PART 8

486 33 7
                                    

Setelah berjam-jam mengitari jogging track, aku dan rio kembali menuju rumah. Diperjalanan pulang kami mampir disebuah kedai untuk sarapan. Aku tak menyangka bahwa seorang Rio mau makan di tempat seperti ini, sangat tidak bisa ditebak.

Saat perjalanan pulang tiba-tiba Rio menggenggam tanganku dan mulai berkata,

"Nissa, kamu tahu gak kalo setiap aku memandang kamu aku selalu merasa nyaman. "

"Dan apakah kamu tahu kalau semenjak pertemuan kita pertama kali, kamu sudah mencuri perhatian aku ?"

"Apakah kamu tahu bahwa aku, saat ini sangat ingin selalu membuat kamu tersenyum ?"

Bisa ditebak apa yang terjadi pada Nissa ? Yups, dia membeku... kaget dengan kalimat Yang baru saja di dengar nya..

Rio berhasil membuat Nissa melayang ke langit ke tujuh. Dan Nissa masih kehilangan kata-kata.

"Rio, demi tuhan aku tak pernah berani memimpikan bahwa seorang CEO seperti kamu akan menyatakan perasaannya langsung padaku. jujur aku sangat tersanjung dengan semua yang telah kamu berikan, aku tak pernah berani mengharapkan kamu akan memintaku menjadi kekasihku. Tapi sepertinya perasaanku tak bertepuk sebelah tangan. Kini aku tahu kemana harus aku bawa perasaanku ini".

Sambil terus menunduk setelah dengan lantang mengungkapkan isi hati Nissa sebenarnya kemudian Rio menarik Nissa kedalam pelukannya.

"Apa berarti jawabannya iya?"
"Apa kau pun menyambut cintaku, Nissa ?"

Walau masih dalam pelukan, tapi Rio dapat merasakan bahwa Nissa mengangguk, membenarkan pertanyaan Rio.

***

Sudah sebulan lebih semenjak Rio dan Nissa saling menyatakan perasaan satu sama lain, dan selama itu juga kedekatan mereka berdua semakin bertambah, tanpa nissa sadari ada seseorang yang mulai terlupakan dan terabaikan olehnya.

Jangan salahkan Nissa jika ia tak bertemu Essa selama itu, sebab pria yang selalu membawa gitar kemanapun ia berada itu tak pernah menampakan batang hidungnya, ditelepon pun tak pernah di angkat, akun sosmed nya pun tak ada aktifitas apapun, bahkan disaat Nissa dengan sengaja mendatangi rumahnya hasilnya pun tetap sama, nihil bagaikan tak berpenghuni.

Sempat Nissa berfikir bahwa mereka semua telah pindah dan meninggalkan kota ini, tapi dari pengamatan Nissa tidak begitu, mobil ayahnya Essa masih terparkir didepan garasi mereka, lantas kemana keluarga Essa ?

***

Hari ini malam minggu, seperti anak muda lainnya yang sedang kasmaran Nissa dan Rio pun tak ingin melewatkan moment ini. Seperti malam-malam sebelumnya mereka selalu makan keluar, menikmati kuliner terbaik disebuah resto atau hanya sekedar nonton film disebuah bioskop .

Tapi malam ini Nissa berniat mengajak Rio ke tempat biasa ia dan Essa menghabiskan waktu, sebuah cafe bertema retro yang menyajikan live music setiap malamnya, sambil berharap nissa dapat bertemu dengan essa karna pria itu sering menjadi home band di cafe tersebut.

"Aku biasa makan disini sama Essa, sambil nonton Essa perfome." Seru Nissa membuka pembicaraan.

"Oh iya, sayang. Tempatnya asik. Essa pemain band yaa ? Malam ini dia tampil ?" Tanya Rio sambil menarik sebuah kursi untuk Nissa.

"Makasih, sayang"
"Enggak, Essa udah sebulan ngilang. Entahlah dia kemana, yang pasti sudah berbagai cara aku mencari informasi tentang keberadaannya tapi nihil." Sambung nissa sambil melambaikan tangan pada seorang waitter yang sudah hafal betul pada nissa.

"Mbak, aku seperti biasa yaa.. "
"Oh iya, sayang kamu pesan apa?" Tanya Nissa pada Rio

"Aku samakan saja denganmu" sambil menggenggam tanggan Nissa yang berada diatas meja.

"Berarti chiken steaknya dua, saladnya dua dan lemonadenya juga dua yaa mbak" sambung Nissa pada waitter itu.

"Sayang, bagaimana hasil wawancara dari pihak majalah fashion itu ?"

"Oh, katanya mereka akan mempertimbangkan dulu hasil foto yang aku kirim, menurut mereka foto aku unik tapi entahlah sepertinya banyak yang harus dibenahi."jelas Nissa pada Rio yang dibalas dengan anggukan.

Dan mereka pun melewatkan malam ini dengan santai dan romantis diiringi live music bertemakan cinta .

***

Tokk... tokk... tokk...

"Nissa..."
"Bangun, nak."

Suara kakek berhasil menyadarkanku dari mimpi panjangku.

"Iya, kek. Nissa sudah bangun." Padahal Nissa masih bergelung dalam selimut tebalnya dengan nyaman.

"Ini loh, ada adiknya Essa nyariin kamu. Cepet temui dia, dia ada didepan" sontak aku terbangun dari posisiku setelah mendengar nama Essa disebutkan oleh kakek. Tanpa waktu lama aku mengikat asal rambutku dan segera berlari keruang depan.

Benar saja, disana adik Essa sedang duduk cemas memainkan jarinya.

Akupun langsung mendekati adik dari sahabatku itu.

"Heii, kemana saja kamu? Mana kakakmu? Kak Nissa berkali-kali mencari kakakmu tapi tak ada kabar, apa dia sudah jadi artis dan tour konser bersama bandnya?" Tanpa sadar setetes airmata berhasil lolos dari mata Nissa. Tanpa sadar Nissa berlutut agar dapat mensejajarkan pandangan dengan gadis berusia 16 tahun itu.

Namun tanpa diduga gadis yang bernama Bella itu malah menangis tersedu saat menatap wajah Nissa, tanpa perlawanan Nissa memeluk Bella yang kini lepas kendali karna tak mampu menahan emosi dihatinya.

"Bella cerita sama kak Nissa, ada apa sebenarnya ?" Nissa menunggu jawaban Bella dengan sabar.

"Kak Essa ..."
"Kak Essa..." berkali Bella mencoba menyelesaikan kalimatnya namun ia hanya bisa kembali menangis.

"Bella cerita pelan-pelan yaa, kak Nissa disini ko, dengerin Bella dengan sabar" jelas Nissa pada Bella.

"Kak Mahessa koma, kak"
"Udah sebulan lebih dia gak bangun" kemudian Bella kembali menenggelamkan wajahnya pada pelukanku.

Bagai tersambar petir disiang bolong, konsentrasiku buyar seketika, kini aku bagai anak paud yang sedang belajar baca mencoba mengulang-ulang kalimat yang baru saja Bella sampaikan. Saat aku mulai memahami setiap katanya aku hanya bisa terduduk lemah menatap Bella tak percaya, kembali setetes air mata lolos dari mata nissa.
Aku merutuki dirinya sendiri, sahabat macam apa dirinya disaat sahabatnya koma tapi nissa tak mengetahuinya. Sahabat macam apa dirinya disaat essa membutuhkannya nissa malah tak tahu keberadaannya. Padahal essa selalu ada untuk nissa dalam keadaan apapun.

***

Kini nissa sudah berada diruang ICU tempat essa dirawat.

Melihat sahabatnya yang biasa selalu menjahilinya, yang selalu tidak bisa diam saat mereka bersama kini hanya terbujur kaku dengan banyak selang yang entah apa fungsinya, serta oksigen yang menutupi wajah nya yang manis jika tersenyum saat melihat nissa merajuk.

Dengan perih nissa memanggil essa yang tak juga dijawab oleh sahabatnya itu.

"Heii bodoh, tidur mulu lo. Bangun, katanya mau nemenin gua klo hunting foto." Tertahan dengan ucapannya sendiri, nissa tak sanggup menahan tangis yang sedari tadi sudah meluap untuk kesekian kalinya.

Disana ada ibu dan ayah mahessa, yang ikut menangis melihat kejadian itu. Nissa merangsek jatuh, tak kuasa menahan emosi didalam dadanya. Kini tak ada pundak essa yang biasa nissa gunakan untuk menangis, nissa menyadari disaat nissa dalam titik tersulit selalu ada essa yang menemani, tapi kini essa bahkan tak bisa membalas sapaannya sa ma sekali...
-------***-------

Haluu ...

Udah lama bgt yaa dari terakhir update, aku masih diluar kota nih lagi dines tugas ngajar di bumi kartini. (Bukan, aku bukan guru) cuma karyawan biasa yang dapet tugas ngajarin karyawan baru buat kantor cabang (si author malah curhat )... hhee

Moga part ini bisa muasin pembaca yaa...

Typo bertebaran mohon dimaafkan...

Jgn lupa vommentnya yaa...

Enjoy reading guys...

My Secret Admirer Is My Best Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang