"Pulang bareng gue ya div." ajak Carla saat diva sudah selesai
membereskan perlengkapannya."Sorry car. Gue gabisa" tolak diva.
"Kenapa sih lo sibuk banget akhir-akhir ini? Ada masalah? Cerita dong sama kita" ucap karin dan carla mengangguk setuju.
"Gue mau latian buat pensi"
"Udah dapet cowoknya? Siapa?" tanya carla.
"Liat aja ntar deh. Duluan ya" ucap diva sok misterius.
Diva segera pergi ke ruang musik. Ia melihat ruang musik masih kosong. Diva mendengus pelan. Ia masuk secara perlahan. Piano adalah alat musik pertama yang ia lihat.
You know, i can't take one more step, towards you.
Diva memejamkan matanya perlahan saat jari jemarinya mulai bermain di atas tuts.
Cause all thats waiting is regret.
Brian Anggara..
And dont you know I'm not your ghost anymore.
I lost the love, I loved the most.
I learn to live, half alive
And now you want me one more time.
And who do you think you are?
Brian.
Running run leaving scars.
Collecting your jar of hearts.
And tearing love apart.
Diva menarik nafasnya secara perlahan dan dia melakukan itu berulang kali untuk menenagkan suasana hatinya. Ia menutup mulutnya saat merasakan dadanya bergemuruh.
Disisi lain, diva tidak tau jika sedari tadi brian melihatnya dari sebrang. Brian memejamkan matanya. Ia mulai masuk ke dalam sana dengan langkah perlahan. Ia berdiri di depan diva.
"Nyanyi lagu apa?" tanya brian dingin. Membuat diva membeku. Diva menelan ludahnya dengan susah payah.
"Ter-terserah" ucap diva tergagap.
"Alat musiknya gitar ya?" tanya brian lagi. Diva menarik nafas untuk menetralkan detak jantungnya yang sudah berdetak kelewatan normal lalu mengangguk.
"Lo yang main kan?" tanya diva. Dan brian mengangguk.
❤❤❤❤
Raihan's calling.
Diva mengernyit. Diva mengambil iPhonenya dengan susah payah karna tubuhnya tertimbun banyak snack.
"Duh bara bara! Ambilin hp gue dong" pinta diva.
"Ambil sendiri dong. Manja"
"Susah gerak nih nyet. Plis yaallah"
"Iya iya." bara mengambil iPhone diva dan memberikannya.
Halo?
Hah? Di pindah? Jadi hari apa?
Oke, gapapa. Gue udh latian kok.
Oke.
"Kenapa?" tanya bara.
"Pensinya di cepetin jadi lusa." jawab diva datar.
"Pensi apaan?" tanya bara lagi.
"Oh lupa, lo kan gatau wqwq"
"Kasih tau makanya."
"Pensi buat meriahin acara sih. Gatau buat apa, gak ngurusin. Pokoknya gue nyanyi. Hari sabtu besok. Lo wajib dateng pokoknya."
"Hah? Gue gak-"
"Gak ada penolakan bara." perintah diva tanpa bisa di bantah. Bara menghela nafas pelan.
"Oke" dan diva tersenyum puas.
--
Fr : unknown number
Pensinya diubah jadi lusa.
Brian mengernyit bingung. Brian mengabaikan pesan itu dan memfokuskan dirinya pada perempuan di depannya.
"Ngga, gak kangen gue?" tanyanya manja. Brian bahkan jijik mendengar suaranya.
"Jangan panggil gue Angga" jawab brian dingin.
"Ngga, gue kang-"
"Pergi!" ucap Brian tanpa bisa di bantah.
"Tapi ngga-"
"Pergi!" ucap brian lagi.
"Gue cinta sama lo ngga!" teriak perempuan itu frustasi.
Brian menegang mendengar penuturan gadis itu. "Telat" jawab brian akhirnya.
"Angga!"
"Apa?"
"Kasih gue kesempa-"
"Telat Alexa!" teriakan Brian menggema di ruang tamu rumahnya. Membuat Alexa terdiam, bahkan tak berani menatap Brian.
"Seharusnya lo bilang itu 5 tahun yang lalu" ucap brian pelan, tapi dingin. Ia lalu beranjak pergi meninggalkan Alexa yang terdiam di ruang tamu.
🌸🌸🌸🌸🌸
Awas typo say 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
stitches [completed]
Genç Kurgu"Kalau kamu tau sesakit apa rasanya mencintai dalam diam, mencintai tanpa harapan, mencintai seseorang tanpa diinginkan. Kalau kamu tau rasanya sesakit apa, kenapa kamu membiarkan aku merasakan itu semua, Brian? Sebenarnya tidak masalah, meskipun k...