Ini hari minggu!
Tepat sebulan setengah aku putus dengan Dirga. Pikiranku suntuk, entahlah! Nama Dirga kembali membayangiku dan selalu terngiang di telingaku. Hampir saja aku membanting jam weker yang membangunkanku. Dengan kesal, aku berdiri dan berjalan ke arah meja belajar. Kulihat jadwal hari ini. Dimulai pukul sembilan les musik, pukul sebelas pergi ke rumah Lina, pukul dua ke rumah Eyang, pukul lima les balet, pukul tujuh les pelajaran. Astaga! Kenapa hari ini padat sekali? Tapi, tidak apa-apa. Aku yang memilih untuk memulai ikut les musik dan balet. Entah mengapa aku tertarik mengikutinya. Kupikir kegiatanku yang padat bisa sedikit membantuku untuk move on dari Dirga. Sebenarnya, sudah lama aku menginginkan semua les ini,tetapi ya..mungkin dulu aku terlalu sibuk dengan Dirga. Kali ini jam sudah menunjukkan pukul delapan. Aku bergegas mandi dan bersiap untuk memulai kegiatan hari ini,*
Aku bergetar, seluruh tubuhku benar-benar bergetar ketika memasuki tempat itu. tempat les musik yang terdiri dari tiga lantai dan bangunannya begitu megah. Ketika aku masuk, tempatnya nampak sepi. Mungkin, anak-anak kelas pemula lebih sedikit dari yang kelas mahir, karena untuk yang kelas mahir tingkat satu,dua atau tiga berangkat setelah kelas pemula selesai berlatih.
"Selamat datang. Adik yang daftar kemarin,ya? Silakan ini diisi dulu daftar hadirnya." Sambut perempuan berambut sebahu dan ramah yang ada di bagian administrasi. Aku mengangguk dan segera membubuhkan tanda tanganku di buku daftar hadir itu.
"Dik Keyza,ya. Untuk yang drum ruangannya di lantai dua. Nanti pukul sepuluh baru pindah ke kelas gitar di ujung sana. ini jadwalnya, tolong nanti pembimbingnya diminta tanda tangan di sini. Selamat belajar." Ucapnya sangat lembut sambil menunjukkan letak-letak ruangan dan menyerahkan sebuah kertas jadwalku.
"Makasih,Mbak." Ujarku sambil menyunggingkan sedikit senyum. Aku langsung menaiki tangga untuk menuju ruangan drum. Oh,ya, di sini aku mengambil dua alat musik untuk dipelajari, yaitu drum dan gitar. Sepertinya asyik, makanya aku bersemangat sekali di sini.
*
Sejenak aku tercenung menatapi ruangan drum yang sangat indah dan bernilai seni tinggi ini. Terdapat sepuluh drum di sini. Dindingnya dihiasi oleh warna biru yang diberi sentuhan seni sehingga terlihat seolah seperti lukisan abstrak. Lantainya dilapisi karpet tebal berwarna putih. Di bagian belakang ruangan terdapat berbagai penghargaan dari siswa yang ada di sini, tentunya penghargaan tentang drum dan juga ada artikel mengenai drum. Aku segera menduduki satu tempat yang tersisa untukku, sambil terus mengagumi ruangan ini.
"Pagi guys!" Ujar seseorang yang baru saja masuk. Saking terkagum-kagumnya aku dengan ruangan ini, aku sampai tidak sadar bahwa ada seseorang yang masuk, guru drumku tentu saja. Ia seorang cowok, bermata belak, berambut lebat yang diangkat ke atas alias jegrak , tinggi, hitam manis dan sangat gagah. Aku menyipit dan mengucak mataku perlahan. Astaga, diaa cowok itu! Cowok di toko buku itu! aku menganga! Saking kagetnya aku berkali-kali mencubit lenganku untuk memastikan bahwa aku tidak bermimpi. Dan aw, terasa sakit. ini berarti bahwa aku benar-benar tidak sedang bermimpi. Ini nyata! Dan dia berdiri di depan sekarang, sebagai coachku!
"Mungkin yang baru masuk belum kenal saya. Nama saya Bima Surya Nugraha. Panggil saja saya Bima atau Kak Bima atau coach Bima. Saya SMA kelas dua."
Deg! Aku menelan ludah susah payah.
Mata belaknya menatap ke arahku. Aku tertunduk kemudian dengan pipi yang agak memanas.
"Oke,kita mulai,ya. Saya akan beri contoh dulu untuk yang akan kita pelajari hari ini." Bima kemudian duduk ke singgasananya, mempraktikkan keahliannya dalam bermain drum. Mungkin lebih tepatnya memberi contoh pada kami tentang pelajaran hari ini. Setelah selesai, refleks semua nya bertepuk tangan. Dan pelajaran pun berlanjut. Ia menyuruh kami dengan perlahan mempraktikkan apa yang sudah dicontohkannya tadi.
YOU ARE READING
Dear Dega
Romance"Hal terbodoh yang pernah kulakukan, adalah ketika aku mengikuti nafsuku untuk meninggalkanmu. Padahal aku tahu bahwa perbuatan itu berdampak pada diriku sendiri. Dan akhirnya memang aku harus kecewa. Bahkan teramat rumit kujalani" ~Keyza Farahnia A...