18. His past

9K 434 5
                                    


The conclusion is I was in love with the boy. Who loved and lived his past.

****

Diva terkejut saat mendegar ucapan brian. Diva menggeleng keras  ia melepaskan genggaman tangan brian pada lengannya.

"No brian, gue gak maksa lo buat cerita about your past. Kalo lo belum siap, gue okay. It's okay"

Brian tersenyum mendengar ucapan diva. "No, gue yakin. Trust me, i belive you."

"Really? Beneran yan, gue gak mau maksa lo. Gue gak mau egois karna jujur gue juga penasaran sama lo. Tapi not now, gue bakal nunggu lo cerita sama gue. Kalo lo mau"

"Yeah, you will listen about my past today." ucap brian membuat diva lagi-lagi tertegun. "Lo boleh keluar rumah belom?" tanya brian lagi.

Diva mengangkat bahu. Ia tidak tau, karna Bara pasti tidak mengizinkannya.

"Coba gue telpon bara dulu" ucap diva sambil mengambil iPhonenya. Brian mencegah diva.

"Gue aja." dan diva mengangguk. Diva segera memberikan nomer telepon bara dan brian segera menghubungi bara.

5 menit kemudian brian kembali dan mengangguk.

"Boleh?" tanya diva.

"Boleh sih. Tapi habis ini gue bakal di interogasi bara" ucap brian membuat diva terkekeh.

"Okay, ntar gue mau ganti pakaian dulu" diva segera beranjak meninggalkan brian dan menuju ke kamarnya. Diva tidak ingin mengambil pusing. Ia memakan celana jeans dan sweater berwarna putih. Ia tidak ingin membuat brian menunggu lama. Tidak lupa diva mengambil tas selempang  berwarna pink dan memasukkan hp serta dompet miliknya.

"Sorry lama. Yuk" ucap diva dan brian mengangguk. Sebelum keluar, brian sempat menatap tas selempang milik diva. Brian mrngernyit bingung saat melihat sesuatu tertempel disana.

"Itu bros div?" tanya brian. Diva yang bingung lalu melihat tasnya dan mengangguk.

"Heeh."

"Dapet darimana?" tanya brian lagi.
"Oh, dulu gue waktu kecil gak sengaja ketemu anak cowok seumuran kayaknya. Dia ngasih balon terus ngasih bros kupu-kupu ini" brian  yang mendengar itu lantas tersenyum puas.

"Ngapain lo senyum-senyum?"

"Gapapa." ucap brian lantas menggandeng diva menuju ke mobilnya.

Diva bingung saat brian mengajaknya ke pemakaman. Tapi diva tidak bertanya apapun. Ia tetap diam dan mengikuti diva memasuki kawasan pemakaman. Diva berhenti saat brian menghentikan langkahnya pada dua buah batu nisan di hadapannya. Diva membaca tulisan yang tertulis disana dan terkejut.

"Itu...." ucapan diva menggantung. Brian tersenyum miris dan mengangguk.

"Itu makam mamah gue dan-" brian menarik nafas pelan. "Saudara kembar gue"

Diva hanya menatap brian prihatin. Diva juga harus menelan kenyataan pahit juga jika ia mengingat masa lalunya.

Diva mengikuti brian yang berjongkok di antara dua makam itu. Karna melihat diva yang daritadi diam, membuat brian membuka omongan.

"Dulu gue punya kembaran. Namanya zaky. Gue juga punya mamah yang sayang banget sama kita. Keluarga gue itu dulu harmonis banget div. Happy family ever" brian menghela nafas saat merasakan dadanya mulai bergemuruh.

"Tapi, 5 tahun yang lalu. Gue ngambil nyawa Zaky" diva terkejut mendengar ucapan brian. Tapi diva tidak berkata apa-apa, ia masih setia menjadi pendengar bagi brian.

"Dulu gue suka cewek. First love gue. Dia sahabat gue sama zaky. Waktu kelas 7 akhir, gue nyatain perasaan gue sama dia. Dia nerima. Lo tau seseneng apa gue waktu itu kan div? Tapi setelah 4 bulan kita pacaran, gue gak sengaja denger dia ngomong sama zaky. Di deket sekolah. Dia bilang dia suka zaky. Dan gak suka gue, dia bohongin gue div. Lo tau sesakit apa kan rasanya? Gue tetep nguping, tapi zaky minta maaf. Dia gabisa bales karna dia suka orang lain. His little baby girl. Lo tau siapa dia? Zaky's little baby girl is you."

Diva terkejut untuk kedua kalinya. Bagaimana bisa? Bahkan ia tidak mengenal zaky ataupun brian saat smp dulu.

"Cowok yang ngasih bros kupu-kupu itu dulu zaky. Gimana ceritanya dia bisa tau lo sampe kelas 8 dulu? You know, papah gue sayang banget sama zaky. Zaky minta buat mata-matain lo dulu. Gue juga di suruh buat jagain lo. Tapi gue gamau. Gue terlanjur kecewa karna cewek yang gue suka ternyata suka sama zaky. Setelah itu, gue ketawa kenceng sampe cewek itu dan zaky liat ke gue. Yang cewek kaget banget sedangkan zaky, dia ngerasa gak bersalah. Gue marah banget. Gue cuma ngelewatin mereka, gue nyebrang jalan tanpa liat kanan kiri. Zaky udah teriak teriak jangan nekat tapi gue tetep nekat. Gue gatau kalo ada truk pick up yang nglaju kenceng, hampir aja gue ketabrak tapi-" brian benar-benar menghentikan ucapannya. Dadanya benar-benar terasa terhimpit sesuatu tidak kasat mata. Dia menutup matanya saat merasakan butiran bening mengalir dari kelopak matanya. Brian terisak pelan. Ia tidak peduli jika ia menangis di depan perempuan.

Diva yang melihat itu juga merasakan apa yang brian rasakan. Ia memeluk brian dan menenangkannya.

"Everything will be alright" gumam diva berulang kali. Tanpa sadar diva juga ikut menangis. Kenyataan yang brian berikan membuat batin diva menjerit.

"Tapi zaky nylametin gue. Dia dorong tubuh gue ke pinggir jalan dan dia ngorbanin nyawanya buat gue. Sakit div liat saudara kembar lo ngorbanin nyawa demi nylametin lo. Gue gak bisa gerak waktu liat tubuh zaky mental 50 meter. Yang gue tau, waktu ambulan dateng. Mereka bilang, zaky udah tewas di tempat" brian semakin keras terisak. Diva pun begitu. Dia mempererat pelukan brian dan menenangkannya. Ia tau apa yang brian rasakan. Ia bisa merasakannya.

Diva melerai pelukan mereka dan menghapus air mata brian dengan kedua ibu jarinya. Diva masih menggumamkan kata-kata everything will be alright agar brian merasa lebih baik.

"Gue bunuh zaky div. Gue bunuh zaky, gu-gue"

"Sst, itu udah masa lalu brian. Lo gak salah, lo gak salah" ucap diva meyakinkan brian.

"Mamah depresi denger berita itu. Semua orang nyalahin gue, kecuali kakek sama nenek. Tapi mereka udah meninggal sebulan setelah zaky gaada. Mamah tambah depresi waktu denger papah selingkuh. Gak lama, seminggu kemudian mamah bunuh diri"

Sekarang diva yang menangis sangat kencang. Ia tidak bisa membayangkan ibu, orang yang melahirkan kita lebih memilih mengakhiri hidup.

"Sst diva, diva udah" sekarang ganti brian yang menenangkan diva dan merengkuh diva dalam pelukannya. Hujan yang semakin deras membuat diva dan brian hanyut dalam duka yang dalam. Saat diva sudah diam. Diva bergumam sesuatu.

"Gue mau wish ke tiga brian"

🌸🌸🌸

Gue baper hiks 😂

stitches [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang