PART 17

330 22 7
                                    

Saat ini Icca sedang siaran radio, dan ia sedang ditemani Dara, karena hari ini Dara menjadi narasumber karena Dara pernah tinggal di Korea, karena staasiun radio tempat Icca bekerja memuat tema korean wave bulan ini. Icca secara khusus meminta adik dari kekasihnya itu untuk jadi pembicara diacara radionya.

"Kak... seru ya ternyata jadi penyiar, kita seru sendiri di studio, kira-kira pendengar dirumah suka gak ya sama perbincangan kita tadi" ocehnya tak henti sambil terus menggandeng tangan Icca.

Saat berada dilobby mereka kaget bertemu dengan Essa yang sama herannya karena melihat Dara berada di Radio bersama Icca.

"Heii, cca. Ko ni bocah ada disini?"

"Oh... Dara, dia jadi narasumber. Ko tumben lu kesini gak ngabarin dulu sih?"

"Tadinya gua mau kasih kejutan, eh taunya gua yang terkejut" ucap Essa sarkastis.

Tanpa diadari Dara sudah bergeser ke sebelah Essa kemudin Dara mulai melingkarkan tangannya dipinggang Essa dan sontak membuat Essa menjerit dan membuat Icca ikut kaget.

"Huaaaaa...." teriak Essa

"Apa sih, ssa. Ngagetin tau. Liat tuh diliatin orang-orang. Malu tau".

"Gimana gua gak teriak, ni liat aja cunguk satu tiba-tiba meluk gua".

Ucapan Essa membuat Icca mengarahkan pandangannya ke arah Dara yang masih betah melingkarkan tangannya dipinggang Essa.

"Dara?... Essa?..."
"Kalian?"

"No" secepat kilat Essa membantah pertanyaan Icca yang belum selesai ia utarakan.

"Kalian udah kenal?" Icca menambahkan.

"Iya, kak. Aku pacarnya oppa Mahessa, iya kan say".

"Idih pede gila ni bocah, enggak cca. Ini salah paham"

Icca hanya terdiam bingung melihat situasi ini.

***

Setibanya dirumah Icca langsung masuk kamar meninggalkan Essa yang masih memarkirkan motornya. Dara sudah pulang karena membawa mobil sendiri, sedangkan Essa dan Icca membawa motor masing-masing.

Essa langsung masuk ke kamar Icca.

"Cca... lu harus percaya sama gua. Tadi itu salah paham. Jangan bete lagi ya..."

"Idih, bete kenapa gua? Enggak ko. Gua cuma heran aja. Lu kenal dimana sama Dara? Kan tu anak baru balik dari Korea"

"Doi temennya Bella. Mereka masuk kampus yang sama"

"Terus sejak kapan lu pacaran sama Dara? Ko gua gak tau?" Ada sedikit rasa sesak saat Icca menanyakan perihal hubungan Essa dan Dara. Namun entah apa.

"Sumpah demi apapun, gua kagak pacaran sama tu bocah. Sejak kapan gua demen sama abg sih, cca?"
"Kan lu tau, gua sayangnya sama lu"

Entah mengapa saat Essa mengatakan bahwa yang Essa sayang adalah Icca, membuat Icca tersenyum dan bersorak dalam hati.

"Ya kalo beneran jadian juga gapapa kali, sapa tahu jodoh, Ssa"

Dan ucapan Icca sukses membuat hati Essa mencelos. Essa kira Icca akan cemburu namun ternyata pikiran Essa salah.

***

"Sayang... satu jam lagi aku jemput ya. Aku sama Dara, gapapa kan?"

"Ya gapapa dong, sayang. Hari ini kita ke caffe biasa ya. Essa mulai jadi home band lagi mulai hari ini."

"Siap tuan puteri, see you"

Setelah menutup sambungan telepon Icca bergegas mandi dan bersiap diri sebelum Rio datang menjemput.

***

Setelah mandi dan sedikit touch up kemudian Icca mulai memilih baju yang akan ia kenakan.

"Pake yang pink ini pasti gua keliatan imut deh, Rio suka kalo gua pake dress selutut"
"Ah gak jadi deh, entar diledekin Essa, pake ripped jeans sama tshirt polos trus nanti pake jaket jeans aja deh, tapi entar malah saltum gua disebelah Rio. Secara Rio kan dandy banget."
"Ahhh gak tau ah pusing gua"

Icca bebicara pada dirinya sendiri dan hampir setengah jam dia berganti-ganti pakaian.

Akhirnya Icca mengenakan dress pink selututnya serta memakai jaket jeans dan tak lupa memakai sepatu convers abu nya. Rambut currly-nya sengaja ia geraikan"

Setelah hampir satu jam berkutat dikamar Icca keluar dari kamarnya dan menghampiri kakeknya.

"Kek, tehnya udah diminum belum?"

"Eh cantiknya kakek mau kemana nih? Tumben wangi banget"

"Ih kakek mah ngeledekin aja, emangnya Icca biasanya bau apa..."

Kakek dan icca terkekeh bersama, namun tiba-tiba kakek terbatuk terus-menerus.

Melihat kondisi kakeknya membuat Icca cemas kemudian berlari ke dapur mengambil Ir minum.

"Kakek mau minum obat batuk?"

"Gak usah, Cantik. Kakek gak kenapa-kenapa kok. Jangan khawatir ya"

"Icca gak jadi pergi aja deh mau jagain kakek aja"

"Loh ko gitu?, kakek gak apa-apa ko, sayang"
"Tuh udah minum juga batuknga ilang kan"
"Anak muda harus nikmatin malam minggunya, bukannya jagain aki-aki kaya kakek." kakek tertawa dengan tawa khasnya membuat Icca mau tak mau ikut tertawa.

"Tap janji ya kakek istirahat aja, jangan macem-macem segala rapiin dapur"

Disaat bersamaan Rio mengetuk pintu yang sudah terbuka sedarj tadi.

"Sore, kek. Rio minta ijin buat ajak Icca makan diluar"

"Iya, nak Rio. Kakek titip Nissa ya. Jaga baik-baik cucu kakek yang satu ini. Lindungin Nissa yaa nak Rio"

"Kakek apaan sih ko ngomongnya gitu, Icca cuma leluar sebentar ko. Jangan kaya gitu ah serem"

"Iya kek, Rio pasti jagain Nissa dengan baik. Rio janji"

setelah itu Icca dan Rio pamitan dan segera masuk mobil, didalam mobil sudah ada Dara yang menunggu sedari tadi.

Sepanjang perjalanan Icca nampak gelisah, kegelisahannya dapat diliahat oleh Dara.

"Kak Icca kenapa? Keliatan cemas banget?!"

"Gak kenapa-kenapa ko, Dara"

"Kalo ada apa-apa cerita aja sama Dara ya, Dara siap jadi pendengar yang baik."

"Iya Dara sayang, makasih ya"

"Iya sayang kamu keliatan pucet gitu, mau ke dokter?"

"I'm okay, hunny. Don't worry bout me, i'm just little  bit nervous anyway"

"Iya, hunny".

***

Setibanya di caffe betapa kagetnya mereka karena hampir semua meja sudsh terisi penuh. Untung saja Nissa sudah langganan sehingga saat pelayannya melihat Icca mereka langsung mencarikan tempat duduk yang cocok.

Saat mereka mulai memesan makanan tak lama Essa mulai menaiki panggung kecil tempat live music berlangsung.

Essa membuka pertunjukan dengan menyapa para pengunjung caffe sambil menyapukan pandangannya mencari posisi Icca, karena Essa tahu Icca tidak akan melewatkan pertunjukannya.

Namun saat Essa mulai memainkan gitar akustiknya Dara naik ke panggung dan mulai berbisik ke Essa.

Icca yang menyadari Dara tak ada ditempatnya otomatis mengedarkan pandangannya mencari Dara. Betapa kagetnya Icca saat melihat Dara sedang berbisik kepada Essa dan melihat mereka tertawa bersama.

Icca merasakan adanya sesuatu seperti membakar kerongkongannya saat melihat adegan Dara-Essa. Sudah habis satu gelas air mineral Icca teguk namun sepertinya tenggorokannya tidak tersedak namun ada bagian lain dari dirinya yang berdenyut nyeri. Namun Icca tak tahu perasaan apa sebenarnya yang ia rasakan.

Riyu16

Happy reading, guys  ♥♥♥

My Secret Admirer Is My Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang