

"Kenapa kau peduli?" tanya Ashton yang dapat membuat Calum terhenti. Calum bingung, pertanyaan itu baru terlintas di otaknya. Ia tak pernah memikirkan itu. Seolah, tubuhnya telah digerakkan oleh nurani terdalamnya, bukan apa yang telah dipikirkannya matang-matang.

"Aku ... tak tahu."

Calum menjawab tanpa berpaling dan segera menuju gerbang. Ia berharap, satpam yang berjaga sedang tertidur. Jadi ia tak usah repot-repot berkelahi.

***

Calum menggendong tas sekolahnya yang kosong menuju semak dekat gerbang. Dapat dilihat dari sana, suasananya sangat sepi. Kesempatan yang bagus, bukan? Ia perlahan berjalan menuju gerbang yang dikunci. Tanpa meninggalkan jejak dan tak ada suara yang ditinggalkannya.

"Hoaamm ...."

Matilah riwayat Calum. Ia terpergoki. Dengan cengiran lebarnya, ia berbalik dan mengusap tengkuknya yang tak gatal.

"Hehe ... halo, pak? Apa kabar?" tanya Calum seraya menyengir tak berdosa.

Tapi, ketika ia membuka matanya lebar-lebar, bukan penjaga yang sedang mengamuk. Melainkan penjaga yang tertidur lelap di pos penjaga.

"Satpam sialan."

Ia perlahan memanjat gerbang setinggi 3 meter. Ia memanjat dengan mudah, karena ia sangat berprestasi dalam bidang olahraga. Bukan cuma olahraga, tapi juga bela diri. Semua itu ia pelajari langsung dari kakeknya. Sang agent yang hebat di masanya.

Kenapa? Karena sejak ia berumur 11, kehidupan nya berubah 180°.

"Bahkan gerbang keramat tak mampu menghentikanku!" tawanya geli.

Ia berlari tanpa suara dan memasuki mobilnya. Calum langsung meninggalkan kawasan sekolah dan menuju ke rumah kakeknya dengan cepat.


"Tapi aku, bisa menghentikanmu dengan mudah, Calum. Kau ditanganku sekarang," kata Luke seraya menyimpan file video yang baru saja ia rekam.

***

"Kakek, bolehkah aku pinjam beberapa senjata, peluru, pisau, peledak, mancis, dan juga beberapa bungkus marshmallow big size?" tanya Calum seraya memasang puppy face andalannya. Sejak orangtuanya ribut, kakek lah yang merawat, mengurus dan mendidik Calum hingga ia tinggal di flat sendiri.

"Untuk apa?" tanya kakek cuek.

"Bukankah tadi sudah ku ceritakan? Temanku dalam bahaya, kek. Aku harus menolongnya," jawab Calum masih dengan wajah andalannya.

"Bukan ... maksudku, untuk apa kau membawa marshmallow?" tanya kakek seraya tertawa kecil.

Sikap cucunya itu belum berubah sejak dulu. Sementara Calum, ia hanya terkekeh tak berdosa. Marshmallow memang makanan kesukaannya dari dulu. Bahkan, disaat seperti ini pun ia tak luput membawanya.

"Ikut aku," kata kakek. Mereka pun menuju kamar kakek. Di sana, terlihat nenek sedang merapikan tempat tidur.

"Hai, nek. Doakan aku berhasil, ya!" seru Calum semangat yang dijawab dengan senyuman tulus nenek. Ia menempelkan tangannya di hand detector bersamaan dengan kakek.

PUSHH

Terbukalah pintu yang menghubungkan kamar dengan ruangan luar biasa rahasia di rumah itu. Mereka memasuki pintu itu dan menuruni tangga di dalamnya. Ya, mereka menuju ruang bawah tanah.

"Sudah lama aku tak ke sini. Ruangan ini masih sama," kata Calum seperti melepas rindu.

Ruangan yang begitu luas dengan 2 bilik yang terpisah. Bilik kanan tempat persenjataan disimpan. Sedangkan yang kiri adalah laboratorium canggih. Mereka pun memasuki bilik kanan dan menekan password.

PIP PIIP PIP

"Kau merindukan tempat ini, ya? Seandainya anakku ingin mengikuti jejakku sebagai agent, pasti ia menjadi yang terhebat sekarang," kata kakek menerawang.

"Sudahlah, Kek. Ayah memang seperti itu, bahkan ia tak peduli lagi pada Mom." Calum menghempaskan tubuhnya di atas sofa empuk.

"Kau anak yang baik, Calum," kata kakek. "Kau begitu menyayangi ibumu. Padahal ia bukan Ibu kandungmu," lanjut kakek seraya menepuk pundak Calum pelan. Sedangkan Calum hanya tersenyum getir.




"Aku hanya ... tak ingin kehilangan sosok ibu untuk kedua kalinya."

xxx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

xxx

update aseque.

Maafkan diriku lama, rencananya bakal double update. Sama BIOHAZARD. Rencana doang tapi

Hehehehehe :-D

Btw, ini chapter terinspirasi dari NOBLESSE WAKWKWKW .

Udh gt j.

Jan lupa vote ya cinta!!
-windu


Beautiful Pain • HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang