11

2.5K 303 0
                                    

Bukan suara jam di nakas yang membangunkanku, ataupun sinar matahari pagi yang menyeruak masuk melalui jendela dan mengenai wajahku...

... tapi bau shampo yang tercium dari kamar mandi kamar ini. Wanginya masih segar, seolah-olah orang itu baru saja keluar dari kamar mandi.

Perlahan aku membuka mata. Aku baru tersadar kalau ini bukan kamar asramaku. Aku tertidur di kamar asrama Sam.  Aku bangkit dan melihat sekeliling. Tak ada siapapun.

"Sam," panggilku. Sam belum muncul juga. Sepertinya dia sedang di luar.

Aku menurunkan kakiku, menguap dan mengusap wajahku. Untuk sejenak aku menatap ke jendela. Ini sudah pagi, dan aku belum melihat jam sama sekali. Lalu aku melihat jam saku yang menggantung di leherku. Mataku terbelalak.

Kelas dimulai lima belas menit lagi.

"Ya Tuhan, seragamku...?" kataku penuh kepanikan sambil mencari-cari seragamku yang sudah pasti takkan pernah kutemukan.

Detik kemudian kudengar suara pintu terbuka. Aku mendongak dan melihat Sam masuk dengan sudah memakai seragam. Di tangannya, dia membawa seragamku, lalu melemparnya padaku. "Kau belum pernah terlambat sebelumnya jadi cepatlah mandi," katanya.

"Kau... bagaimana kau masuk ke asrama putri untuk mengambil ini di kamarku?" tanyaku sambil menunjukkan seragamku.

"Tak semudah kau kemari dan bisa tidur di kamarku," jawabnya.

"Emh... baiklah, terima kasih. Aku pinjam kamar mandimu. Hanya untuk hari ini saja," kataku dan segera menutup pintu kamar mandi.

Tak perlu terlalu lama bagiku untuk membersihkan diri mengingat pelajaran akan dimulai dalam beberapa menit lagi. Aku membuka pintu sedikit dan menengok keadaan kamar. Dan Sam keluar lagi. Aku melangkah keluar dan segera memakai seragamku.

"Cepatlah Fallen..." suara Sam tiba-tiba muncul begitu saja. Dia diam sesaat. Dan aku yakin saat ini dia sedang memperhatikanku meskipun aku membelakanginya.

"Tetap disitu," kataku. Dia masuk beberapa detik saja setelah aku keluar dari kamar mandi, bahkan disaat aku sedang memakai braku.

Sialan kau Sam.

Kudengar dia bersiul. "Kau bahkan sama sekali tak terkejut saat aku memergokimu berganti pakaian," katanya.

"Aku tidak benar-benar telanjang jadi tak masalah. Lagipula kau pernah melihatku hampir telanjang saat kita ada di bagian akhir cerita itu."

"Yeah, dan itu membuatku tersadar kalau kau punya tubuh yang bagus," katanya.

Aku menoleh padanya dengan cepat. "Apa?"

"Tak apa," jawabnya tersenyum dan berjalan mendekatiku. Ia lalu menggiringku untuk duduk di kursi meja tulisnya. Ia lalu menyisir rambut coklatku.

"Kau melakukan hal ini seperti aku seorang putri saja," ungkapku dengan sedikit tawa.

"Bagaimana kalau memang kau seorang putri?" tanyanya. Lalu ia merunduk dan wajahnya tepat ada di sampingku. "dan... calon Ratu?"

"Oh ayolah, itu tak mungkin," jawabku dan mengambil sisir itu darinya dan menyisir rambutku.

"Kau tau kalau aku hanya ingin bersamamu," ungkap Sam seraya menyisir rambutku dengan jemarinya, lalu mengepangnya.

Aku diam sejenak. "Tapi... kita takkan pernah tau, sampai kau lulus dari sini."

Dia diam. Tapi kudengar dia menghela napas. Kemudian dia menatapku. "Karena itu kau harus percaya padaku," katanya tersenyum dan mencium pipiku.

Aku balas tersenyum dan mengangguk.

FALLEN (the Fiery Passion)#3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang