"Nissa awas....", dengan cepat Rio mendorong Icca agar menghindari hantaman mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut. Lalu kejadian tersebut terjadi begitu cepat.
Seperti adegan sebuah film yang diberi efek slow motion Icca bingung dengan apa yang terjadi. Icca mencari Rio kesegala arah. Benar saja Rio tengah tergeletak di tengah jalan kompleks rumah Icca, dan kejadian tadi adalah sebuah tabrakan. Icca segera menghampiri Rio, betapa kagetnya Icca melihat Rio bersimbah darah.
Diraihnya Rio kedalam pangkuannya.
"Yoo... Rio... bangun Rio, ini aku. Plis jangan bikin aku takut yo"
"Tolong...tolong... siapapun tolong panggilkan ambulan"Icca berteriak histeris dan terus menyeka darah dari pelipis Rio, namun tanpa Icca sadari darah lebih banyak telah keluar dari kepala Rio merembes kepakaian Icca, Icca semakin histeris dan menangis memeluk Rio.
Kemudian Nindy muncul entah darimana, Icca kira Nindi akan membantu namun mimik muka Nindy bukan semacam gambarran bahwa dia merasa iba, namun sejenis tatapan jijik.
"Dasar perempuan sialan. Kenapa sih lu selalu di kelilingi sama orang-orang yang ngelindungin lu?"
"Maksud kamu apa sih, Nin?"
"Gua mau lu matiiiiiii"
Nindy menjerit frustasi."Nin, terserah kamu mau benci sama aku segimana pun tapi saat ini bukan saat yang tepat buat kita meributkan semuanya. Rio lagi sekarat"
"Emang gua peduli? Lu kira siapa yang nabrak dia? Gua. Gua mau bunuh lu, tapi ada kunyuk satu ini yang sok jadi pahlawan kesiangan"
"Cihhh" lantas Nindy menjambak rambut Icca, namun di waktu yang tepat Essa datang lalu menahan tindakan Nindy."Nin, lu udah kelewatan gila."
"Gua salah masukin lu ke penjara. Lu harusnya masuk rumah sakit jiwa. Lu saiko. Sakit lu..." lantas Essa memiting Nindy menahan amukannya.
Tak lama mobil polisi dan ambulan tiba bersamaan.Didalam ambulan Rio tersadar, membuat Icca sedikit merasa lega. Icca menggenggam tangan Rio, mencoba menguatkan Rio.
"Tenang, yo. Gak lama lagi kita nyampe rumah sakit. Tahan sebentar lagi yaa, sayang"
"Sayang?" Panggilan sayang Icca membuat Rio berbunga di tengah kondisi seperti ini. Lalu Rio mengusap pipi Icca dengan sendu dan penuh kasih sayang.
"Nissa... kamu tahu saat ini bahagia? Aku bahagia akhirnya aku bisa berguna, aku bisa melindungi kamu, namun maaf jika nanti aku tak bisa menepati janjiku kepada kakek untuk menjaga kamu. Aku tahu kamu dan Mahessa saling mencintai. Aku merelakan kamu bersama Essa"
"Mario, kamu gak usah ngomong yang gak penting saat kaya gini. Sebentar lagi kita tiba di rumah sakit"
"Tapi waktu aku gak banyak tersisa"
"Bodoh, kenapa sih kamu ngoceh kaya gitu. Aku gak mau denger"
"Icca aku mohon dengerin aku sekali ini lagi" Rio terus bersikeras kendati dirinya terus mengaduh di tengah ucapannya.
Tak lama ambulan tiba dirumah sakit, lalu Rio segera mendapat penanganan dari pihak rumah sakit.
Tak lama keluarga Rio hadir dan menghampiri Icca.
Mommy Rio memeluk Icca lalu menangis pilu."Mario... anakku..." begitu rintihnya.
Daddy Rio hanya tertunduk gelisah sembari terus menelepon seseorang.
Adik tertua Rio pun hadir bersama suaminya dan terus menanti di depan ruang operasi.
Lampu tanda operasi sedang berjalan telah padam, tak lama kemudian keluar dokter yang menangani operasi Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Admirer Is My Best Friend
ChickLitkisah cinta yang terpendam seorang sahabat yang entah kapan diutarakan hanya karna terlalu takut kehilangan.