Boneka beruang itu masih terus berbicara. Masih terus kutekan tombolnya. Rasa rinduku sangat membuatku tersiksa. Membuatku seolah seperti orang depresan. Boneka ini telah sangat basah. Akibat seluruh air mataku yang tak mampu kubendung lagi. Lebih-lebih setelah aku mengingat semuanya. Semua begitu mendetail di memori otakku. Aku terus memeluk boneka beruang ini. Hanya dia yang mampu membuatku merasa bahwa Dirga sedang berada di sisiku. Suara imutnya membuatku rindu akan ocehannya. Lagunya membuatku jatuh hati, membuatku benar-benar bahagia. Tapi, sekarang? Entah bagaimana kabarnya. Entah bagaimana hari-harinya. Sedari kemarin dia tak ada kabar.
"Dega, aku kangen banget sama kamu." Lirihku. Aku akhir-akhir ini menjadi sangat cengeng. Dadaku sesak, tak mampu menahan rasa rindu ini untuk waktu yang lebih lama.
'Dirga cinta Keyza.'
'Dirga cinta Keyza.'
'Dirga cinta..' belum sempat aku mendengar beruang itu mengucapkan namaku, tiba-tiba pandanganku gelap. Aku tidak mendengar apa-apa lagi. Kepalaku terasa berat dan aku merasa tubuhku seolah sedang melayang-layang.*
Sorot lampu membuat mataku silau. Aku berusaha membuka mataku perlahan-lahan. Rasanya berat sekali. Tubuhku masih merasakan sakit dan lelah yang teramat dalam. Aku tau, di sini bukan rumahku. Aku mencoba mengingat hal terakhir yang aku lakukan sebelum ini. Ketika mataku membuka, orang pertama yang kulihat adalah orang yang membawaku ke titik rasa lelahku. Ya! Dirga.
"Ga.." Desahku. Pandanganku memang agak kabur. Tapi, aku tahu pasti, dia adalah Dirga.
"Kamu kenapa?" Tanyanya lirih. Ia mengusap rambutku perlahan.
"Aku,gak tahu."
"Kamu ngebuat aku khawatir,Mbak." Katanya. Aku mendesah lagi. Dia gak akan paham alasan yang membuatku saat ini terbaring lemah.
"Dega.." Ucapku lirih. Lidahku rasanya sudah lama sekali tidak mengucapkan panggilan sayangku ini kepadanya. Dan baru kali ini aku mengungkapkannya lagi. Rasanya masih ragu.
"Iya? Aku di sini,Mbak." Dia mendekat sambil menggenggam tanganku dan masih mengelus pelan rambutku.
"Kamu kemana aja? Aku kangen banget sama kamu." Aku mengungkapkan sedikit rasa rinduku padanya. Berharap dia akan mengerti bagaimana perasaanku selama ini saat dia tidak ada.
Dirga tersenyum lembut, "Kamu tahu,kan kalau aku berjuang demi sekolah? Dan kamu juga pasti sudah sangat mengerti bahwa aku sangat mengimpikan turnamen ini."
Hatiku sakit! pedih! Memang benar. Ia berkata benar tentang semua itu. Tapi, aku sedih mendengarnya. Aku menguatkan hatiku. Sabarlah,Key. Dirga gak akan kenapa-napa."Oh.." Jawabku singkat.
"Keyza?" Mama tiba-tiba datang dengan agak panik sekaligus kaget. Dirga spontan langsung melepaskan genggamannya padaku dan memilih mundur. Mempersilakan Mama untuk mendekat padaku.
"Mah, Keyza capek banget." Tuturku pada Mama yang saat itu sudah berada di samping ranjangku.
*
Dua hari berlalu serasa setahun. Bosan sekali rasanya hanya tidur di ranjang tanpa melakukan kegiatan apapun. Aku merasa benci sekali, kenapa aku sering sekali terbaring lemah tak berdaya. Membuatku tak mampu berkutik. Untung saja kali ini tidak terlalu lama. Tubuhku sudah kembali bugar dan Dirga sudah hampir-ya, taraf hampir- kembali seperti dirinya dulu. Dirinya yang selalu memperhatikanku, yang selalu mengerti aku, dan bahkan rela melakukan segalanya untukku. Siang nanti, sepulang sekolah, Dirga sudah berjanji padaku untuk menjemputku pulang dari rumah sakit. Aku senang sekali rasanya. Karena sudah lama sekali aku tidak jalan bersamanya.
Aku sudah duduk di sofa sembari memainkan handphoneku. Melihat-lihat fotoku bersama Dirga. Banyak sekali, sudah hampir tiga ratus! Aku tertawa sendiri melihatnya. Lucu! Ah, aku semakin tak sabar menunggu siang datang. Menunggu Dirga menjemputku dan mengantarkanku ke rumah.
YOU ARE READING
Dear Dega
Romance"Hal terbodoh yang pernah kulakukan, adalah ketika aku mengikuti nafsuku untuk meninggalkanmu. Padahal aku tahu bahwa perbuatan itu berdampak pada diriku sendiri. Dan akhirnya memang aku harus kecewa. Bahkan teramat rumit kujalani" ~Keyza Farahnia A...