Bab 9 "Sebuah Novel"

37 4 0
                                    

Dunia mungkin kini sepi. Aku juga harus berusaha sabar ketika kini aku semakin sering melihat Dirga dan Edelwaiss bersama. Posisiku dulu sebagai Edelwaiss tetapi kini aku kembali. Aku Keyza. Cewek biasa yang memiliki sejuta mimpi dan harapan. Cewek yang pernah merasa beruntung dan bahagia. Serta cewek yang selalu menghabiskan waktunya untuk melahap novel-novel karya J.K Rowling, Habiburrahman El Shirazy, Ilana Tan, Tere Liye,Stephenie Meyer dan sederet nama lain yang tak bisa kusebutkan satu persatu. Ah,sudahlah,Key! Move on! Aku terkadang sampai jengkel sendiri, mengapa aku masih merasa seperti aku semakin menyayangi Dirga? Sudah sebulan sejak aku putus, aku masih saja sering merasakan rindu pada sosok Dirga. Dan bagian yang paling menyakitkan diantara lainnya, aku masih sering melakukan rutinitas kami yang dulu sering dilakukan berdua. Seperti saat ini, mengunjungi kafe langganan kami.

Aku bersender pada tempat duduk yang paling pojok dekat jendela di sebuah kafe kenanganku sambil menikmati pemandangan kota dari jendela di sebelahku. Dapat terlihat dengan jelas deretan mobil dan motor saling berdesakan mencari jalan. Aku tersenyum. Rutinitas malam minggu bersama Dirga, kini kulalui sendirian. Cappucino float beserta roti bakar berisi pisang coklat kini kunikmati sendiri. Dan pemandangan itu, kini kulihat sendiri.

Ah, dunia semakin sepi saja, hingga aku merasa sendiri. Aku melihat jam tangan mungilku yang bertengger di pergelangan tangan kiriku. Tertera tulisan '19.30'. aku segera menghabiskan makananku dan membayarnya kemudian berjalan menuju toko buku yang berada di seberang kafe. Toko buku terbesar di kota ini. Dan lagi-lagi, aku mencari buku sendirian! Oh,Tuhan! Kini, aku benar-benar menjalan segalanya sendirian. Sepi. Dan jujur saja, kalau bisa kuputar waktu, aku ingin menikmati tiap detik kebersamaanku dulu bersama Dirga. Aku ingin mengukir tiap indahnya dalam benakku, dan buku diary itu. Aku ingin memotret tiap kebahagiaan kami dan akan kubuat sebuah album foto buatanku sendiri. Tapi.. Ah, sudahlah, itu hanya khayalanku yang, yah, mana mungkin terjadi.

*

Aku menyusuri deretan buku di rak yang berjejer rapi. Agama, Bahasa, Psikologi, Fiksi dan lain sebagainya. Langkahku terhenti pada rak bertuliskan 'Fiksi'. Dengan lihai, kumainkan jemari tangan ini untuk memilih buku. Langkahku terhenti pada sebuah buku yang sepertinya tinggal satu berjudul 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin'. Judul yang sangat menarik minatku. Tanganku hendak mengambilnya, tetapi tangan orang lain ternyata juga hendak mengambilnya. Dan tangan kami bersamaan menyentuh buku itu.

Aku menoleh, mendapati seorang cowok bermata belak, berlesung pipi, berpostur tubuh sangat tinggi, dalam taksiranku yah,sekitar seratus delapan puluh centimeter, dan gagah serta berambut lebat yang ia naikkan ke atas itu tersenyum ke arahku.

"Kamu mau? Buat kamu aja. Lagipula aku cuma lihat-lihat." Ujarnya ramah.

"Eh,maaf. Ya, tapi kalo kamu emang mau, ambil aja. Aku kesini mau cari buku latihan. Jadi, ini buat kamu." Aku tersenyum kemudian menunduk. Dan tanpa berkata lagi, aku pergi dari hadapannya. Aku melangkah ke rak tempat buku latihan pelajaran berada. Tanpa banyak memilih, aku segera menyambar buku latihan soal Biologi untuk kelas dua SMA.

Setelah membayar buku, aku segera naik ke lantai dua karena aku hendak membelikan kado ulang tahun untuk adik sepupuku. Di lantai dua ini, terdapat perlengkapan sekolah seperti pulpen, pensil,tas,buku tulis, tempat pensil, kaos kaki, sepatu dan lain sebagainya. Dan aku berencana untuk membelikan sebuah sepatu sekolah untuk adik sepupuku.

*

Tepat ketika jam menunjukkan pukul setengah sembilan, aku telah mendapatkan sepasang sepatu sekolah untuk adikku. Sebelum menuju ke kasir, aku memilih berdiri sejenak di pinggir jendela. Menatapi langit yang sudah mulai mendung, orang-orang yang mulai mencari payung dan jas hujannya, gemuruh suara petir yang mulai menyambar. Aku tersenyum sedikit dan memiringkan kepalaku begitu mataku menangkap sosok kakek nenek di pinggir jalan yang sepertinya sedang menunggu taksi lewat. Si kakek memegang payung sambil memeluk si nenek yang membawa belanjaan. Setelah itu si nenek memakaikan topi kepada si kakek. Pemandangan yang bagiku sangat luar biasa. Dan ini adalah salah satu impianku ; menikmati sisa hidupku dengan orang yang kusayang. Aku melirik jam tanganku lagi begitu di luar gerimis mulai berubah menjadi hujan. Sudah pukul setengah sembilan, itu tandanya aku harus segera pulang ke rumah. Aku terpaksa mengurungkan niat untuk menikmati hujan lewat lantai atas toko buku ini.

"Mbak!" Ujar seseorang yang membuatku berbalik.

"Eh,iya?" Tanyaku bingung dengan dahi yang mengernyit begitu melihat bahwa salah satu pegawai toko buku itu yang telah memanggilku. Ia kemudian menyerahkan padaku sebuah kantong plastik putih kecil bercap nama toko buku. Aku tambah mengernyitkan dahi. Perasaan tidak ada barangku yang ketinggalan,deh..

"Ini bukan punya saya,Mbak." Kataku seketika dengan menyerahkan kembali kantong plastik berisi sebuah buku itu.

"Ini,saya tadi disuruh seseorang buat ngasih ke Mbak. Dari cowok, gak tau saya. Pokoknya saya Cuma disuruh ngasih ini ke mbak. Yasudah mbak,saya kembali bekerja dulu,ya. Permisi." Pegawai toko itu langsung pergi meninggalkanku dalam kebingungan. Aku segera membuka kantong plastik berisi buku itu. sebuah novel yang tadi ingin kubeli tapi tidak jadi. Ah! Aku ingat sesuatu tentang buku itu! Iya, cowok tinggi bermata belak tadi pasti yang memberikan ini. Aku mengambil buku itu dan menemukan sebuah surat yang tertempel di sana.

'Aku tahu,kok kamu pengen punya buku ini. Jangan bohong lagi,ya. B"

Mulutku sontak menganga lebar saking shocknya. Ya, tidak salah lagi, ini pasti dari cowok bermata belak itu. Aku tersenyum sedikit sambil mengusap buku itu dan berkata dalam hati, "Terima kasih,B."

*

Aku duduk di kasur sambil menyenderkan kepalaku. Di meja samping ranjangku , telah kusiapkan secangkir coklat panas. Baru saja aku kehujanan karena terlalu lama mencari taksi. Walhasil saat pulang diriku basah kuyup.

Di tanganku sudah ada novel itu. novel yang membuatku sangat tertarik karena judulnya yang menyayat, novel yang diberikan oleh cowok bermata belak, yang sebelumnya kuperebutkan dengannya.

Aku membuka lembaran novel itu, dan mulai membacanya. Setelah itu aku sampai tersneyum sendiri karena larut dalam cerita. Sejenak,aku melupakan sosok Dirga yang selalu membayangiku dimana pun kapan pun itu. ya, terlupakan untuk sejenak.

*

maafkan daku yang updatenya lama :D

Zavia

Dear DegaWhere stories live. Discover now