14. Blusshing

10K 650 10
                                    


Diva mengerjapkan matanya perlahan. Menyesuaikan banyak cahaya yang masuk menembus kelopak matanya.

Silau.

Itu hal yang pertama ia rasakan. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Bahkan ia ingin mengusap matanya karna bayangan di depan matanya masih blur. Tapi sesuatu mengganjalnya. Ia melirik dan melihat tangannya di infus. Diva mengedarkan pandangannya ke sekitar. Semuanya putih. Bahkan bau obat-obatan menyeruak masuk ke dalam hidungnya.

"Gue ... di rumah sakit?" tanya diva pelan. Dimaksudkan bertanya pada diri sendiri. Tapi gumaman diva yang sangat pelan bisa membangunkan seseorang yang sudah duduk menunggunya dari kemarin.

"Lo-udah bangun div?" tanya orang itu serak. Diva melotot kaget.

"Oh my god! He is so damn sexy!" tapi suara itu tak keluar. Ia hanya mengangguk menjawab pertanyaan brian.

Diva mengamati wajah bangun tidur brian. Rambut dark brown brian acak-acakan. Kantung matanya sedikit terlihat, hanya sedikit. Dan suara brian tadi, uh diva bahkan tidak bisa mendeskripsikannya.

"He is cool right? Oh c'mon. Dont be a liar!" batin diva menjerit ingin berteriak karna ia senang. Namun otaknya mengatur dirinya agar tetap tenang.

"Jangan liatin gue kayak gitu. Gue tau gue ganteng, banyak yang naksir gue" celetuk brian membuat diva mengalihkan pandangannya. Pipinya menghangat karna ucapan brian memang benar adanya.

"Hey look at me" ucapan brian membuat diva menundukkan kepalanya.

"Uh, brian anggara bisa semanis ini? Kata-kata kasar brian yang dulu kemana ya?" Pergulatan hati dan otak diva pun tak bisa di elakkan.

Brian yang gemas akan tingkah laku diva, mengangkat dagu diva agar menatapnya. Brian terkekeh melihat wajah diva sudah semerah buah tomat.

"Hey girl, look at your face. You are blusshing"

Diva melotot, "no, i'm not"

Brian semakin terkekeh, "yeah, you are"

"Stop it brian!" ucap diva kesal. "I'm embarrased" lanjutnya pelan. tanpa di duga, brian tertawa kencang sekali. Diva yang sangat malu, ia menutup mukanya dengan selimut. Brian sudah merubah mood nya hari ini. Padahal ini masih pagi.

"Bara, gue butuh lo..." teriak diva dalam hati. "Selametin gue dari keadaan awkward ini"

Suara tawa brian sudah tak terdengar lagi. Diva menghela nafas lega. Diva hendak membuka selimut saat suara bria tiba-tiba menginterupsi gerakannya.

"But, you're cute"

TENGGELAMIN GUE KE DASAR LAUT SEKARANG!

❤❤❤❤❤

"Buset ni bocah senyum-senyum mulu daritadi" celetuk bara saat dia sudah duduk di sofa sebelah ranjang diva. Sejak brian pamit pulang, bara melihat diva semakin banyak tersenyum. Saat ditanya tentang briang, diva hanya senyum dan blushing-blushing gajelas.

"Bar" panggil diva. Bara mendongak.

"Hmm?"

"Gue ngrusak acara ngedate lo sama kak tasya kemaren ya? Duh, i'm so sorry, gue bahkan lupa kalo gue belom makan. Sumpah itu mendadak, gue gak ngrasain apa-apa. Tapi tiba-tiba perut g-"

"Ssttt" bara sudah duduk di depan diva sekarang. Ia mengelus puncak kepala diva dengan sayang. Ditatapnya manik mata diva dengan intens, diva yang risih oleh sikap bara cemberut.

"Gue minta maaf beneran bara!" ucap diva kesal. Bara terkekeh lalu mengacak-acak rambut diva lagi.

"It's oke. Yang penting lo sehat. Jangan bikin gue khawatir lagi."

Diva yang hendak memaki bara karna dengan sembarangan mengacak-acak rambutnya pun mencelos saat mendengar ucapan bara. Ia tau bara menyayanginya, saat semua orang membecinya dulu, hanya bara yang masih mau menjaganya, melindunginya.

"Love u so bad my bigest brother!"

"Love u so bad too my fucking sista!"

Dan mereka berdua pun tertawa bersama dan berpelukan. Diva mulai asik memainkan channel tv di depannya. Bara hanya terkekeh melihat tingkah diva yang tidak berubah.

"Udah berapa lama sih gue gak liat hobi lo yang satu ini?"

"Bara! Gue bosen disini. Kapan boleh pulang?"

"Lusa"

"Ih buset lama bener"

Bara tertawa melihat diva yang cemberut. Tapi tawa itu perlahan-lahan memudar saat diva bertanya,

"Kapan ayah pulang ya? Diva kangen"

Bara tersenyum kecut. Lalu ia berdiri. "Mau titip makanan gak?"

Mata diva berbinar senang, saat mulutnya hendak menyebutkan semua jenis snack yang ia inginkan, suara bara terdengar lagi. "Gaboleh snack, makanan jangan yang berat-berat"

Diva cemberut. "Kan tadi lo nanya, ra. Auk serah lo ah"

"Jan ngambek elah"

"Telat"

Bara mengangat bahunya acuh. Menurut bara, daripada melihat diva sedih mengingat ayahnya yang terlampau sibuk mengurus perusahannya di German lebih baik melihat diva cemberut atau marah padanya. [ brother goals hiks ]

Sepeninggalan bara, diva mengecek iPhonenya yang berada di atas meja. Dia melihat banyak sekali nontifikasi yang masuk di linenya. Kebanyaka memberi ucapan gws. Tapi ada satu sms yang masuk membuat diva mengernyit bingung.

Gaada yang punya nomer gue selain ayah, bunda, bara, kepin, carla, sama karin. Kalaupun mereka, pasti mereka udah kesini ataupun via line.

Diva terkejut bukan main saat membaca isinya. Ia tersenyum sangat lebar. Bahkan detak jantungnya sudah seperti pelari marathon.

Fr : 081267xxxxxx

Get well really son, diva.

-brian

🌸🌸🌸🌸

So, tinggalin jejak vote dan comment. Love ya 💋

stitches [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang