Rencana

1.1K 72 24
                                    

Hay ... semoga pembaca tidak langsung back ya..

Happy reading.

Kara, Pemeran utama yang tidak memiliki banyak keistimewaan. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu cerewet, tidak terlalu gendut, pokoknya bisa dibilang pas lah. Tapi satu yang sangat melekat dalam dirinya. SELEKTIF.

Hingga sekarang ia memilih jomblo.
Ralat, single maksudnya. Karena yang jomblo itu ngenes. Apalagi usianya juga masih belum terlalu tua. 24 tahun. Semua aktivitas ia lakukan sendiri tanpa ada bantuan dari siapapun. Sungguh mandiri. (Super sekali)

Yang ia fikirkan hanya kebahagiaan orangtua nya. Bagi dirinya sekarang hanya itu. Ibu nya.

Kara bekerja di sebuah perusahaan bergengsi di pusat kota Jakarta. Tapi diperusahaan itu pun belum ada yang nyantol satu ekor pun. What?? Ekor?? Kambing kali ahh...

Setiba nya keluar dari kamar mandi dan sekaligus membenarkan celana kepernya, Kara langsung membuka ponselnya dengan mata hampir keluar.

"Kara... pulanglah kerumah. Ibu akan memperkenalkan mu pada calon suami mu." Isi pesan itu seolah membalikkan semangat pagi Kara menjadi abu-abu.

"What?????"

Suara Kara hingga menggema di sekitar lorong jalan menuju ruang pantry. Saking cepat nya, Kara menabrak seorang pria dengan pakaian motif kotak-kotak sambil mengepel lantai.

"Kenapa sih lo? Fokus dong kalo kerja." Tanya Kara memandang setengah pandangan yang sadis. Mungkin efek sms ibu nya.

Cleaning service tersebut hanya memandang sekejap dan langsung meminta maaf. Meskipun ia tau bahwa Kara lah yang salah.

Kara tak pernah tenang jika dalam masalah. Selalu menyalahkan orang. Tidak PMS pun tetap begitu.

"Eh... kalo kerja tuh yang bener."

"Kan saya sudah minta maaf, mbak. Kok sekarang mbak yang malah nyolot sih." Suara pria itu begitu mengagumkan.

"Eh ,, loee ... " Kara sambil menunjuk wajah pria itu namun kehilangan kata-kata. Nafas nya masih terengah-engah menahan emosi.

Kara berlalu begitu saja tanpa berkata. Namun pandangan Kara masih melekat ke wajah pria yang menyebalkan itu. Kara pasti sedang mark wajah tuh cleaning service.

**

Kara membanting teh botol ke meja pantry.

"Kenapa loe?" Tanya Anya sambil memasukkan gorengan ke mulutnya.

"Pagi ini gue bener-bener sial. Udah tadi sms ibu gue bikin gue pengen bunuh diri, ditambah lagi ama cleaning service sialan yang nyolot minta ampun." Terang Kara sambil memanyunkan bibirnya.

"Eh... bro. Lu harus ingat kalo kita masih training disini. Ramah-ramah aja dulu." Bisik Anya.

"Iya sih..."

"Oiia emang ibu loe sms apa?" Tanya Anya.

"Ibu gue udah nyiapin jodoh buat gue." Jawab Kara dengan wajah lesu.

"Wah bagus dong, makan daging lagi."

"Loe makan mulu. Pikirin tuh perut loe yang semakin melebar kesamping." Ledek Kara tak mau kalah.

"Yaelah ,, gini gini gue punya pacar. Nah loe... makanya kurangi kriteria. Hahaha" Anya tertawa lebar.

Saking kesalnya Kara menyumpal gorengan ke mulut Anya yang semakin penuh.

"Sialan loe."

"Loe tuh ... temen lagi kesusahan bukannya ditolong. Gimana kalo ntar jodohnya giginya maju, gimana ntar kepalanya botak, gimana nanti kalo badan nya gendut. Aaaaaaaaa........." Kara berteriak memikirkan hal yang belum ia lihat. Seperti mimpi buruk.

A Husband For KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang