Chapter 5

26.1K 720 40
                                    

-Author POV-

"Kurang ... satu minggu lagi Mama pulang." Lio bergumam kecil sembari menyilang tanggal di kalender dengan spidol merah.

"Lio cepet turun sarapan!!" Terdengar teriakan Lia membuat Lio buru-buru keluar kamar untuk menemui kakaknya itu di meja makan.

Terlihat Lia sudah duduk manis di depan meja makan. "Pagi Kak," sapa Lio kemudian mencium pipi kakaknya itu. Ya ... selama mama mereka pergi, Lia lah yang bertugas untuk menggantikan posisi mama mereka selama kurang lebih dua minggu ini. Termasuk pada kebiasaan Lio untuk sang mama seperti yang satu tadi.

Lio duduk tepat di sebelah kiri kakaknya itu. "Makan apa?" Tanya Lia.

"Roti aja. Perutku ga enak kalau dibuat makan nasi." Lio menjawab dengan memegangi perutnya.

Lia hanya menangguk dan mulai mengolesi roti dengan selai kacang.

Jika ada yang bertanya mengenai rutinitas mereka selama sang mama pergi keluar negeri, maka jawabannya:

Minggu pertama mereka habiskan dengan masa pengasingan (tepatnya Lio),

Minggu kedua mereka habiskan dengan rasa canggung,

Sedangkan minggu ketiga mereka habiskan dengan kemah di sekolah.

Jadi bisa dibilang ini adalah minggu terakhir yang mereka janjikan untuk menjalaninya secara santai, meskipun Lio masih saja menggunakan bahasa yang kadang formal dan kadang santuy.

"Nih rotinya." Lia meletakkan dua lembar roti ke piring adiknya tersebut.

Lio mengucapkan terima kasih, dan mulai memakan roti buatan kakaknya itu dalam diam. Sarapan pagi ini terasa sepi, lantaran tidak ada yang berniat memulai pembicaraan hingga mereka berangkat sekolah.

*******

"Sampai, Kak," ucap Lio membuyarkan lamunan Lia sedari mereka memulai perjalanan ke sekolah.

"Ok, duluan ya, Yo!" Lia menyerahkan helm yang ia pakai tadi. Namun belum sempat ia berjalan meninggalkan Lio, tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya. Lio.

"Iya?" Heran Lia.

Lio mengeluarkan puppy eyes-nya. Lia menaikkan sebelah alisnya sebagai kode tidak mengerti.

"Kiss," ucap Lio frontal.

"Hah?!" Lia kaget mendengar permintaan adiknya yang tidak masuk di akal tersebut. "Ga bisa lah, Yo. Banyak orang, lagian aneh-aneh deh," tolak Lia balas memohon sembari menoleh pada sekitarnya.

"Di rumah aja bisa," ucap Lio membujuk Lia.

Lia memutar bola matanya. Ia tidak ingin lama-lama berdebat dengan Lio, mengingat bagaimana keras kepalanya Lio.

Chuup

Akhirnya Lia mencium pipi Lio. Bukan, bukan pipi, melainkan ujung bibir Lio. Setelah melakukannya Lia sontak berlari meninggalkan Lio yang tersenyum puas.

Belakangan ini Lio memang selalu meminta Lia untuk menciumnya, dengan embel-embel kalau Lia tidak melakukannya, maka Lio akan kembali ke apartemen. Terkesan memaksa dan mengancam, namun keduanya tidak terlalu mempersoalkan hal seperti ini ke arah kesan yang buruk. Lio pun segera turun dari motor dan berjalan ke kelas menyusul kakaknya yang polos itu.

Bel istirahat berbunyi, membuat semua siswa-siswi SMA Dirgantara berhamburan keluar kelas dan menujukan langkah ke salah satu surga SMA Dirgantara, kantin.

Ya, benar. SMA tempat Lia dan Lio bersekolah saat ini merupakan sekolah milik yayasan papa mereka.
Namun meski demikian, keduanya memilih untuk merahasiakan latar belakang keluarga mereka hanya agar warga sekolah lainnya tidak perlu merasa sungkan terhadap keduanya.

Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang