Part 6

1.1K 116 2
                                    

Happy Reading!

--

“Shin hye-a..” panggil Yonghwa yang baru menuruni tangga dengan mengenakan jas tapi dasi nya masih bergelantung dilehernya belum diikat.

“Wae?” Tanya Shin Hye yang lagi asik nonton televisi.

“Ige. Aku hari ini ada rapat. Jadi cepatlah kesini!” perintah Yonghwa sambil menunjukkan dasi yang belum diikat dilehernya.

“Aish, makanya cepatlah punya istri biar tak merepotkanku lagi.” Gerutu Shin Hye dengan langkah gontai menghampiri Yonghwa.

“Tidak usah banyak komentar.”

‘aku tidak akan menikah kalau tidakdengan dirimu’ batin Yonghwa.

“Bukankah sekretarismu itu cantik? Kenapa kau tak mengajaknya berkencan?” Tanya Shin hye yang masih sibuk dengan dasi Yonghwa.

Yonghwa hanya diam dengan pertanyaan Shin hye,

‘dia memang cantik, tapi yang didepanku lebih cantik. tidak apa-apa kan kalau aku mengusap rambutnya? Aku kan kakaknya. Jadi wajarlah.’

Yonghwa mengangkat tangan kanannya dan menjatuhkannya di puncak kepala Shin hye. Tidak. Yonghwa tidak memukul Shin hye. Tapi Yonghwa mengusap rambut Shin hye sayang.

DEG!!

‘kenapa jantungku tiba-tiba tidak terkontrol seperti ini saat Yonghwa mengusap rambutku?’ batin Shin hye.
‘Ah ani ani. Diakan kakakmu jadi kau tak boleh berlebihan seperti ini Shin hye-a’ seolah mengingatkan pada dirinya sendiri untuk tidak berfikir yang bukan-bukan.

“Yonghwa-ssi” dengan suara serak Shin hye memanggil Yonghwa. Yonghwa lalu tersadar dari lamunannya tadi dan mengubah gerakan dari mengelus rambut Shin hye menjadi mengacak rambut Shin hye yang pendek itu.

“Yak! Rambutku jadi berantak!” teriak Shin hye. Yonghwa hanya terkekeh.

**

To Juniel :

‘Juniel…’

From Juniel :
‘Wae?’

To Juniel :
‘sedang apa?’

From Juniel :
‘Manjat tebing’

To Juniel :
‘apa tebingnya lebih tinggi dari pada aku?’

“Tidak ada yang lebih tinggi daripada kamu tiang listrik.” Jawab Juniel secara langsung karna memang mereka sedang berada diruangan yang sama. Di perpustakaan. Si Jungshin lagi banyak pulsa. Satu ruangan aja pake acara sms segala.

“hehehehe.. eh mau kemana?” Tanya Jungshin yang melihat Juniel memakai tasnya keluar perpustakaan.

“Aku sudah dijemput.” Jawab Juniel.

“Tunggu. Aku juga mau kedepan nunggu jemputan.” Jungshin bergegas menyusul Juniel.

“Tumben? Motormu kemana?” Tanya Juniel di sela-sela mereka berjalan.

“Biasalah. Macet lagi. Mana jemputanmu?” Jungshin celingukan.

“itu..” Jungshin mengikuti arah telunjuk Juniel. Bagai tersambar petir, Kaki Jungshin langsung lemes seperti tidak ada tulangnya lagi untuk bertumpu.

‘seorang namja? Siapa dia? Apa dia namjachingunya?’ Tanya jungshin dalam hatinya.

“aku duluan ya? Annyeong..” Juniel melangkah menjauhi Jungshin dengan melambaikan tangannya. Dengan berat hati Jungshin membalas lambaiannya.

The Last MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang