Angin menerbangkan beberapa kertas yang berisi tugas-tugasku. Hari ini anginnya sangat kencang, membawa serta hawa dingin yang membuat tubuh menggigil. Aku sedang mengerjakan tugas yang diberikan ny. Beryl di dekat danau Mermis. Semua tentang es. Jujur saja tugas ini sedikit membosankan. Aku hanya perlu menyelesaikan dua pertanyaan saja yang bahkan menurutku mudah untuk dijawab, tapi sulit untuk kutuliskan di kertas itu. Aku menghela napas dan beralih menatap danau di sampingku. Mereka menamainya Mermis karena danau ini dihuni para duyung. Danau ini milik mereka jadi para murid tak bisa sembarangan memakainya. Aku pernah sekali melihat salah satu murid dari kelas udara mencoba menggunakan sihirnya di danau ini untuk membuat pusaran air. Mungkin karena dia tak meminta izin pada pemilik danau ini akhirnya para duyung hampir membunuhnya dengan mencekik lehernya dengan lidahnya yang bisa memanjang. Beruntung salah satu guru tau dan menghentikannya.
Aku menutup bukuku dan meletakkannya. Aku tak melihat Sam sejak pagi. Sepertinya dia sibuk mengobrol dengan ayahnya. "Apa yang dibicarakan Sam dengan ayahnya ya?" gumamku. Lalu mataku beralih menatap dua orang yang sedang mengobrol di lorong sekolah. Liam dan David. Pria itu masih disini. Nama David sama seperti pria yang ada di cerita Karen Cormick. Sifat mereka hampir sama. Detik kemudian David menoleh dan matanya menemukanku. Firasatku mengatakan kalau dia akan menuju kemari. Aku menelan ludah. Dia sekarang memang berjalan menuju ke arahku.
"Haloo Fallen Gladwin. Hari yang cerah bukan?" sapanya.
"Yeah. Dan kuharap tak ada langit hitam yang menutupinya. Itu akan sangat buruk," balasku yang lebih seperti ejekan untuknya.
"Celotehan yang bagus. Omong-omong aku tak melihat Sam bersamamu hari ini? Apa dia sedang bersama seseorang?" tanyanya dengan senyum licik.
Aku menatap matanya dan segera bangkit berdiri. "Dengar ya tuan, apapun yang kau rencanakan aku pasti akan menghentikanmu!" ancamku.
"Kau pikir aku akan menghancurkan sekolah ini? Hah! Jangan berlagak sok pahlawan nona. Apapun rencanaku kau tak perlu tau. Kau sama saja seperti ayahmu itu!"
Aku mengayunkan tanganku dan berusaha menyerangnya dengan sihirku sebelum Fred datang dan menghentikanku. "Oh, syukurlah kau datang tepat waktu. Gadis ini berusaha melukaiku," ucapnya dengan memberikan tatapan tak suka padaku.
"Sialan kau!" umpatku pelan dan berusaha menyerangnya lagi namun dihentikan Fred. "Jangan pernah kau menghina ayahku!"
Dia tertawa mengejek sambil menggelengkan kepalanya. "Untuk apa kau membela seseorang yang sudah mati?" katanya dan setelah itu berlalu pergi meninggalkan kami.
Aku memukul dengan keras pohon di sampingku dan membuatnya ditutupi duri-duri es yang mirip seperti duri landak dengan ukuran sedikit lebih besar. "Hei kau tau, kau harus menghentikan amarahmu itu," kata Fred. Aku yakin dia terkejut melihat pohon di sampingku.
"Sebaiknya kau diam saja Fred!," ancamku sambil menunjuk jariku kepadanya.
"Hei tenanglah. Aku mengerti keadaanmu sekarang. Tapi kalau kau tak bisa mengendalikannya akan timbul masalah besar," katanya.
"Aku tau," jawabku dan aku membungkuk untuk mengambil bukuku dan berjalan pergi meninggalkannya dengan perasaan yang masih dipenuhi kemarahan.
***
Bibi paige mengangkat teleponku setelah dering ketiga. Aku sedikit lebih tenang kalau mendengar suara bibiku. "Halo?" jawabnya.
"Bibi Paige," jawabku sedikit pelan.
"Ah Fallen sayang, bagaimana sekolahmu?"
"Well... sedikit buruk untuk hari ini."
"Apa yang terjadi sayang? Ceritakan padaku," tanya bibi dengan nada khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLEN (the Fiery Passion)#3
FantastikMurid baru akan datang... Dia adalah kerabat dekat Sam dan berada di kelas yang sama dengan Fallen. Sam tau bahwa kerabatnya itu selalu mencoba untuk mendekati Fallen, kekasihnya. Tapi ia tak pernah tau apa tujuan sebenarnya. Di sisi lain ayah Sam...