Chapter 3

32.6K 809 17
                                    

--Author POV--

"Mau pulang bareng ga?" tawar Lio yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Lia.

"Engga ah, Yo. Gue pulangnya bareng Rama. Udah janjian tadi," balas Lia sekenanya, tanpa menoleh sedikit pun pada Lio dan masih terus mamandang Rama yang tengah latihan basket di lapangan.

Lio bingung dengan sikap cuek Lia. Berpikiran karena mungkin Lia belum memaafkan kesalahan Lio yang tadi pagi, meskipun Lio sudah meminta maaf berulang kali.

Lio yang kehabisan akal langsung memeluk tubuh Lia dari samping, hingga hampir membuat Lia terjatuh dari kursi apabila Lio tidak merengkuhnya erat.

Lia yang kaget otomatis memeluk Lio. "Lio apaan sih?!" seru Lia di dalam pelukan Lio sembari berusaha menenangkan diri akibat ulah adiknya itu.

"Hehehe. Sorry Dellia. Abisnya, kamu cuekin aku terus dari pagi. Padahal aku udah minta maaf, dan yang bahkan menurut aku, aku ga salah. Lagipula memangnya bisa, orang yang lagi nyetir diminta ngebagi fokus untuk diajak bicara?" jelas Lio dengan halus dan berhasil membuat Lia yang masih berada di pelukannya itu berpikir sejenak. Begitu Lia mencerna apa yang adiknya itu katakan, rasa bersalah tak dapat dipungkiri lagi bagi Lia. Karena dia sadar, di sini yang salah ialah dirinya karena terlalu bersifat egois.

Lia pun semakin mempererat pelukannya terhadap Lio. "Hiks, hiks. Ha-harusnya ... bukan lo yang minta ... maaf ke gue, Yoo ... hiks!" gagap Lia di sela isak tangisnya yang tiba-tiba dalam pelukan Lio.

Sedangkan Lio yang baru menyadari bahwa Lia tengah menangis, secara spontan sedikit mendorong tubuh Lia agar ia dapat melihat wajah Lia yang telah banjir air mata.

"Haduh ... cup ... cup ... kok malah nangis?! Kan gue yang salah, jadi lo ga usah nyesel gitu," bujuk Lio untuk menghentikan tangis kakak cengengnya tersebut.

"Gue emang bego, Yo ... hiks ... gue ga bisa ngertiin looo!! Huwaaa!!" ujar Lia sembari memukul-mukul dada Lio, dan seketika membuat Lio tertawa geli di dalam hati.

"Drama banget. Pake 'Ga bisa ngertiin,' segala. Emang pacar?" canda Lio yang membuat Lia tersenyum sesaat, namun kembali menangis lagi.

Lio yang bingung karena tidak berhasil menghentikan tangis kakaknya itupun semakin panik. "Ciah ... makin kejer gini nangisnya. Ga malu apa sama tuh anak-anak yang lewat? Atau sama anak-anak basket? Lo dilihatin tuh." Tapi bukannya berhenti, Lia justru menjadi-jadi. Inilah yang Lio takutkan. Ia takut kalau sampai disangka telah berbuat macam-macam--seperti menghamili Lia sehingga membuat Lia menangis seperti ini.

"Lia ... lo kenapa??" tanya Rama yang mendadak muncul, dengan nada khawatir sembari menatap curiga ke arah Lio.

Lio yang mendapat tatapan curiga dari Rama pun segera angkat bicara. "Tenang. Gue adeknya sendiri, jadi ga mungkin 'kan gue yang ngebuat Lia sampai nangis gini." Lio berharap Rama bisa mengerti. Padahal mah ....

Rama yang masih tidak percaya dengan perkataan Lio pun menatap Lia secara lembut. "Bener, Lia?"

"Lah ga percaya dia. Napa jadi rese gini nih orang," batin Lio. Sedangkan Lia yang masih berada di pelukan Lio hanya mengangguk pelan.

"Tuh 'kan! Gue bilang juga apa, lo lihat sendiri ini bukan salah gue. Udah sono, gue sama Lia mau balik dulu," usir Lio pada Rama sembari membantu Lia berdiri, karna gadis itu masih saja menangis dan memeluk Lio erat.

"Beneran ga apa, Lia?" tanya Rama sekali lagi, dan hanya mendapat anggukan lemah dari Lia sebelum gadis itu mengikuti Lio menuju parkiran siswa.

Di mobil Lia hanya diam, begitu juga Lio. Bahkan sampai tiba di rumah, Lia langsung keluar dari mobil tanpa menoleh ke arah Lio yang kembali menatapnya bingung.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang